Gara-gara Taliban, Afghanistan Ditinggal Perempuan Ahli Robot -->

Iklan Atas

Gara-gara Taliban, Afghanistan Ditinggal Perempuan Ahli Robot

Rabu, 25 Agustus 2021

 

Ilustrasi robot


Jakarta -- Afghanistan kehilangan kaum perempuan yang merupakan para penemu dan ahli di bidangnya gara-gara Taliban kembali berkuasa.


Di antaranya adalah para remaja perempuan yang tergabung dalam tim ahli mekanik dan pembuat robot yang kini mengungsi ke Qatar. Melansir AP, mereka sempat mencuri perhatian di dunia atas kesuksesan menciptakan robot.


Para remaja yang rata-rata berusia 15-18 tahun itu bahkan telah membuat penemuan robotik yang telah dipatenkan. Hak paten itu termasuk robot pendeteksi ranjau darat dan ventilator berbiaya murah terbuat dari onderdil mobil, sebagaimana dikutip cnnindonesia.


Beberapa bahkan pernah ambil bagian dalam Olimpiade Robot Dunia yang pertama kali digelar di Washington, DC, Amerika Serikat, pada 2017.


Mereka saat ini masih berada di Doha sembari menyelesaikan pendidikan di kota itu demi masa depan mereka. Para remaja ini meninggalkan keluarga mereka yang masih terjebak di Afghanistan.


Para remaja ini merupakan kelahiran 2000-an awal ketika Amerika Serikat menginvasi Afghanistan dan memukul mundur Taliban.


"Sedih rasanya bagi kami harus meninggalkan Afghanistan. Sulit bagi kami karena keluarga masih di sana dan negara kami hancur," ujar Nahid Rahimi, salah satu perempuan ahli robot yang kini tinggal di Qatar, kepada Fox News via AP.


Rahimi dan teman-temannya mengkhawatirkan yang terburuk di bawah rezim Taliban. Ia cemas perempuan dan minoritas akan kehilangan hak dan kebebasan yang diperoleh dengan susah payah dalam beberapa tahun terakhir.


"Ya, kami benar-benar berpikir bahwa kami harus pergi karena kami tidak punya pilihan lain," kata remaja perempuan anggota lainnya dari tim robot, Sadaf Hamidi.


Pihak Taliban melalui juru bicara mereka, Shuhail Shaheen sendiri berjanji akan memerintah Afghanistan secara inklusif dan moderat. Khusus untuk kaum perempuan, Taliban juga berjanji membolehkan wanita bekerja dan tidak diwajibkan mengenakan cadar.


Meski demikian, banyak pihak meragukan janji Taliban tersebut. Pasalnya, sejumlah peristiwa yang terjadi bertolak belakang dengan janji tersebut. Salah satunya adalah pengakuan perempuan pekerja televisi nasional Afghanistan yang diminta berhenti dari pekerjaannya. (*)