Oleh: Anton Saputra (Wartawan Madya Sertifikasi Dewan Pers)
MALAM itu, Stasiun Kereta Api Kampung Teleng berubah menjadi lautan cahaya dan tepuk tangan. Di tengah suasana megah, lantunan musik tradisional berpadu dengan semangat muda yang menyala.
Dari sepuluh pasang finalis yang telah berjuang sejak babak awal, dua nama akhirnya menggema paling keras di udara Sawahlunto — Tito Adriangga dan Athifa Alya Putri, resmi dinobatkan sebagai Uda dan Uni Duta Wisata Kota Sawahlunto Tahun 2025, Sabtu (18/10).
Bagi Tito dan Athifa, malam itu bukan sekadar kemenangan. Itu adalah puncak dari perjalanan panjang — dari karantina penuh pelatihan, sesi wawancara, hingga malam final yang menguji pengetahuan, kepercayaan diri, dan jiwa kepemimpinan. Keduanya tampil memukau bukan hanya karena pesona dan tutur kata, tetapi juga karena gagasan besar mereka tentang bagaimana generasi muda bisa menjaga warisan budaya sambil berinovasi di era digital.
Pemilihan Uda-Uni Duta Wisata sudah lama menjadi agenda penting dalam kalender pariwisata Sawahlunto. Namun tahun 2025 terasa istimewa — setelah sempat vakum, ajang ini kembali hadir dengan tema “Uda-Uni Is Back, Leading for the Future.”
Di balik kemegahannya, tersimpan tujuan yang jauh lebih dalam: mencetak generasi muda yang paham budaya, cakap berkomunikasi, dan mampu menjadi jembatan antara warisan masa lalu dengan dunia modern.
Wali Kota Sawahlunto, Riyanda Putra, yang hadir menyerahkan salempang kehormatan, menegaskan peran baru Uda-Uni di tengah perubahan zaman.
“Duta wisata sekarang tak hanya bertugas mempromosikan destinasi. Mereka juga mengedukasi publik, memperkuat literasi digital pariwisata, dan menjadi bagian dari penggerak ekonomi kreatif masyarakat,” ujar Riyanda dalam sambutannya.
Ia berharap Uda dan Uni menjadi simbol energi muda Sawahlunto yang mampu membawa nama kota warisan dunia itu ke panggung nasional, bahkan internasional.
Pemilihan tahun ini digelar di lokasi yang sarat sejarah — Stasiun Kereta Api Kampung Teleng, saksi perjalanan panjang kota tambang tua yang kini menjelma menjadi destinasi wisata budaya.
Di bawah langit malam yang hangat, para finalis tampil dalam parade busana tradisional, unjuk bakat seni, hingga sesi tanya jawab yang menantang. Penampilan mereka memadukan tradisi dan modernitas dengan cara yang segar dan elegan.
Sorak penonton menggema setiap kali finalis tampil percaya diri. Namun suasana berubah hening saat nama pemenang diumumkan. Ketika salempang dikenakan di pundak Tito dan Athifa, riuh tepuk tangan seolah menjadi simbol kebanggaan seluruh warga kota.
Selain gelar utama, malam itu juga diumumkan beberapa kategori penghargaan:
- Runner-up Uda dan Uni: Zacky Permana & Allifia Rianty Gheana P.
- Uda-Uni Inteligensia: Muhammad Zacky & Luthifa Maharani
- Uda-Uni Berbakat: Romi Maulana & Naila Nahdah
- Uda-Uni Duta Anti Narkoba: Jibril Ali Nathan & Anisa Trihapsari
- Uda-Uni Favorit: M. Faiz Rizqullah Yusuf & Nastasya Febriyana Rizan
Bagi semua finalis, ajang ini menjadi titik awal perjalanan mereka sebagai bagian dari komunitas duta wisata — bukan akhir.
Pemilihan Uda-Uni 2025 bukan hanya menghidupkan kembali tradisi, tapi juga menumbuhkan optimisme baru. Sawahlunto, yang dulu dikenal sebagai kota tambang, kini tampil sebagai kota warisan dunia yang hidup dan berdaya cipta.
Generasi muda seperti Tito dan Athifa menjadi simbol bagaimana kebanggaan terhadap budaya bisa berjalan seiring dengan semangat inovasi dan digitalisasi.
Dari stasiun tua yang dulu jadi titik keberangkatan para penambang, kini berangkat pula harapan baru — bahwa anak muda Sawahlunto siap melanjutkan perjalanan kota ini ke masa depan yang gemilang. (*_*)
Komentar