Memasak Samba Surau, Tradisi Kurban dì Masjid Aufu Bil Uqud -->

Iklan Atas

Memasak Samba Surau, Tradisi Kurban dì Masjid Aufu Bil Uqud

Kamis, 22 Juli 2021

 

Memasak Samba Surau dari daging kurban di Masjid Aufu Bil Uqud, Koto Katik, Padang Panjang.

Padang Panjang, fajarsumbar.com - Enam belas ekor sapi dan 3 ekor lambing di Masjid Aufu Bil Uqud tumbang oleh tugas jagal di Kelurahan Koto Katik, Kecamatan Padang Panjang Timur, Rabu  (21/7). 


Selepas Shalat Dzuhur, ribuan bungkus daging dibagikan kepada warga setempat, seiring  dengan dimulainya memasak  Gulai Sinaruih --mirip Kalio Daging-- namun tidak menggunakan santan. 


Masyarakat setempat menyebutnya dengan Samba Surau. 


Gulai Sinaruih dari bahan daging kurban ini dimasak dengan porsi  besar.  Menggunakan 12 kuali besar yang menampung  l15 hingga 20 kg daging per kualinya.


Prosesnya sangat tradisional. Dimasak di tunggu dengan kayu bakar. Uniknya pekerjaan memasak daging kurban ini dilakoni  kaum laki-laki setempat. Sementara kaum ibu hanya menyiapkan bumbu-bumbu saja, serta membungkuskan nasi putih untuk dibawa ke masjid. 


Biasanya mereka melebihkan bungkusan untuk yang tengah bekrrja di masjid.


Siang Rabu menjelang Ashar itu matahari hari cukup terik, namun panitia dari para pemuda dan bapak-bapak tampak tak menghiraukannya. Mereka bersemangat, bergantian mengaduk masakan menggunakan sebilah bambu panjang yang cukup tebal. 


Terdengar kelakar di antara mereka. Asap yang mengepul ke udara membuat mata sedikit perih, tapi hal itu sepertinya tidak jadi masalah.


Sesudah Ashar, Gulai Sinaruih menghembuskan aroma gurih, pertanda masakan khas setiap Hari Raya Kurban di Koto Katik ini sudah matang. Potongan rebung kemudian dimasukkan ke dalam adonan. Lalu, setelah beberapa kali diaduk, bara api mulai diperkecil dan ditutupi daun pisang supaya bumbu meresap.


Selang beberapa saat, barulah Gulai Sinaruih dibagikan kepada warga yang datang membawa nasi putih. Ada yang menyantapnya di masjid, ada juga yang membawa pulang. Suasana bahagia masyarakat terasa. 


Ketua Pengurus Masjid, Benni Chandra mengatakan, memasak lauk Gulai Sinaruih daging kurban yang dinamai Samba Surau merupakan tradisi sejak Masjid Aufu bil Uqud didirikan tahun 1927 silam.


Diinisiasi para pendirinya yaitu Syeikh Jamil Jaho, Ustadz Muhammad Idris, dan Ustadz Nurdin Labai Majolelo. 


"Ini wujud rasa syukur di Hari Raya Idul Adha dan kebersamaan antara masyarakat di Kelurahan Koto Katik," jelasnya.


Menurut Benni, dari 16 sapi yang disembelih hari itu, lima di antaranya dimasak di masjid untuk dimakan bersama-sama . Begitupun dengan 3 ekor kambing, untuk gulai cincang, pada santapan siang. 


“Siangnya masyarakat menikmati gulai kambing, sorenya menikmati Gulai Sinaruih berbahan daging sapi," sebutnya.


Ketua DPRD Mardiansyah, A.Md yang turut hadir, mengapresiasi tradisi yang telah lama berlangsung di Masjid Aufu Bil Uqud ini. "Kegiatan ini menujukkan kebersamaan, rasa kekeluargaan, dan gotong royong. Terlihat ada yang membawa nasi untuk dibagikan bersama dari kaum perempuan Ada yang bertugas memasak lauk dari kaum laki-laki. Hal-hal baik seperti ini harus tetap dipertahankan. Kalau bisa juga ada di kelurahan lain," katanya. (*/syam)