Semen Padang Uji Maggot untuk Pakan Ikan, Hasil Positif -->

Iklan Muba

Semen Padang Uji Maggot untuk Pakan Ikan, Hasil Positif

Selasa, 03 Juni 2025
Rencana ujicoba maggot sebagai pakan ikan.


Padang  -  PT Semen Padang berhasil mencatat hasil positif dari percobaan penggunaan maggot Black Soldier Fly (BSF) sebagai alternatif pakan untuk ikan nila.

Dalam kurun waktu dua minggu, berat ikan nila yang diberi pakan maggot mengalami peningkatan signifikan antara 23 hingga 27 persen. Hal ini menjadikan maggot sebagai pilihan yang menjanjikan di tengah naiknya harga pakan komersial.

Iskandar Z Lubis, Kepala Departemen Komunikasi dan Hukum Perusahaan PT Semen Padang, menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dijalankan perusahaan.

“Kami berkomitmen untuk menghadirkan solusi yang berkelanjutan atas berbagai tantangan sosial dan lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan maggot BSF sebagai pengganti pakan komersial dalam budidaya ikan air tawar,” ujar Iskandar di Padang, Minggu (1/6/2025).

Menurutnya, program ini lahir dari dua masalah utama yang kerap dihadapi masyarakat, khususnya para pembudidaya ikan skala kecil, yaitu tingginya biaya pakan dan menumpuknya limbah organik yang belum terkelola dengan baik.

“Dengan konsep ekonomi sirkular, maggot menjadi solusi inovatif yang tidak hanya efisien secara biaya tetapi juga mampu mengurangi sampah sekaligus meningkatkan produktivitas budidaya ikan,” tambahnya.

Iskandar menambahkan bahwa tujuan utama program ini adalah menyediakan pakan ikan yang murah dan ramah lingkungan sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal. Ia berharap model ini bisa diadopsi secara luas di berbagai daerah.

“Selain menekan biaya produksi, inisiatif ini juga berkontribusi pada pengurangan sampah organik serta pengendalian emisi gas rumah kaca,” katanya.

Ilham Akbar, Kepala Unit CSR PT Semen Padang, yang ikut memantau uji coba di Pokdakan Lubuk Tampurung Indah, Kecamatan Kuranji, mengungkapkan bahwa hasil percobaan menunjukkan pertumbuhan ikan yang sangat menjanjikan.

“Ini membuktikan bahwa maggot dapat menjadi alternatif pakan yang sangat potensial menggantikan pakan komersial yang selama ini menjadi beban pembudidaya,” ujarnya.

Program ini mendapat dukungan teknis dari Dr. Resti Rahayu, akademisi dari Departemen Biologi FMIPA Universitas Andalas. Maggot yang digunakan berasal dari Rumah Sentra Budidaya Maggot BSF, yang sebelumnya merupakan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPS3R) di Kelurahan Rawang dan dikelola oleh PT Semen Padang.

Menurut Ilham, inti dari program ini adalah mengubah limbah dapur menjadi pakan bernilai ekonomis. “Jika budidaya maggot bisa dilakukan secara mandiri, biaya pakan akan jauh lebih rendah,” jelasnya.

Dr. Resti menambahkan, uji coba berlangsung selama 45 hari dengan 12 kolam berukuran 1×1 meter, masing-masing diisi 20 ekor ikan nila dengan bobot awal antara 100–125 gram.

Empat jenis pakan diuji coba: 100% pakan komersial, 100% pakan Gerpari (campuran tepung roti, susu kedaluwarsa, ampas tahu, dan pelet), 100% pelet Pelkito SP (pakan olahan maggot), serta kombinasi 50% pakan komersial dan 50% maggot segar.

“Pertumbuhan terbaik tetap pada pakan komersial dengan kenaikan 30 persen. Namun, kombinasi maggot dan pakan komersial juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yakni antara 23 hingga 27 persen, dengan efisiensi biaya yang jauh lebih optimal,” terangnya.

Harga pakan komersial saat ini mencapai Rp12.000 per kilogram, sedangkan maggot dibanderol antara Rp4.000 hingga Rp6.000 per kilogram. Jika dibudidayakan sendiri, biaya tersebut bisa jauh lebih ditekan.

“Selain keuntungan ekonomi, program ini juga berdampak positif terhadap pengurangan sampah organik yang masuk ke TPA serta menekan emisi gas rumah kaca,” tambah Dr. Resti, yang dikenal dengan julukan “Ayu Maggot” karena kepakarannya di bidang ini.

Sementara itu, Ketua Pokdakan Lubuk Tampurung Indah, Mikirizal, menyambut baik hasil uji coba tersebut. “Biaya pakan selama ini menjadi kendala utama bagi kami. Jika maggot dapat dikembangkan lebih luas, tentu sangat membantu para pembudidaya,” ungkapnya.

Inisiatif ini sejalan dengan visi Pemerintah Kota Padang dalam upaya pengurangan sampah organik dan mendukung program darurat sampah yang tengah dijalankan.

Selain itu, program ini juga mengimplementasikan salah satu poin dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yakni ketahanan pangan dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.(des*)