Komentar |
| Korea Utara tak akan ikut Olimpiade Musim Dingin di Beijing, China. |
Jakarta - Korea Utara tak akan berpartisipasi Olimpiade Musim Dingin Beijing, China. Dalam sebuah surat untuk China, Korut menyalahkan 'kekuatan musuh' dan risiko Covid-19 atas ketidakhadirannya dalam Olimpiade tersebut.
"Kami tidak bisa mengikuti Olimpiade karena gerakan kekuatan musuh dan pandemi dunia kini, tetapi kami akan terus mendukung kerja keras rekan-rekan China dalam menyelenggarakan festival Olimpiade yang indah dan menakjubkan," kata surat yang dibuat oleh Komite Olimpiade dan Kementerian Olahraga Korut, menurut KCNA, dikutip dari Reuters.
Selain itu, Korut menuduh Amerika Serikat berupaya menggagalkan acara Olimpiade ini, kata media pemerintah negara itu, Jumat (7/1).
AS sendiri melakukan boikot diplomatik atas Olimpiade Beijing mengingat kasus hak asasi manusia di China, meski mengizinkan atlet mereka bertanding di acara itu. Selain AS, Inggris, Australia, dan Kanada juga turut melakukan boikot diplomatik, sebagaimana juga dikutip CNNindonesia.com
"AS dan pengikut bawahannya semakin jelas menunjukkan gerak-gerik mereka melawan China, dengan tujuan mencegah pembukaan sukses Olimpiade," kata surat dari Korut.
Surat ini juga menyebut AS menghina semangat Olimpiade internasional dan berupaya menjelekkan China di mata internasional.
Meski demikian, tidak jelas apakah surat ini dimaksudkan untuk atlet Korut yang tak bisa bertanding karena Korut diskors setelah tak bisa mengirimkan atlet ke Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Akibatnya, Korut tak dapat mengirimkan atlet mereka sampai pada akhir 2022. Surat ini juga tidak menyebutkan isu delegasi diplomatik.
Korut diketahui juga menerapkan penguncian (lockdown) ketat yang memblokir, bahkan diplomatnya sendiri, masuk ke negara itu.
Sebelumnya, Korut pernah mengirimkan petinggi politik mereka beberapa ajang olahraga, termasuk saudara Kim Jong-un, Kim Yo-jong, yang pernah datang ke Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan.
China sendiri merupakan satu-satunya sekutu Korut sejak kedua negara menyepakati perjanjian di 1961. Sanksi internasional yang dijatuhkan pada Korut akibat aktivitas rudal dan nuklir juga membuat negara itu semakin bergantung pada Beijing.(*)