Dua Remaja Jatuh, PGPI Tutup Jalur ke Puncak Mega -->

Iklan Atas

Dua Remaja Jatuh, PGPI Tutup Jalur ke Puncak Mega

Jumat, 01 Agustus 2025

 

Jalur pendakian di Gunung Puntang, Bandung ditutup sementara


Bandung – Insiden dua remaja yang terjatuh dari tebing di Puncak Mega, kawasan Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, mendorong Organisasi Persaudaraan Gunung Puntang Indonesia (PGPI) untuk menutup seluruh jalur pendakian hingga waktu yang belum ditentukan.

Langkah ini diambil setelah dua remaja berinisial RS (15) dan FR (16) nekat memasuki jalur terlarang dan akhirnya terperosok ke dalam jurang pada Minggu, 27 Juli 2025. Beruntung, keduanya berhasil diselamatkan dalam keadaan selamat.

“Setelah insiden kemarin, sorotan langsung tertuju ke PGPI karena lokasi kejadiannya masih dalam wilayah jalur kami. Maka untuk mencegah hal serupa terulang, kami putuskan menutup jalur pendakian sementara,” kata Ketua Umum PGPI, Ikar Kardiman, Kamis (31/7/2025).

Ia menegaskan bahwa keputusan ini bukan diambil sepihak. Sebelumnya, PGPI telah melakukan koordinasi dengan pihak Basarnas, PMI, dan sejumlah relawan senior sebelum memutuskan penutupan jalur resmi pendakian.

Menurut Ikar, kedua remaja tersebut masuk melalui jalur basecamp PGPI dan bahkan sempat merusak pagar pembatas yang telah dipasang. Padahal, jalur menuju Puncak Mega sudah lama tidak dibuka untuk umum, baik oleh Perhutani maupun oleh PGPI sendiri.

“Puncak Mega sudah kami tutup sejak beberapa tahun lalu. Tapi masih saja ada pendaki ilegal yang nekat masuk,” jelasnya.

Ia juga mengakui adanya dilema yang dihadapi PGPI. Meskipun tidak memiliki kewenangan hukum untuk melarang pendaki secara langsung, basecamp milik PGPI sering dijadikan titik awal pendakian oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.

“Melarang tidak bisa, membiarkan juga salah. Tapi kalau terjadi sesuatu, kami yang diminta turun tangan untuk evakuasi,” ungkap Ikar.

Meski tanpa kewenangan hukum, PGPI secara rutin memberikan edukasi dan sosialisasi terkait penutupan jalur dan risiko keselamatan kepada para pengunjung.

Sementara itu, jalur alternatif dari arah Gunung Sanggar di Kecamatan Arjasari kini semakin diminati karena menawarkan panorama indah di Puncak Citiis. Jalur ini kerap digunakan oleh pelari lintas alam (trail runner), namun justru dianggap lebih berbahaya.

“Medannya ekstrem. Ada jembatan alam yang sangat sempit, tanahnya labil dan licin. Banyak yang naik dari Citiis dan turun lewat jalur PGPI, padahal itu sangat berisiko,” ujar Ikar.

Atas dasar itu, PGPI juga telah berkoordinasi dengan pengelola jalur Gunung Sanggar untuk mempertimbangkan penutupan jalur demi keamanan bersama.

Menutup pernyataannya, Ikar menegaskan bahwa keselamatan pengunjung tetap menjadi prioritas utama PGPI.

“Kami tidak ingin ada korban jiwa. Maka penutupan sementara ini adalah langkah terbaik,” tegasnya.(des*)