Aktualisasi Pengembangan Organisasi Bank BRI Menghadapi Post-Pandemic” -->

Iklan Atas

Aktualisasi Pengembangan Organisasi Bank BRI Menghadapi Post-Pandemic”

Selasa, 21 Desember 2021

Ilustrasi



Oleh: Khansa Henovanto


Identifikasi dampak pandemi Covid-19 di Indonesia, berimbas negatif terhadap aspek kesehatan, aspek sosial, juga aspek perekonomian dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi sebesar -5,32% pada Triwulan-II 2020 (Bank Rakyat Indonesia, 2020). Selain itu, industri perbankan yang berkaitan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan kredit nasional, merujuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hanya menunjukkan pada kisaran -1% hingga 2% pada tahun 2020 silam (Ubaidillah, 2021).


Salah satu organisasi dalam industri perbankan yang memperoleh dampak ini adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau Bank BRI, yang harus melakukan adaptasi protokol keselamatan dan kesehatan, serta mengupayakan restrukturisasi kredit terhadap 2,9 juta Pelaku UMKM dengan valuasi mencapai Rp186,6 triliun (Bank Rakyat Indonesia, 2020). Urgensi adaptasi terhadap pandemi COVID-19 menjadi penting, sebagaimana Bank BRI merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di industri perbankan, namun tetap memerlukan pengembangan yang konkret dalam periode post-pandemic. 


Rekam jejak pengembangan organisasi di Bank BRI dari tahun 2016 melalui BRIvolution 1.0 untuk pemanfaatan teknologi informasi (TI), lalu terdapat perubahan pengembangan organisasi melalui BRIVolution 2.0 sejak tahun 2020.  Visi dari BRIvolution 2.0 adalah “The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia and Champion of Financial Inclusion” melalui pengintegrasian teknologi dalam pelayanan kepada pelaku usaha Ultra Mikro (UMi) dengan skala kredit yang kecil, namun dengan tenor pendek, proses cepat, dan biaya terjangkau (Hutauruk, 2021; Gunawan, 2021). Selain itu, terdapat pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan tiga entitas BUMN, dengan Bank BRI sebagai holding, PT. Pegadaian (Persero), serta PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM sebagai sub-holding (Kemenkeu, 2021).


Bagaimana Aktualisasi dari Pengembangan Organisasi Bank BRI dalam menghadapi kondisi post-pandemic?

Konsep pengembangan organisasi, merujuk kepada Burke dalam Cummings dan Worley, merupakan proses perubahan budaya organisasi yang terencana melalui pemanfaatan keilmuan, riset, dan teknologi yang berkaitan dengan perilaku dalam organisasi (Cummings & Worley, 2009). Selain itu, penjelasan pengembangan organisasi, menurut Anderson, merupakan proses yang mengubah kepribadian organisasi dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi melalui intervensi yang didorong oleh pengetahuan ilmu sosial dan perilaku (Anderson, 2017). 


Penjelasan dalam intervensi dari pengembangan organisasi dapat melalui intervensi human process, intervensi teknostruktural, intervensi manajemen sumber daya manusia, serta intervensi perubahan organisasi yang strategis. Dengan demikian, pengembangan organisasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh pihak organisasi untuk memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mencapai efektivitas organisasi.


Intervensi Teknostruktural

Bentuk intervensi dari pengembangan organisasi, dapat melalui intervensi teknostruktural yang mengedepankan pengembangan organisasi melalui perkembangan teknologi, sekaligus perubahan dalam struktur organisasi. Restrukturisasi organisasi dalam intervensi teknostruktural, merujuk Cummings dan Worley, merupakan upaya organisasi merespons perubahan teknologi dan lingkungan untuk lebih ramping dan fleksibel melalui perubahan struktur, perubahan model bisnis, atau perampingan organisasi (Cummings & Worley, 2009). Selain itu, juga terdapat pembentukan desain kerja yang merupakan upaya bagi organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif, melalui pendekatan engineering, motivational, atau sociotechnical (Cummings & Worley, 2009).


Upaya Bank BRI melakukan intervensi teknostruktural dalam pengembangan organisasi ketika kondisi post-pandemic adalah melalui proses restrukturisasi organisasi dengan struktur matriks dari pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan Bank BRI, Pegadaian, dan PNM (Kemenkeu, 2021). Struktur organisasi secara matriks menjadikan Bank BRI berkesempatan untuk mengembangkan kegiatan bisnis secara kolaboratif untuk mencapai visi organisasi, sehingga dalam proses ini tidak terjadi proses perampingan organisasi. 


Rekayasa ulang terhadap model bisnis di Bank BRI, berasal dari pendefinisian kembali akan visi organisasi yang menjadi panduan bagi Bank BRI untuk mengembangkan teknologi dan memberikan pelayanan yang menjangkau pelaku usaha kelas Ultra Mikro, Mikro, Kecil, dan Menengah.


Pembentukan desain kerja di Bank BRI dalam menghadapi kondisi post-pandemic, mengarah kepada penggunaan pendekatan sociotechnical. Pendekatan sociotechnical oleh Bank BRI dalam pembentukan desain kerja yang melibatkan aspek sosial dalam budaya organisasi melalui nilai-nilai AKHLAK dari Kementerian BUMN dengan BRI One Culture dalam menggerakkan kesiapan pekerja (Bank Rakyat Indonesia, 2020). 


Selain itu, Bank BRI juga melakukan seleksi dan rekrutmen serta pelatihan bagi pekerja yang mengedepankan aspek keterampilan bekerja dan aspek kepemimpinan dengan pelatihan yang ekstensif melalui Program Pengembangan Staf (PPS) BRI (Bank Rakyat Indonesia, 2020).


Intervensi Manajemen Sumber Daya Manusia

Pelaksanaan intervensi dalam pengembangan organisasi, selain dari bentuk intervensi teknostruktural, juga terdapat bentuk intervensi manajemen sumber daya manusia dengan pengembangan organisasi melalui pengelolaan kinerja secara individu atau kelompok. Pengupayaan manajemen kinerja, merujuk kepada Cummings dan Worley, merupakan proses pendefinisian, penilaian, dan penguatan perilaku dan kinerja anggota organisasi secara terintegratif, meliputi penentuan tujuan organisasi, penilaian kinerja, serta pemberian apresiasi kepada pekerja (Cummings & Worley, 2009). 


Selain itu, juga terdapat pengembangan karir, yang merujuk kepada merujuk kepada Cummings dan Worley, merupakan upaya untuk melangsungkan pengelolaan terhadap talenta dari anggota organisasi secara berkelanjutan (Cummings & Worley, 2009).


Proses manajemen kerja di Bank BRI dalam rangka pengembangan organisasi, berangkat dari proses untuk menentukan visi sebagai landasan perubahan, sebagaimana visi BRIVolution 2.0 untuk menjadi bank yang inklusif dalam memberikan pelayanan. Selanjutnya, pada proses penilaian kinerja, Bank BRI melakukan penilaian kinerja dengan melihat dari aplikasi BRIStars yang melakukan peninjauan dan penilaian dari target dan perwujudan capaian kinerja dari pekerja yang ada di Bank BRI (Maulana, 2020). 


Langkah dari manajemen kinerja tersebut bergerak kepada pemberian reward untuk apresiasi kepada pekerja, seperti pemberian fasilitas kendaraan bermotor kepada Mantri Bank BRI yang terus mengembangkan pelayanan kredit mikro di wilayah pelosok (Santia, 2021).


Keterkaitan dari aspek pengembangan karier dalam intervensi manajemen sumber daya manusia bagi pekerja Bank BRI, menggunakan intervensi perencanaan dan pengembangan karier untuk menyesuaikan dengan aspek-aspek tertentu dari seluruh pekerja. Pertama, proses pengembangan karier melalui pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi pekerja Bank BRI melalui layanan pembelajaran secara daring dari situs BRI Smart yang menyesuaikan dengan berbagai jenis pekerjaan di Bank BRI (Maulana, 2020). 


Selanjutnya, pelaksanaan perencanaan karier dengan mengumpulkan aspirasi pekerja Bank BRI melalui kanal BRILLIance dalam aplikasi BRIStars untuk dapat memberikan kontribusi atau peran dalam menentukan jenjang karier di Bank BRI (Maulana, 2020). Terakhir, pelaksanaan dari intervensi work-life balance bagi pekerja, melalui penyediaan fasilitas BRIWork sebagai coworking space bagi pekerja dan masyarakat sekitar (Ramdhani, 2020).


Intervensi Perubahan Organisasi yang Strategis

Pengembangan organisasi dapat melalui intervensi perubahan organisasi yang strategis, merujuk kepada Cummings dan Worley, merupakan upaya untuk mengubah karakteristik organisasi, meliputi struktur organisasi dan keterkaitan dengan lingkungan sekitar (Cummings & Worley, 2009). Implementasi dari intervensi perubahan organisasi yang strategis dapat melangsungkan beberapa perubahan yang mencakup aspek-aspek tertentu yang dapat menjadi fokus perubahan, seperti perubahan transformasional, perubahan berkelanjutan, atau perubahan transorganisasional. 


Perubahan secara strategis dalam konteks pengembangan organisasi juga berarti memastikan perubahan yang berkelanjutan, maka terdapat kebutuhan untuk menciptakan organisasi yang dinamis dan memiliki landasan untuk melakukan perubahan yang relevan. 


Karakteristik dalam pelaksanaan intervensi perubahan organisasi yang strategis di Bank BRI, menunjukkan pelaksanaan dari perubahan transformasional dengan tipe intervensi secara integrated strategic change. Perwujudan dalam tipe intervensi integrated strategic change, terletak pada implementasi BRIVolution 2.0 sebagai penyesuaian organisasi dengan lingkungan sekitar, terutama terhadap kondisi ekonomi ketika post-pandemic, untuk meningkatkan efektivitas dan kinerja organisasi. 


Transisi dari Bank BRI untuk lebih menjangkau pelaku usaha Ultra Mikro (UMi) atau kredit dengan nominal yang lebih kecil, menjadi penekanan bagi Bank BRI untuk memperhatikan area tersebut sebagai model baru dalam pengembangan bisnis yang berkelanjutan.


Pengupayaan Bank BRI untuk melangsungkan pengembangan organisasi melalui perubahan berkelanjutan, menunjukkan kepada landasan perubahan yang merujuk kepada pembentukan self-design organization. Identifikasi terhadap pembentukan self-design organization di Bank BRI menunjukkan kepada upaya organisasi untuk menjadi organisasi dinamis yang kapabel untuk melangsungkan perubahan.


Sebagaimana Bank BRI juga melaksanakan pengembangan organisasi melalui BRIVolution 1.0 lalu mengalami perubahan dengan BRIVolution 2.0 untuk merespons kondisi post-pandemic. Selain itu, Bank BRI juga telah mendasarkan perubahan dengan berfokus pada aspek digital dan culture untuk menjadi pijakan dalam melangsungkan perubahan-perubahan sebagai bentuk pengembangan organisasi yang visioner dalam menyongsong kondisi di masa kini juga di masa yang akan datang (Bank Rakyat Indonesia, 2021).


Kesimpulan dan Saran

Aktualisasi pengembangan organisasi dari Bank BRI dalam menghadapi kondisi post-pandemic, melihat kepada pengimplementasian pada berbagai intervensi, menunjukkan perwujudan yang baik. Pada intervensi teknostruktural, terdapat pengembangan yang mampu untuk melakukan pemanfaatan teknologi dan menyesuaikan struktur organisasi dalam agenda perubahan untuk meningkatkan efektivitas organisasi. 


Selanjutnya, implementasi dari manajemen sumber daya juga menunjukkan komitmen dari Bank BRI untuk melakukan pengelolaan sekaligus meningkatkan keterampilan bagi pekerja. Terakhir, perwujudan dalam perubahan yang strategis menunjukkan orientasi dari Bank BRI untuk tidak hanya melakukan perubahan yang adaptif, namun juga dapat menyesuaikan dengan lingkungan organisasi dengan berbagai hal yang dapat menjadi suatu ketidakpastian.


Tinjauan terhadap pengembangan organisasi Bank BRI untuk kondisi post-pandemic, juga menghasilkan beberapa hal yang dapat menjadi saran, yaitu:

1. Pemenuhan kebutuhan dalam melaksanakan pelayanan kredit untuk pelaku usaha di daerah pelosok.

2. Keselarasan perubahan dalam pemberdayaan pelaku usaha dengan integrasi teknologi secara signifikan.

3. Pemberdayaan budaya kerja untuk memastikan pekerja paham, juga melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan budaya atau nilai-nilai yang ada. (*)