Tiga Profesor, Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Unand -->

Iklan Atas

Tiga Profesor, Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Unand

Senin, 27 Februari 2023
.
       
      Dok. Cap. Pengukuhan Guru Besar Tetap                          Fakultas Kedokteran Unand


Padang, FajarSumbar.Com - Universitas Andalas (Unand) Padang, kembali mengukuhkan 3 orang guru besar tetap dari Fakultas Kedokteran.

Pengukuhan ketiga guru besar tetap Fakultas Kedokteran Unand ini, dihadiri Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Dante Saksono Harbuwono dan Rektor Unand Prof. Yuliandri. SH. MH itu, berlangsung dalam Sidang Pengukuhan Guru Besar Unand di Gedung Convention Hall Kampus Unand Limau Manis Padang, Senin (27/02/2023).

Pengukuhan ketiga guru besar tersebut, ditandai dengan pemasangan kalung kehormatan oleh Ketua Dewan Profesor, Prof. Helmi. MS.c, disaksikan Rektor Unand Prof. Yuliandri, Ketua Senat Akademik Universitas (SAU) Prof. Syafrizal dan Dekan Fakultas Kedokteran Dr. dr  Afriwardi. SpKO. MA.

Ketiga guru besar Unand itu, terdiri dari Prof. Dr. dr. Wisma Arif Harahap.SpB.Sbps.Onk (K)
sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Bedah Onkologi pada Fakultas Kedokteran, dengan orasi ilmiah berjudul, Keunikan Kanker Payudara di Indonesia : Tantangan Pelayanan Kesehatan Pada Era Postgenomik, sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Bedah Onkologi pada Fakultas Kedokteran.

Dalam orasinya Prof.  Wisma Arif Harahap mengatakan, penyakit kanker terutama kanker solid dimana data dari Globocan 2020 melaporkan bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 390.000 kasus kanker baru dan lebih dari 230.000 kematian akibat kanker tersebut.

Kanker ini, sudah dianggap sebagai masalah Kesehatan masyarakat yang serius dan tergolong dalam penyakit katastropik, selain dari penyakit jantung, stroke, uronefro yang merupakan sasaran dari program Kementrian Kesehatan saat ini.


Munurutnya, dari 10 katagori kanker di seluruh populasinya, yakni kanker payudara yang terbanyak menyerang perempuan di Indonesia.

Akibat kasus kanker payudara ini, telah menyerang sebanyak 65.000 orang per-tahun dan kasusnya cenderung mengalami peningkatan
pertahun.

"Permasalahan kanker ini harus segera diatasi mulai dari pencegahan, deteksi dini , tata laksana dan rehabilitasinya, imbuhnya.

Kemudian Prof. Dr. dr. Aisyah Elliyanti. SpKN (K). MKes, sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Kedokteran Nuklir pada Fakultas Kedokteran Unand orasi ilmiahnya, terkait Peran Theranostics Kedokteran Nuklir Pada Tatalaksana Penyakit di Era Kedokteran Molekuler dan Dampaknya Pada Layanan Kesehatan di Sumatera Barat.

Ketika menyampai orasinya Prof. Aisyah Elliyanti memaparkan, aplikasi konsep thernostics kedokteran nuklir memberikan informasi yang integrasi secara sistematis antara pencitraan
diagnostik dan terapi yang berdampak pada efisiensi tata laksana penyakit, sehingga konsep one fit for all yang menyebabkan trial
dan error dapat dihindari.

"Perubahan ditingkat molekuler melalui ikatan spesifik antara radiofarmaka dan marker biologi secara individu baik untuk diagnostik maupun terapi," sebut Prof.Aisyah Elliyanti 

Menurutnya, karakterisasi
molekuler individu akan sangat bermanfaat dalam menentukan
pilihan strategi terapi. Berbagai radionuklida yang dimanfaatkan
bagi terapi (Tabel 4) [2-4]. Sebagai contoh, Terapi adjuvan
kanker tiroid berdiferensiasi dengan menggunakan Yodium
radioaktif (131I), yang telah dilakukan lebih dari lima dekade.

Dilaporkan untuk meningkatkan angka kesembuhan dan menurunkan
risiko rekurensi dan metastases [2]. Efek terapi berasal dari
131I didapatkan dari partikel beta dengan merusak sel secara
langsung pada rantai DNA ataupun secara tidak langsung melalui
terbentuknya radikal bebas," ucapnya.

Kemudian Prof. dr. Hardisman, MHID., Dr. PH.
sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Pada Fakultas Kedokteran Unand, orasi ilmiahnya tentang, Pendekatan Simbiotik Pendidikan dan Kebijakan Kesehatan Dalam Peningkatan Kompetensi dan Pemenuhan Tenaga Kedokteran.

Prof. Hardisman melalui orasinya mengemukan, kompetensi klinis seorang dokter merupakan modal utama dari seorang dokter dalam menjalankan profesinya.

Kompetensi ini jelas Prof. Hardisman tidak hanya kemampuan dalam melakukan prosedur dan tindakan tertentu pada pasien, tetapi termasuk kemampuan komunikasi,
afeksi, dan mencakup pemahaman dan kewaspadaan terhadap
norma dan nilai-nilai etika yang berjalan seiring.

Ini sebagaimana telah ditetapkan sebagai pilar kompetensi dokter dalam satu
kesatuan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI, 2012)," kata Prof Hardisman.

Ditempat yang sama, Rektor Unand Prof. Yuliandri. SH.MH mengucapkan selamat kepada ketiga guru besar tetap Fakultas Kedokteran yang baru saja dikukuhkan.

Memontum pengukuhan guru besar ini, dapat untuk menyemangati dan mendorong dosen-dosen yang sudah ditetapkan sebagai guru besar, agar dapat menyelenggarakan  dan melaksanakan pengukuhan.


Pengukuhan ini, menurut Prof. Yuliandri, tidak hanya bersifat seremonial akademik, tetapi dibalik itu, juga terkandung simbol kemajuan dan peningkatan kualifikasi Dosen Universitas Andalas.

Dengan pengukuhan tersebut, maka jabatan akademik tertinggi yang telah disandang guru besar, tentunya juga tertumpang harapan agar terus mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk kemajuan Tridharma Perguruan Tinggi.

"Kita berharap pengukuhan ini juga dapat sebagai menyemangati dan mendorong dosen-dosen Unand yang sudah ditetapkan sebagai guru besar, agar juga menyegerakan dan melaksanakan pengukuhan," kata Prof Yuliandri.

Pengukuhan ini, tidak hanya bersifat seremonial akademik, tapi dibalik itu juga terkandung simbol kemajuan dan peningkatan kualifikasi Dosen Unand.

Pada kesempatan tersebut Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Prof. Dante Saksono Harbuwono menyampaikan tentang penyakit katastrofik di Indonesia.

Saat ini menurutnya di Indonesia menghadapi katastrofik dengan kurangnya akses layanan, kurangnya kualitas layanan dan kurangnya pemerataan alat kesehatan.

Ia menekankan bagaimana kolaborasi antara Universitas dan Pemerintah bisa lebih ditingkatkan lagi dengan berbagai langkah, seperti melakukan riset penyakit katastrofik, mendidik tenaga kesehatan hingga menghasilkan produk inovasi obat, alkes, dan teknologi lain," harap Dante.(RDz)