Awal Mula Darurat Kazakhstan hingga Minta Bantuan Aliansi Rusia -->

Iklan Atas

Awal Mula Darurat Kazakhstan hingga Minta Bantuan Aliansi Rusia

Jumat, 07 Januari 2022

Kazakhstan dalam status darurat setelah pecah kerusuhan di negara itu

Jakarta  -- Kazakhstan berada dalam kekacauan usai ribuan orang turun ke jalan dalam beberapa hari memprotes kenaikan harga bahan bakar gas cair atau LPG. 


Pemerintah sampai-sampai menerapkan status darurat nasional.


Video yang beredar di media sosial menunjukkan orang-orang menyerbu gedung-gedung pemerintahan di kota terbesar Kazakhstan, Almaty.


Protes itu dipicu kenaikan bahan bakar cair atau LPG. LPG ini digunakan banyak orang Kazakhstan sebagai bahan bakar kendaraan mereka, sebagaimana dikutip cnnindonesia.com.


Sebetulnya protes sudah terjadi di beberapa kota kecil Kazakhstan pada Minggu (2/1).


Kemudian pada Rabu (5/1), protes terjadi di Almaty. Mereka meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan menyerang kendaraan.


Sebelum protes, harga LPG di angka 120 tenge atau sekitar Rp3.900 per liter. Pemerintah kemudian menurunkan menjadi 50 tenge atau sekitar Rp1.600.


Provinsi Mangystau bergantung pada LPG sebagai bahan bakar utama kendaraan. Setiap lonjakan harga akan berpengaruh pada harga makanan dan kebutuhan lain.


Kemarahan mereka lalu meluas disebabkan sejumlah faktor. Pemicunya antara lain ketidakpuasan terhadap pemerintah yang otoriter, korupsi yang lazim dan membuat kekayaan terpusat di kalangan elite politik, kesenjangan sosial dan ekonomi, serta kurangnya implementasi nyata demokrasi.


Menurut data pemerintah yang dikutip New York Times, gaji rata-rata di Kazakhstan setara dengan US$570 atau Rp8.1 juta per bulan, meskipun ada pula warga berpenghasilan jauh lebih sedikit.


Mereka juga menuntut mantan presiden 1989-2019, Nursultan Nazarbayev, keluar dari ring pemerintahan.


Di pemerintahan saat ini, ia punya kendali sebagai dewan keamanan dan Pemimpin Bangsa; peran konstitusional yang memiliki keistimewaan dalam membuat kebijakan dan kebal hukum.


Kerusuhan semakin menjadi-jadi sehingga polisi menembakkan gas air mata. Suasana pun makin kacau.


Kementerian dalam Negeri Kazakhstan mengatakan delapan pasukan keamanan tewas dan 317 lainnya mengalami luka-luka.


Tak lama setelah itu, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengumumkan status darurat di kota besar seperti Almaty, Mangystau dan Ibu kota Nur-Sultan.



Dia lalu memperbarui status itu menjadi darurat nasional di hari yang sama.


Status itu berlaku dari 5 hingga 19 Januari. Dalam aturan tersebut jam malam juga akan diberlakukan dari pukul 23.00 hingga 07.00 pagi waktu setempat. Pembatasan keluar masuk dari kedua kota itu pun dalam pengawasan ketat.


Di hari itu pula, Tokayev menerima surat pengunduran diri kabinet pemerintahan Perdana Menteri Askar Mamin. Posisi itu, kemudian digantikan oleh Alikhan Smailov.


Situasi yang terus memanas membuat Tokayev meminta bantuan blok keamanan yang dipimpin Rusia (CSTO) untuk meredam demo di negaranya.


CSTO merupakan aliansi militer keamanan yang dipimpin Rusia dan beranggotakan negara bekas Uni Soviet seperti Belarus, Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan.


Tokayev kini mengambil alih urusan keamanan nasional dan sudah memecat KepalaDewan Keamanan Nasional, Karim Masimov, imbas kekacauan ini.


Dalam pidato yang disiarkan Kamis (6/1), Tokayev menilai "geng teroris" yang dilatih pihak asing tengah merebut dan menduduki infrastruktur negara serta persenjataan.(*)