Kurmer Memberikan Ruang Kebebasan Guru Berinovasi -->

Iklan Atas

Kurmer Memberikan Ruang Kebebasan Guru Berinovasi

Sabtu, 14 Januari 2023
Oleh : Alfian Tarmizi, M.Pd
Pengajar Praktek Dalam Program Guru Penggerak


Sebagai pendidik, kita punya andil besar dalam merubah pola pikir dan karakter seseorang. Pendidikan karakter, tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan disiplin keilmuan lain. Kaarakter ini akan melekat pada disiplin sebuah ilmu. Untuk mendapatkan "keilmuan", maka dilakukan suatu proses yang terstruktur dan terukur.


Banyak orang pintar, tapi itu bukan berarti serta-merta menunjukkan karakternya baik. Orang yang berkarakter baik juga santun, sudah jelas berilmu dan berpaham. Disinilah, peran guru dalam mengisi pendidikan karakter itu agar siswa berkarakter baik.


Karena, guru merupakan agen perubahan yang akan menentukan arah pendidikan. Untuk itu, proses pembelajaran peserta didik, haruslah memilki out put dan out came di sebuah instansi.


Jadi profesi guru ini, memang sangatlah mulia dan memegang peran sentral dalam sebuah sekolah. Visi dan misi sebuah sekolah yang tertuang dalam kurikulum, sangat mencerminkan mutu sekolah. Dalam deraan informasi yang begitu pesat ini, kurikulum memiliki tantangan besar di tengah-tengah masyarakat yang sangat hegemoni/majemuk. 


Imbasnya, dikalangan mereka akan mengkritisi kurikulum sesuai ilmu, dan ekspektasi mereka. Apalagi, ada pergantian kurikulum yang terkesan mendadak, juga jaraknyapun terlalu dekat dengan kurikulum lama yang sedang diberlakukan. 


Makanya ada peluang untuk mengkritisi dan mengkaji ulang kembali penerapan kurikulum baru itu. Konsekwensinya, begitu banyak hal yang harus dipersiapkan dalam perubahan ini. Terutama sekali, kesiapan pemerintah dalam menyediakan sumber dan bahan ajar. Lagi, kesiapan guru dalam menerima sosialisasi.


Disinilah, dituntut keprofesionalan guru dalam memahami dan menerapkan kurikulum. Disamping itu, tentu kesiapan peserta didik dalam menerima kurikulum. 


Lantas, tidak jarang banyak yang apatis dan pesimis dengan perubahan kurikulum ini. Sehingga semua pengamat pendidikan bersuara dengan menyajikan sejumlah data serta fakta yang didukung dengan berbagai teori.


Namun, mas Menteri Nadiem Makarim seakan kokoh dengan pendiriannya. Peluncuran dan pemberlakuan kurikulum merdeka (Kurmer) dengan 3 (tiga) opsi tetap dilaksanakan. 


Kalau kita tilik dengan seksama dan kajian lebih mendalam, sebenarnya Kurmer ini, dirancang untuk menyelesaikan masalah pendidikan yang selama ini berada dalam carut-marut krisis yang berkepanjangan. 


Berbagai media di dunia telah menyoroti kemampuan literasi dan numerasi masyarakat Indonesia yang sangat rendah, bila dibandingkan negara lain yang telah dilakukan survei. Hal ini, tidak terlepas dari peran guru dan kurikulum yang diajarkan di sekolah.


Betapa tidak mampunya tenaga pendidik dalam menerjemahkan maksud kurikulum 2013 dengan program literasi. Berliterasi sebelum memulai Proses Belajar Mengajar (PBM), literasi dengan pojok kelas, literasi dengan pondok baca, gerobak literasi, mading literasi dan lain-lain. 


Sebenarnya, kalau literasi ini dipahami dan dilaksanakan secara maksimal, akan sangat menunjang pemahaman siswa dalam materi pembelajaran. Bukan tidak mungkin nantinya, siswa akan mengungguli gurunya dalam berliterasi.


Untung saja, kurmer muncul untuk mendorong perbaikan kualitas pembelajaran mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan dan evaluasi. 


Kurmer didesaian dengan berbagai keunggulan dibanding kurikulum lain. Materinyapun tidak terlalu banyak, apalagi ruwet. Sangat simpel untuk diterapkan.


So, setidaknya mudah mengajarkan, karena dekat dengan lingkungan. Banyak ilmu terapan yang sangat dibutuhkan peserta didik dalam keseharaian. Fleksible dalam mengajar. Guru diberi ruang kemerdekaan dalam berinovasi. 


Juga, diiringi ketuntasan per fase (dalam dua tahun). Ada rentang waktu yang lama untuk memberikan bantuan (scafolding) pada siswa yang membutuhkan terkait permasalahan belajarnya. Administrasi pembelajarannya, juga sederhana dan tidak rumit. 


Berikut penulis sertakan keunggulan Kurmer ditengah-tengah krisis pendidikan :


(1). Fleksible untuk diajarkan. Kurmer menuntut pencapaian pembelajaran per fase (dua tahun). Guru memiliki waktu yang luas dalam pencapaian materi. Tidak perlu tergesa-gesa dalam menuntaskan materi. Oleh sebab itu, sesuaikan dengan tahap perkembangan siswa. Kemudian, guru diberi kemerdekaan dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik peserta didik pada satuan pendidikan, asalkan capaian pembelajaran (CP) yang ditetapkan pemerintah tercapai.

 

(2). Fokus pada materi esensial. Kurikulum ini, lebih sederhana karena membahas materi yang pokok saja. Lagi, berguna untuk menunjang (life skill) peserta didik. Seperti ilmu terapan berhitung, membaca, menulis, prakarya, praktek IPA, seni budaya, keterampilan, TIK dan sebagainya.


(3). Perangkat Mengajar yang beragam. Kurmer memiliki keluasan dalam perangkat mengajar yang bisa memunculkan kretifitas guru. Dengan demikian, ada keleluasaan guru dalam mengembangkan pembelajaran lebih kontekstual lagi. Disain pembelajaran diutamakan pada kebutuhan dan karakteristik peserta didik serta sesuai ketersediaan sarana prasarana di satuan pendidikan.


(4). Pemanfaatan digital sangat diutamakan. Kurikulum 2013 gagal dalam pemanfaat teknologi digital yang berbasis aplikasi. Makanya, sesuai tuntutan zaman, Kurmer dilengkapi dengan aplikasi seperti Platfor Merdeka Mengajar (PMM) dan E-Raport. 


(5). Lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran dalam Kurmer yang dilaksanakan di esktra berupa proyek profil pelajar pancasila. Ada 7 (tujuh) tema besar yang bisa dikembangkan guru dan peserta didik. 


Dalam materi ini membahas tentang isue-isue yang bekembang, tentang kekinian, permasalahan lingkungan, kesehatan. Hal ini, sangat mendukung dalam penegembangan karakter dan kompetensi peserta didik.


(6). Pendekatan dan Model Pembelajaran yang beragam. Kurmer memberi peluang guru dalam merancang pembelajaran sesuai kebutuhan belajar siswa di kelas. Keragaman siswa dipertimbangkan sebelum memulai PBM.


Disinilah letak pembelajaran berdifferensiasi yang menjadi ciri khas Kurikulum ini.


Itulah sekelumit gambaran dari kelebihan kurikulum merdeka yang bisa penulis ilustrasikan. Tentunya, lebih banyak lagi nilai positif dari kurikulum ini bagi teman-teman yang telah berkesempatan menerapkannya.


Kurikulum dengan plus minusnya ini diharapkan dapat membawa perubahan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Terutama pada sisi perubahan karakter ke arah yang lebih baik.


Dengan adanya gerakan Penguatan Proyek Profil Pelajar Pancasila melalui kegiatan proyek bersama akan membangun kerjasama, tanggung jawab dan disiplin peserta didik.


Nah, setelah kita mengetahui Kurmer ini, hendaknya kita mendukung secara moril terlaksananya Kurmer dengan baik di sekolah. Pada satuan pendidikan dapat menentukan kurikulum, apa yang akan diberlakukan demi perubahan dan perbaikan pendidikan terutama di sektor karakter. 


Kendala dalam pelaksanaan kurikulum baru ini tentu saja ada. Namun, demi kepentingan siswa dan kemajuan pendidikan, hal ini tentu harus kita lupakan. Sehingga kita kembangkan berpositif thinking terhadap sesuatu untuk berkemajuan.


Jangan kita menghabiskan hari mengurus hal remeh temeh. Apalagi merabat kepada ghibah yang akan merugikan diri sendiri, juga dosa. Seperti perdebatan tentang kurikulum baru yang akan menghambat jalannya kurikulum. 


Mari kita berdiri tegak lurus bersama pemerintah dalam mensukseskan perubahan dalam dunia pendidikan.

Selamat Berjuang ... !

Referensi :

- Compasiana.com, 22 Februari 2022

https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id

- direktorat pendidikan masyarakat dan pendidikan khusus,ppmk.kemdikbud.go.id

- www.kemdikbud.go.id