Bandua dan Labuah dalam Museum Istano Basa Pagaruyung Mempunyai Makna -->

Iklan Atas

Bandua dan Labuah dalam Museum Istano Basa Pagaruyung Mempunyai Makna

Minggu, 12 September 2021

 

Labuah Tangah di Museum Istano Basa Pagaruyung

Penulis : Freddy


Tanah Datar, fajarsumbar.com - Museum Istano Basa Pagaruyung yang berdiri megah dan unik di Nagari Pagaruyung ini, banyak sekali meninggalkan benda pusaka atau non benda serta sejarah budaya Minangkabau, yang mengandung nilai filosofi yang tinggi. Sehingga bila kita berkunjung ke Sumatera Barat khususnya Tanah Datar, untuk tidak lupa berkunjung ke Istano Basa Pagaruyung. 


Pada artikel ini penulis akan membahas tentang Bandua dan Labuah. Bandua terbagi dua yaitu Bandua Tapi dan Bandua Tangah, sedangkan Labuah juga terbagi dua yakni Labuah Tangah dan Labuah Gajah, pada Museum Istano Basa Pagaruyung yang mempunyai nilai filosofi. 


Bandua Tapi adalah ruangan yang mula-mula ditemui pengunjung setelah mememasuki bangunan utama dari arah Surambi Papek, ia meliputi ruangan antara tiang panagua alek dan tiang temban sepanjang bangunan, ruangan ini adalah tempat duduk penghulu kaum sewaktu datang mengunjungi anggota kaumnya, dengan posisi duduk membelakangi jendela. 


Jadi posisi duduk seperti inilah yang melambangkan perhatian, pengawasan, kepedulian dan tanggung jawab yang bersungguh-sungguh dari penghulu kaum kepada kaumnya. 


Selanjutnya Bandua Tangah adalah ruangan bagian belakang yang ditinggikan untuk tempat bagi para sumando bersama keluarga. Ia melambangkan bahwa masyarakat Minangkabau memberikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi terhadap sumando. 


Keberadaan Bandua Tangah seiring kata-kata mutiara adat yang berbunyi, 'Anak dipangku kamanakan dibimbiang', kata-kata mutiara ini menunjukkan bahwa seorang bapak dalam masyarakat Minangkabau, adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap kehidupan dan keselamatan anak dan keluarganya. 


Sekarang Labuah Tangah adalah sebuah ruangan lepas persegi empat yang dibentuk oleh empat buah tiang, dua tiang pada deretan tiang temban dan dua tiang pada deretan tiang panjang, ruang ini langsung terletak didepan Singgasana, dan juga membagi ruangan Istano menjadi dua bagian. Kedua ruangan tersebut adalah di sebelah kanan dan kiri. Ruangan yang disebut Labuah Tangah ini mewakili Lareh Nan Panjang adalah tempat menyampaikan sesuatu atas permasalahan kepada penguasa atau Rajo Alam.


Selanjutnya Labuah Gajah adalah ruangan yang terletak antara Bandua Tapi dan Bandua Tangah, ruangan Labuah Gajah terpisah jadi dua bagian, yang terletak di sebelah kanan dari pintu masuk dinamakan 'Pangka', dan yang sebelah kiri dinamakan 'Ujung'. 


Pangka adalah tempat untuk tuan rumah, sedangkan ujung adalah tempat untuk tamu. Dalam pemerintahan Lareh Koto Piliang duduk disebelah pangka, sedangkan Lareh Bodi Chaniago duduk disebelah ujung, Rajo Alam duduk diantara kedua Lareh dan di depan duduk Lareh Nan Panjang. 


Melalui posisi duduk dapat dilihat dengan jelas bahwa Rajo Alam yang memimpin kerajaan juga bertindak sebagai pemimpin kerajaan berdasarkan demokrasi. Ruangan Labuah Gajah juga digunakan sebagai tempat segala kegiatan atau dinamakan ruangan serba guna. 


Demikianlah artikel yang penulis buat ini, tentang Bandua dan Labuah yang mempunyai fungsi dan makna, yang terdapat dalam Museum Istano Basa Pagaruyung dan tertata rapi dan indah. (**)