Hari AI 2025, Kolaborasi NGO dan Teknologi Wujudkan Transformasi Inklusif

AdSense New

Hari AI 2025, Kolaborasi NGO dan Teknologi Wujudkan Transformasi Inklusif

Kamis, 17 Juli 2025
AI. 


Jakarta – Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) kini meluas ke berbagai bidang, dan peringatan Hari Apresiasi AI yang jatuh setiap 16 Juli dimaknai sebagai momen refleksi terhadap dampak nyata teknologi ini bagi masyarakat, terutama komunitas akar rumput dan lembaga non-profit.

Menjawab tantangan kesenjangan teknologi, Campaign #ForABetterWorld, bekerja sama dengan Yayasan Dunia Lebih Baik dan Talenesia, meluncurkan inisiatif bertajuk #ResponsibleAIFutures. Program ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas digital organisasi masyarakat sipil di Indonesia melalui pelatihan dan pendampingan dalam penggunaan AI secara etis dan inklusif.

Inisiatif ini tidak hanya berupa pelatihan teknis, tetapi juga dirancang dalam bentuk social challenge yang mengajak masyarakat luas untuk ikut berkontribusi memperluas jangkauan pelatihan AI yang bertanggung jawab.

“Teknologi AI seharusnya bukan hanya milik perusahaan besar. Organisasi masyarakat sipil juga harus memiliki akses dan pemahaman agar bisa memanfaatkannya secara adil dan bijaksana. Hari AI menjadi momentum penting untuk mengingatkan kita semua bahwa keterlibatan publik adalah kunci untuk menciptakan masa depan digital yang merata,” ujar William Gondokusumo, CEO Campaign #ForABetterWorld, Rabu (16/7/2025).

Pendekatan Kolaboratif Demi Keadilan Teknologi
Dengan semangat kolaborasi, program #ResponsibleAIFutures menyasar organisasi akar rumput yang sering kali tertinggal dalam hal adopsi teknologi. Program ini bertumpu pada tiga fondasi utama:

Edukasi AI Berbasis Etika – Memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip AI yang bertanggung jawab, seperti transparansi, keamanan data, dan mitigasi bias.

Monitoring dan Evaluasi Berbasis AI – Melatih organisasi sosial untuk menggunakan teknologi AI dalam memantau dan mengevaluasi dampak kerja mereka secara efektif.

Sinergi Lintas Sektor – Menjembatani dialog dan kerja sama antara NGO dan pakar teknologi untuk menciptakan solusi berbasis kebutuhan nyata.

Pendekatan tersebut dimaksudkan agar organisasi non-profit tidak hanya menjadi penerima teknologi, tetapi juga dapat menjadi penggerak yang kritis dan aktif dalam era digital.

CEO Talenesia, Aldo Massali, menambahkan bahwa investasi penting dalam transformasi digital bukan sekadar pada alat teknologi, melainkan pada kualitas sumber daya manusia. “Kami ingin mendorong perubahan sosial yang dimulai dari peningkatan kapasitas organisasi masyarakat sipil. Mereka memiliki kedekatan dengan komunitas yang menjadi kunci untuk memastikan AI digunakan secara relevan dan beretika,” ujarnya.

Dari Edukasi ke Aksi Nyata
Peserta program mendapatkan akses ke modul pelatihan yang dikembangkan oleh pakar AI dan MnE (Monitoring dan Evaluasi), serta didampingi langsung dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam kegiatan mereka. Selain itu, program ini memperkuat prinsip inklusivitas agar teknologi benar-benar menjangkau kelompok yang selama ini terpinggirkan.

Sejak diluncurkan, #ResponsibleAIFutures telah bermitra dengan 9 organisasi sosial, menginspirasi lebih dari 2.000 aksi berbasis teknologi melalui platform Campaign #ForABetterWorld. Sebanyak 626 relawan turut ambil bagian dalam pelatihan AI, tata kelola keuangan, pendampingan organisasi, serta kegiatan evaluatif lainnya yang mendukung penggunaan AI secara adil dan berkelanjutan.

Inisiatif ini menjadi contoh nyata bagaimana kecerdasan buatan tidak harus terbatas pada sektor industri, melainkan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan dampak sosial yang luas, memperkuat komunitas, dan membangun masa depan yang lebih setara.(BY)