Keltan Raso Kewalahan Penuhi Permintaan Kebutuhan Konsumen Pupuk Organik -->

Iklan Atas

Keltan Raso Kewalahan Penuhi Permintaan Kebutuhan Konsumen Pupuk Organik

Senin, 20 Juni 2022
Ketua Keltan Raso, MZ Dt. Jindo Kayo 


Payakumbuh, fajarsumbar.com - Kelompok Tani (keltan) Raso adalah salah satu kelompok tani yang bersekretariat di RW III Talawi, Kelurahan Ompang Tanah Sirah (OTS), Kecamatan Payakumbuh Utara - Kota Payakumbuh. Berdiri secara legal standing (resmi) pada Dinas Pertanian Kota Payakumbuh sekitar tahun 2016.


Kala itu beranggotakan 23 orang petani, Muhammad Zamzami Dt Jindo Kayo diamanahi rekan sejawat sebagai Ketua kelompok tani, ini hingga saat ini.


Saat dijumpai di lokasi, Minggu(19/06/2022) pagi, MZ Dt. Jindo Kayo mengaku bahwa dulunya aktifitas kelompok adalah kelompok tani yang bergerak di bidang palawija, dibawah binaan Balai Penyuluhan Pertanian Payakumbuh Utara.


"Dulu kita bergerak dalam bidang tanaman jagung, padi dan cabe dan terung, bawang, dibina Penyuluh dari BPP Payakumbuh Utara. Alhamdulillah, berkembang baik sesuai harapan pemerintah. Itu ada penghargaannya,"terang Pak Datuk.


Atas arahan dan binaan dari BPP, serta kemauan tinggi untuk maju bersama. Keltan Raso mencoba mengajukan proposal bantuan sapi kepada dinas pertanian. Proposal tersebut dikabulkan dengan turunnya bantuan 35 ekor sapi (setaraf sapi kurban). Setelah dipelihara beberapa bulan, anggota kelompok kembali mangajukan usulan, bagaimana sapi tersebut dijual untuk selanjutnya diganti menjadi sapi simental. Kembali usulan Keltan Raso disetujui dengan berita acara sesuai aturan yang berlaku.


"Usulan kami disetujui. Akhirnya keltan Raso memiliki ternak sapi yang repsentatif. Ada simental dan kelas lemosin, serta sapi kawin silang. Sesuai harapan keltan. Dipelihara dalam jangka panjang dan terus berkembang, kotoran sapi pun menumpuk setiap harinya. Makin lama semakin banyak  Akhirnya muncul pemikiran dan inovasi keltan bagaimana jika kotoran sapi diolah menjadi pupuk kompos. Itu pun kami wujudkan bersama, dan mendapat rekomendasi dari Dinas Pertanian melalui BPP Payakumbuh Utara,"terang Pak Datuk.


"Sebenarnya pengomposan ini sudah kami mulai tahun 2011 secara manual. Untuk memenuhi kebutuhan anggota dalam berbudidaya tanaman cabe dan bawang. Alhamdulillah, tahun 2016 Keltan Raso juga mendapat bantuan mesin penggiligan kompos kotoran sapi, sehingga kita bisa menjual ke kios pupuk dan konsumen lain,"imbuhnya.


Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Depi Sastra melalui Kepala BPP Payakumbuh Utara  Yuliza diwakili koordinator Penyuluh Payakumbuh Utara, Eko Suwanto menerangkan bahwa kegiatan kelompok tani Raso selain berbudidaya/pengembangan tanaman pertanian, sapi juga melakukan pengolahan pupuk kandang untuk kompos.


"Saat ini permintaan pupuk kompos dari kotoran sapi masih belum tercukupi. Walau demikian, dengan adanya Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) ini ternyata dapat menambah pendapatan dari anggota kelompok. Saat ini produksi pupuk organik dari kelompok, baru sekitar 2 ton/minggu. Sementara permintaan pasar sekitar 7ton/minggu. Permintaan dari terpenuhi baru untuk tingkat Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Walau demikian  Keltan Raso sampai saat ini masih menjaga soliditas dan integritas dalam pengelolaan, laporan administrasi serta giat mengikuti pembinaan dari Dinas Pertanian,"terang Eko.


Kurang pasokan bahan baku penyebab Keltan Raso tidak bisa penuhi permintaan pasar.


Ketua Keltan Raso, MZ Dt. Jindo Kayo kepada media menerangkan penyebab Keltan tidak bisa memenuhi permintaan pasar akan pupuk organik dari kotoran sapi adalah kurangnya pasokan bahan baku kotoran sapi.


"Di tahun 2013 mulai kita kembangkan pupuk kompos untuk dijual. Bermerek Raso Organik, harga kala itu masih Rp.600/kg nya. Dan mulai dipasarkan hingga ke Solok dan Batusangkar. Produksi kala itu 10ton sebulannya. Kala itu, peminat pupuk kompos masih rendah. Sementara pabrik pupuk jenis ini juga mulai tumbuh di daerah tetangga, seperti di Balai Rupih, Gadut dan kelurahan Tiakar. Sudah tergolong partai besar,"terang Pak Datuk.


"Saat ini kita akan berupaya bertahan. Kendala yang kita alami saat ini adalah kurangnya stok bahan baku. Stok kita hanya 4 ton sebulan, karena stok sapi kita juga mulai menyusut. Pastinya, suplai dan stok kotoran pun kurang. Terpaksa kita impor dari luar, 6 ton. Akibatnya, permintaan dari perusahaan dari Kampar - Riau, tidak bisa kami penuhi,"ulasnya.


Saat melonjaknya harga pupuk, membuat petani mulai memburu pupuk organik. Sehingga keltan Raso tak sanggup memenuhi permintaan pasar. Ketua Keltan Raso pun mengkisahkan.


"Untuk pengolahan pupuk butuh waktu sebulan, baik bahan baku internal maupun dari eksternal. Pupuk yang kita stok dikeringkan di penjemuran selama 15 hari . Usai kering, kita bawa ke penggilingan. Kita aduk dengan M4, abu. Sekarang kita tidak pakai lagi dolomit, sesuai arahan penyuluh pertanian. Karena dolomit berfungsi untuk meningkatkan PH tanah. Setelah semua bahan tercampur kita giling hingga pemaketan. Kini, untuk mendapatkan pupuk Raso organik, konsumen harus pesan dulu,"terang Pak Datuk.


"Terkait, kurangnya maksimalnya produksi. Disebabkan stok sapi di kandang kelompok berkurang,"imbuhnya.


"Kita butuh suntikkan sapi penghasil bahan baku. Baik dari pemerintah, swasta maupun dari anggota keltan sendiri. Kandang kita banyak yang losing. Apalagi saat ini musim penyakit mulut dan kuku (PMK). Petani takut beli sapi. Alhamdulillah  sapi di kandang kita, saat ini terbebas PMK ini,"imbuhnya lagi.


Kecilnya pasokan, membuat harga beli bahan baku naik, terpaksa kita naikkan harga jual. Rp.900/kg. Berat 35kg kita jual Rp.31,500. Pemasaran lokal untuk petani cabe dan kios, serta mini garden, itu yang bisa kita penuhi saat ini. Kami berharap pemerintah bantu kami mencarikan solusi ini,"pungkas Pak Datuk, berharap.(Ul)