Amerika Serikat (CDC) Menyatakan Vaksin Buatan Moderna Lebih Efektif Mencegah Gejala Parah Covid-19 -->

Iklan Atas

Amerika Serikat (CDC) Menyatakan Vaksin Buatan Moderna Lebih Efektif Mencegah Gejala Parah Covid-19

Sabtu, 18 September 2021
.


Jakarta -
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan vaksin buatan Moderna lebih efektif mencegah gejala parah Covid-19 dibandingkan dengan Pfizer dan Johnson & Johnson (J&J).


Hasil studi CDC yang melibatkan lebih dari 3.600 orang dewasa memaparkan vaksin Moderna 93 persen efektif mencegah penderita Covid-19 mengalami gejala hingga harus dirawat di rumah sakit.


Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan vaksin Pfizer dan J&J masing-masing 88 persen dan 71 persen efektif mencegah gejala berat Covid-19.


Dalam studi itu, CDC melibatkan 3.600 orang dewasa yang menderita Covid-19 dan dirawat di rumah sakit selama rentang waktu 11 Maret hingga 15 Agustus 2021.


"Di antara orang dewasa tanpa kondisi gangguan imun, efektivitas vaksin terhadap kemungkinan rawat inap Covid-19 selama 11 Maret-15 Agustus 2021 lebih tinggi untuk vaksin Moderna (93%) daripada vaksin Pfizer-BioNTech (88%), dan vaksin Janssen (71%)," tulis tim tersebut dalam laporan mingguan CDC tentang angka kematian dan penyakit, sebagaimana dikutip pada cnnindonesia.com.


CDC menemukan penurunan efikasi pada vaksin Pfizer dalam empat bulan setelah mendapat dosis kedua. Lembaga itu memaparkan efektivitas vaksin Pfizer/BioNTech mencapai 91% pada 14-120 hari setelah menerima dosis vaksin kedua dan akan menurun secara signifikan menjadi 77% pada lebih dari 120 hari.


"Perbedaan efektivitas antara vaksin Moderna dan Pfizer/BioNTech mungkin disebabkan oleh kandungan mRNA yang lebih tinggi dalam vaksin Moderna, perbedaan waktu antara dosis (3 minggu untuk Pfizer/BioNTech versus 4 minggu untuk Moderna), atau kemungkinan perbedaan antara kelompok yang menerima setiap vaksin yang tidak diperhitungkan dalam analisis," bunyi laporan tim tersebut menambahkan.


Sementara itu, Vaksin J&J menggunakan virus flu biasa yang tidak aktif yang disebut adenovirus (vektor virus) untuk memunculkan instruksi genetik ke dalam tubuh.


"Satu dosis vaksin vektor virus Janssen memiliki respons antibodi anti-SARS-CoV-2 yang relatif lebih rendah dan efektivitas vaksin terhadap rawat inap COVID-19," kata tim tersebut.


Meskipun hasil studi menunjukkan vaksin Janssen memiliki efektivitas yang lebih rendah, satu dosis vaksin Janssen masih mengurangi risiko rawat inap rumah sakit terkait COVID-19 sebesar 71 persen.


CDC menuturkan studi adu efikasi antar vaksin ini dilakukan untuk mendorong dan memandu masyarakat memahami pilihan terkait vaksin. Selain itu, studi ini juga bisa dijadikan pegangan untuk rekomendasi kebijakan mengenai program booster vaksin.


Terlepas dari hasil studi ini, CDC mengatakan semua vaksin COVID-19 yang disetujui atau disahkan Lembaga Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) memberikan perlindungan substansial terhadap pasien rawat inap COVID-19.


Seluruh vaksin Covid-19 tersebut juga efektif mencegah berbagai varian virus SARS-CoV-2 yang tengah menyebar. (*)