Kisah Keprihatinan Bersama di Sawahlunto yang Mencari Obat Luka Jiwa Anak Muda -->

Iklan Atas

Kisah Keprihatinan Bersama di Sawahlunto yang Mencari Obat Luka Jiwa Anak Muda

Senin, 03 November 2025
DPRD Sawahlunto menggelar rapat koordinasi lintas lembaga untuk memperkuat benteng moral dan spiritual generasi muda pasca-tragedi. (foto/nova hendra)


Sawahlunto, fajarsumbar.com – Tragedi bunuh diri yang menimpa dua siswa SMP Negeri di Kota Sawahlunto baru-baru ini telah menjadi alarm bagi seluruh pemangku kepentingan di kota tersebut. Merespons keprihatinan mendalam ini, seruan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai keagamaan di tengah masyarakat, khususnya bagi generasi muda, kembali digaungkan dengan kuat dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar oleh DPRD Sawahlunto.


Usulan Program Spiritual dari Kepolisian

​Gagasan konkret muncul dari Kapolsek Barangin Polres Sawahlunto, Ipda Gorrahman, yang menilai bahwa upaya pencegahan masalah mental anak tidak cukup hanya dengan pendekatan hukum dan disiplin sekolah. Dalam RDP bersama DPRD dan stakeholder terkait, Ipda Gorrahman mengusulkan agar program Subuh Berjamaah dan Magrib Mengaji kembali dilaksanakan secara masif.


​Menurutnya, program berbasis spiritual ini krusial sebagai upaya membentuk karakter dan sekaligus mengisi waktu luang anak dengan kegiatan positif. “Kegiatan seperti ini tidak hanya mengisi waktu luang anak-anak, tetapi yang lebih utama adalah mengisi hati dan jiwa mereka secara spiritual. Dengan nilai agama yang kuat, anak akan lebih mampu menghadapi tekanan dan persoalan hidup,” sambungnya penuh harap.


Penegasan Fakta dan Tanggung Jawab Bersama di RDP

​Ketua Komisi I DPRD Sawahlunto, Ronny Eka Putra, menjelaskan bahwa RDP ini digelar sebagai bentuk tanggung jawab lembaga legislatif untuk memberikan informasi akurat kepada publik atas tragedi yang terjadi. Rapat ini menghadirkan instansi vertikal, pemerintah kota, serta seluruh guru SMP dan guru Bimbingan Konseling (BK).


​Ronny menegaskan, berdasarkan informasi dari kepolisian dan RSUD Sawahlunto, hilangnya dua nyawa anak tersebut adalah murni bunuh diri dan tidak ada indikasi lain. Penegasan ini sekaligus menanggapi spekulasi yang beredar di masyarakat.


​Menyikapi kejadian ini, ia menekankan perlunya perbaikan tugas dan fungsi dari semua pihak terkait—guru, orang tua, dan dinas terkait—agar lebih waspada dan proaktif dalam memperhatikan kondisi anak. Selain itu, ia juga mendesak dinas terkait untuk meminimalisir isu-isu simpang siur yang dapat memperkeruh suasana baik di media sosial maupun pemberitaan. Ronny secara tegas mendukung penuh gagasan program Subuh Berjamaah dan Magrib Mengaji yang diusulkan Kapolsek Barangin.


Sinergi Sekolah, Guru, dan Orang Tua Jadi Kunci

​Dukungan kuat juga datang dari kalangan legislatif lainnya. Wakil Ketua DPRD Kota Sawahlunto, Elfia Rita Dewi, menyoroti pentingnya sinergi antara sekolah, guru, dan orang tua. Ia berharap Guru BK dapat lebih aktif mendampingi siswa, terutama dalam mengenali tanda-tanda depresi atau perubahan perilaku anak.


​“Dengan adanya peristiwa bunuh diri ini, kita harus berani mencari akar masalah dan solusi bersama agar tidak ada lagi kejadian serupa di lingkungan sekolah,” ujar Elfia Rita Dewi saat Rapat Kerja Komisi I.


​Ketua DPRD Kota Sawahlunto, Susi Haryati, turut menegaskan bahwa persoalan ini adalah tanggung jawab kolektif. “Kita semua sangat prihatin. Ke depan, mari kita perkuat benteng moral anak-anak melalui kegiatan positif berbasis keagamaan. Saya sangat setuju dengan gagasan untuk meluncurkan kembali Program Balik ke Surau, Subuh Berjamaah, dan Magrib Mengaji,” ucapnya.


​Program yang diusulkan tersebut diharapkan menjadi gerakan sosial lintas lembaga—melibatkan kepolisian, DPRD, sekolah, dan tokoh masyarakat—untuk membangun karakter anak yang tangguh secara mental dan spiritual.


​RDP ditutup dengan doa yang sarat haru dan mendalam atas kepergian dua anak Sawahlunto, yang dipimpin oleh Kepala Kemenag Sawahlunto, Dedi Wandra, menyisakan tekad kuat untuk menjadikan penguatan nilai agama sebagai benteng utama dalam menghadapi persoalan generasi muda. (ton)