Singapura Mulai Suntik Vaksin Booster -->

Iklan Atas

Singapura Mulai Suntik Vaksin Booster

Jumat, 17 September 2021


PM Singapura Lee Hsien Loong telah menerima vaksin booster.

Jakarta - Warga Singapura mulai menjalankan suntik vaksin booster. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong jadi yang pertama menerima suntikan vaksin booster pada Jumat (17/9), setelah sebelumnya menerima vaksin Pfizer pada akhir Januari lalu.

Lee juga mengajak warganya untuk menerima vaksin booster.


"Kasus meningkat pesat. Suntikan booster akan memperkuat perlindungan Anda dari Covid-19," kata Lee dalam sebuah postingan Facebook, dikutip Channel News Asia, sebagaimana dikutip CNNIndonesia.com.


"Jika Anda ditawari (vaksin) booster, silakan ambil. Ini akan mengurangi kemungkinan Anda sakit parah, atau membutuhkan perawatan ICU."


Lee juga menyampaikan, lansia di atas 60 tahun yang telah menerima vaksin lebih dari enam bulan akan menerima pesan singkat terkait penjadwalan vaksinasi ketiga atau booster.


Sebelumnya, pemerintah Singapura juga mengumumkan mulai mendistribusikan vaksin booster bagi berbagai kelompok masyarakat. Orang dengan autoimun sedang hingga parah, lansia di atas 60 tahun, dan penghuni panti jompo.


Komite ahli vaksinasi Covid-19 merekomendasikan penggunaan vaksin booster untuk orang berusia 60 tahun ke atas. Vaksinasi ini dilakukan dalam rentang enam sampai sembilan bulan setelah menerima dosis lengkap.


Selain itu, Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) juga mengatakan bahwa lansia rentan terjangkit penyakit parah akibat Covid-19. Ada pula kemungkinan penurunan antibodi walaupun telah menerima dosis penuh.


Untuk kelompok dengan gangguan imun, MOH menyampaikan bahwa mereka juga berpotensi mengalami gejala parah jika terpapar Covid-19. Kelompok ini harus menerima vaksin booster dua bulan setelah menerima dosis lengkap.


"Sebagai bagian dari program vaksinasi utama mereka untuk memastikan bahwa mereka memulai dengan respon imun protektif yang memadai terhadap vaksinasi", kata MOH.


Sebelumnya, Singapura juga meneliti penggunaan vaksin non-mRNA sebagai booster.


Komite Ahli Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) menyatakan bahwa mereka "secara aktif mempelajari strategi heterolog yang melibatkan vaksin non-mRNA".


Selain itu, Singapura juga sedang mengumpulkan kerja sama dengan berbagai perusahaan terkait rencana pemberian vaksin booster ini.


"Kami sedang bernegosiasi dengan pemasok untuk memberikan kami suntikan penguat non-mRNA, dan beberapa sedang mempersiapkan aplikasi mereka untuk PSAR (jalur akses khusus pandemi)," ujar Menteri Kesehatan Singapura Janil Puthucheary.


Beberapa jenis vaksin non-mRNA yang direkomendasikan oleh WHO ialah Oxford-AstraZeneca, Johnson & Johnson, dan Sinopharm.(*)