50 Persen Tenaga Pendidik SMA/SMK dan SLB di Agam Masih Berstatus Honorer -->

Iklan Atas

50 Persen Tenaga Pendidik SMA/SMK dan SLB di Agam Masih Berstatus Honorer

Kamis, 15 April 2021
Bupati Agam gelar pertemuan dengan pengawas sekolah setingkat SMA/SMK Maupun SLB bicarakan kemajuan pendidikan di Agam ke depan.


Agam, fajarsumbar. com - Agam mengalami kekurangan tenaga pendidik di tingkat SMA/SMK maupun untuk SLB, ditambah dengan kondisi 50 persen tenaga pendidik  ditingkat sekolah tersebut masih berstatus tenaga honorer, sehingga berdampak kurang baik terhadap mutu pendidikan


Kondisi tersebut disampaikan oleh  pengawas sekolah SMA/SMK dan SLB Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Wilayah I Provinsi Sumatera Barat, di Mess Pemkab Agam Belakang Balok, Kamis (15/4 kepada  Bupati Agam Dr. Andri Warman


Kegiatan ,diikuti belasan pengawas sekolah dan juga dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Agam, Drs. Isra.


Menanggapi kondisi tersebut, Bupati Agam, Dr. Andri Warman menyampaikan, Pemkab Agam dalam hal ini hanya bisa mensupport karena

secara struktur SMA/SMK dan SLB berada dibawah kewenangan provinsi, sehingga Pemkab Agam tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasinya,


Namun walau bagaimana permasalahan ini harus segera diatasi, nanti akan dikoordinasi dengan Pemprov Sumbar bagaimana langkah untuk mengatasi persoalan tersebut."katanya



“Kita yakin persoalan ini bisa diatasi bersama-sama, tapi secara struktur SMA/SMK dan SLB berada dibawah kewenangan provinsi, sehingga Pemkab Agam tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasinya


Kita akan coba berkoordinasi apa yang bisa dikerjasamakan antara Pemkab Agam dengan Pemprov Sumbar dalam mengatasi persoalan di SMA/SMK dan SLB,” sebutnya.


Apalagi bupati yang akrab disapa AWR ini sangat konsen terhadap pendidikan, tapi dengan struktur kewenangan SMA/SMK dan SLB berada di provinsi, maka Pemkab Agam hanya dapat mensupport bagaimana persoalan ini dapat terselesaikan.


Tidak hanya bidang SDM saja, bupati AWR juga berkomitmen berikan beasiswa kepada anak yang pintar, berasal dari keluarga kurang mampu dan yatim atau piatu untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.


“Seperti yang dilakukan terhadap siswa di SMAN 1 Tilatang kamang, dia pintar, keluarganya kurang mampu dan juga piatu, secara langsung mendapatkan beasiswa,” terangnya. (Yanto)