![]() |
Fauzi Baadila foto bersama di keindahan alam Puncak Cemara dengan pose tangan salam Minangkabau. (foto/istimewa) |
Oleh: Anton Saputra (Wartawan Madya Sertifikasi Dewan Pers)
Pada Sabtu, 6 September 2025, sebuah perjalanan perdana di kota arang yang berkesan dimulai bagi Fauzi Baadila. Aktor yang dikenal dengan peran-peran ikoniknya ini tiba di Sawahlunto, sebuah kota yang menyimpan sejarah panjang sebagai kota tambang batu bara.
Kedatangan Fauzi, yang didampingi oleh Yogi Ramon Setiawan, staf khusus Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, bukan hanya sekadar kunjungan biasa, melainkan sebuah penjelajahan batin yang membawanya terhubung dengan esensi kota ini—mulai dari kearifan lokal, sejarah kelam, hingga keindahan alamnya yang memesona.
Kedatangannya bertepatan dengan Rapat koordinasi gubernur dan wakil gubernur serta kepala daerah se Sumatera Barat bersama H. Andre Rosiade Wakil Ketua Komisi VI DPR RI di Saka Heritage Hotel Ombilin dan penyelenggaraan Sawahlunto International Songket Silungkang Carnival (SISSCa) 2025.
![]() |
Aktor film Jakarta Undercover, Fauzi Baadila foto bersama owner Rumah Makan Bunda. (foto/istimewa) |
Cita Rasa yang Tak Terlupakan
Pengalaman pertama yang membuat Fauzi langsung jatuh cinta pada Sawahlunto adalah kulinernya. Di Rumah Makan Bunda, yang berlokasi strategis di area wisata Stasiun Kereta Api, ia menemukan kenikmatan sejati dari masakan Padang. "Luar biasa," gumamnya, saat menyantap hidangan yang disajikan.
Komisaris PT POS Indonesia itu merasa ada perbedaan signifikan dari masakan Padang yang biasa ia santap di Jakarta. Kelezatan yang autentik ini membuat Fauzi terdorong untuk langsung berbagi pengalamannya. Melalui panggilan video, ia menyampaikan pujiannya langsung kepada Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasco Ruseimy, menunjukkan betapa tulusnya kekaguman yang ia rasakan.
![]() |
Yogi Ramon Setiawan dan Fauzi Baadila serta Alfaiz Ramadhan, Anton Saputra dan Robby Andiska melakukan selfie di kedalaman Lubang Mbah Soero. (foto/istimewa) |
Sejarah Kelam di Bawah Permukaan Bumi
Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan ke salah satu situs bersejarah paling penting di Sawahlunto: Lubang Mbah Soero. Suasana di dalam lubang yang lembap dan remang-remang ini membawa Fauzi pada refleksi mendalam. Ia mendengarkan dengan saksama kisah-kisah tentang pekerja paksa, para "orang rantai," yang kaki mereka dibelenggu untuk bekerja mengambil batu bara.
Cerita tentang kekejaman penjajah Belanda dan perjuangan para pekerja yang tak kenal lelah untuk menghasilkan kekayaan alam ini terasa begitu nyata dan mengharukan. Pengalaman ini bukan sekadar melihat situs bersejarah, melainkan merasakan dan menghormati perjuangan para pendahulu.
Panorama Magis dari Ketinggian
Puncak kekaguman Fauzi Baadila terhadap Sawahlunto datang saat ia diajak ke Puncak Cemara. Dari titik tertinggi ini, politisi Partai Gerindra ini disuguhkan pemandangan kota yang tak biasa. Kota Sawahlunto membentang di bawahnya, dikelilingi oleh perbukitan hijau, dengan bangunan-bangunan klasik bergaya arsitektur Eropa yang tersusun rapi.
Aktor yang juga dikenal lewat film Mengejar Matahari dan 9 Naga ini menggambarkan pemandangan ini sebagai "seperti kuali besar," sebuah analogi yang sangat tepat untuk menggambarkan formasi cekungan kota yang dikelilingi oleh alam. Di bawah langit senja, pemandangan ini terlihat magis, memancarkan aura nostalgia dan ketenangan.
![]() |
Fauzi Baadila mempromosikan hasil karya warga binaan Lapas Narkotika Sawahlunto di stand UMKM di Lapangan Ombilin. (foto/anton) |
Apresiasi Budaya dan Karya Anak Bangsa
Kunjungan Fauzi tidak hanya berpusat pada pariwisata, tetapi juga pada apresiasi terhadap budaya dan karya lokal. Ia mengunjungi bazar UMKM di Lapangan Ombilin dan terkesan dengan kreativitas para pelaku usaha. Yang paling menyentuh adalah momen saat ia bertemu dengan petugas Lapas Narkotika Sawahlunto.
Fauzi berinteraksi langsung dan bahkan membuat video promosi untuk batik hasil karya warga binaan, menunjukkan dukungannya terhadap rehabilitasi dan kreativitas. Sebagai kenang-kenangan, ia menerima sehelai baju batik yang langsung ia kenakan saat menghadiri Sawahlunto International Songket Silungkang Carnival (SISSCa) 2025.
![]() |
Fauzi Baadila foto bersama wartawan Anton Saputra dan Alfaiz Ramadhan usai makan siang di Rumah Makan Bunda. (foto/istimewa) |
Malam harinya, Fauzi terpukau oleh SISSCa 2025. Peragaan busana yang menampilkan keanggunan songket Silungkang, dengan desain yang "Unique - Antique - Authentic", membuatnya betah berlama-lama di acara tersebut. Ia melihat bagaimana warisan budaya ini dihidupkan kembali dengan sentuhan modern oleh para desainer.
Meskipun kesibukan pekerjaan memanggilnya kembali ke Jakarta keesokan harinya, Fauzi yakin bahwa kunjungannya kali ini hanyalah awal. Kenangan akan pesona Sawahlunto, mulai dari cita rasanya yang autentik, sejarahnya yang mendalam, hingga keindahan alamnya yang menawan, akan selalu memanggilnya untuk kembali. (***)