Ketika Arya dan Zhafira Menulis Sejarah dari Ruang Kelas yang Sederhana -->

Iklan Atas

Ketika Arya dan Zhafira Menulis Sejarah dari Ruang Kelas yang Sederhana

Selasa, 04 November 2025
Wali Kota Riyanda Putra berdialog dengan dua pelajar MIN 2 Sawahlunto, Arya dan Zhafira, jelang keberangkatan mereka ke Grand Final Kompetisi Robotik Nasional. (foto/prokopim setdako sawahlunto)


Oleh: Anton Saputra (Wartawan Madya Sertifikasi Dewan Pers)


DI MIN 2 Kota Sawahlunto, sebuah madrasah yang tumbuh dalam suasana akhlak dan kesederhanaan, dua pelajar muda memulai perjalanan yang kelak membawa nama kota mereka melintasi batas provinsi. Mereka adalah Muhammad Arya Pratama dan Zhafira Zefanza. 


Usia keduanya masih belia, namun semangat dan konsistensi belajar mereka membawa dampak yang jauh lebih besar dari yang dibayangkan banyak orang. Dari ruang kelas dan laboratorium sederhana, mereka menyalakan mimpi dalam wujud robot kecil yang mampu membaca jalur, menganalisis arah, dan mengambil keputusan sendiri.


Pada Senin, 27 Oktober 2025, Wali Kota Sawahlunto, Riyanda Putra, menerima keduanya dalam audiensi di Balaikota. Suasana pertemuan itu terasa akrab namun penuh makna. Di hadapan Arya dan Zhafira, Wali Kota menyampaikan kebanggaannya. Ia memandang bahwa prestasi bukan hanya hasil latihan teknis, melainkan buah dari budaya belajar yang terus dipupuk. 


Riyanda menegaskan komitmen pemerintah kota untuk mendukung generasi muda Sawahlunto menjadi pribadi unggul yang adaptif terhadap perkembangan teknologi. Baginya, keberangkatan Arya dan Zhafira ke Grand Final Nasional di Bogor bukan sekadar keikutsertaan kompetisi, tetapi gagasan besar tentang masa depan kota: masa depan yang cerdas, kreatif, dan berdaya saing.


Harapan itu terjawab di panggung utama Madrasah Robot Competition (MRC) 2025 yang berlangsung di Atrium Living World, Cibubur. Dan sejarah itu benar-benar terukir pada 1 November 2025. Kompetisi bergengsi itu dibuka langsung oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, dan diikuti oleh 616 tim dari berbagai jenjang madrasah di seluruh Indonesia. 


Tema besar yang diusung, “Robotic Technology for a Green Future”, menempatkan teknologi sebagai bagian dari upaya menciptakan masa depan yang ramah lingkungan. Di tengah suasana tegang dan persaingan ketat, Tim Batu Bara Robotik MIN 2 Sawahlunto tampil dengan keyakinan yang matang. Robot yang mereka rancang melaju stabil dan cermat, membaca labirin dengan gerak yang meyakinkan, hingga akhirnya membawa mereka meraih Juara 1 Nasional untuk kategori Mobile Robot Labirin.


Kemenangan ini bukan sekadar hasil teknik pemrograman yang tepat atau strategi navigasi yang tajam. Ia adalah cermin dari kerja keras panjang, latihan yang tidak terhitung jumlahnya, kegagalan yang dicatat sebagai pelajaran, dan dukungan yang tidak putus dari guru, orang tua, serta madrasah. 


Ketika nama mereka diumumkan sebagai juara, kebanggaan itu seperti meluas dari panggung yang gemerlap menuju Sawahlunto, mengalir ke seluruh masyarakat yang menyaksikan kebangkitan baru pendidikan madrasah.


Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Sawahlunto, Dr. H. Dedi Wandra, MA, menyebut kemenangan ini sebagai momentum besar. Menurutnya, prestasi tersebut membuktikan bahwa tagline “Madrasah Maju, Bermutu, dan Mendunia” bukan sekadar slogan yang diucapkan dalam acara seremonial, melainkan cita-cita yang sedang berwujud nyata. Ia bahkan mengungkapkan bahwa komunikasi dengan Malaysia telah dibangun untuk menjajaki peluang kerja sama pendidikan berskala internasional.


Kepala MIN 2 Sawahlunto, Hj. Yessi Syafri, menyampaikan rasa syukur dan bangga yang mendalam. Di tengah rasa harunya, ia menyampaikan bahwa prestasi ini adalah hasil kebersamaan banyak pihak yang meyakini bahwa madrasah tidak berhenti pada pembelajaran agama semata, tetapi juga menjadi tempat berkembangnya kecerdasan ilmiah dan keterampilan teknologi. 


Seolah menguatkan itu, pembimbing robotik, Ridho Illahi, menegaskan bahwa teknologi adalah bidang yang harus dikuasai, bukan ditakuti. Bagi Ridho, masa depan akan dipimpin oleh mereka yang terus belajar dan berani mencoba.


Kemenangan Arya dan Zhafira menjadi penanda penting dalam perjalanan pendidikan madrasah di Sawahlunto. Ia menegaskan bahwa anak-anak daerah memiliki peluang yang sama dengan siapa pun di tanah air. Ia membuktikan bahwa kota yang dikenal dengan sejarah panjang pertambangan batubara itu kini menapaki jejak baru, jejak pengetahuan dan inovasi.


Dari labirin kecil di arena kompetisi itu, masa depan sedang disusun. Pelan, pasti, dan penuh cahaya. (*_*)