![]() |
Pasa Pabukoan Nagari Limbukan |
Payakumbuh, fajarsumbar.com - Ramadhan bulan penuh berkah bagi sekalian alam. Setelah 3 tahun sempat vakum akibat Covid-19, kembali perekonomian warga Payakumbuh kembali menggeliat. Meski kondisi kemiskinan ekstrem masih mengintai. Namun, Pemko Payakumbuh selalu memotovasi warga untuk selalu menggeliatkan usaha industri kecil menengah (IKM).
Salah satu bukti mulai menggeliat pertumbuhan ekonomi tampak pada dibukanya kembali pasa pabukoan oleh Pemko Payakumbuh. Hampir di setiap kelurahan berdiri pasa pabukoan (pasar sentra makanan, kuliner untuk buka puasa). Untuk mensupor peningkatan pertumbuhan perekonomian warga, Penjabat Wali Kota Payakumbuh, Rida Ananda ikut mendirikan pasa pabukoan di sejumlah titik.
Setidaknya ada sejumlah titik pasa pabukoan tergolong besar dan menengah di Payakumbuh, seperti di pusat pasar Payakumbuh, tepatnya di Jalan Soetan Oesman yang difasilitasi langsung Pemko Payakumbuh. Lokasi terpusat ini tergolong besar, sementara yang sekelas skunder tampak berdiri di pertigaan Lamposi, Samping Gedung DPRD, perempatan simpang Parit, di Payobasung, pertigaan Koto baru, di Balai Betung, dan di kelurahan Limbukan, serta di sejumlah titik di kelurahan.
Di Pasa Pabukoan Kota Payakumbuh warga dapat memjumpai menu berbuka puasa khas kuliner dari 10 nagari di Kota Payakumbuh. Sementara di pasa pabukoan skunder juga bisa temui kuliner khas daerah tersebut.
Dengan telah dibukanya kembali pasa pabukoan di Payakumbuh, Penjabat Wali Kota Payakumbuh Rida Ananda mengaku bahwa animo masyarakat yang cukup tinggi berjual beli. Aktivitas ekonomi berjalan optimal di bulan Ramadhan. Rida juga menghimbau bagi masyarakat, agar dapat mengoptimalkan keberadaan pasa pabukoan ini, menunya beragam dan tentunya sudah teruji secara klinis, karena ada Loka POM dan Dinas Kesehatan yang bersinergi memfasilitasi pengujian secara berkala.
"Pada hari pertama ini langsung ada Loka POM dan Dinas Kesehatan yang mengambil sampel dagangan dan dites disaat itu juga. Kita memastikan adanya keamanan pada produk makanan yang disediakan terjamin, dan pembeli tidak perlu khawatir akan kontaminasi zat berbahaya seperti pengawet dan pewarna makanan berbahaya.
"Kita pastikan produk kuliner Pasa Pabukoan ini dilakukan uji secara berkala, dan ini sudah kita koordinasikan. Hari ini saja dari 16 sampel yang diambil, semuanya negatif borak, formalin, pewarna buatan, dan zat berbahaya lainnya. Jadi jangan ragu datang ke Pasa Pabukoan," pungkasnya didampingi Ketua TP PKK Kota Payakumbuh, Elfriza Zaharman dan sejumlah kepala OPD.
Peninjauan di pasa pabukoan Nagari Limbukan di Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kamis (29/3/2023), sore. Pasa pabukoan ini dikelola nagari bersama karang taruna dan tokoh masyarakat. Pasa pabukoan Limbukan salah satu pasa pabukoan yang ramai oleh pengunjung. Pasalnya, pasar ini terletak di kawasan padat penduduk, dan perumahan, serta berbatas langsung dengan nagari Situjuah, kabupaten Lima Puluh Kota.
Di Pasa Pabukoan Limbukan terdapat 83 lapak pedagang yang berjualan aneka pabukoan dan aneka takjil. mulai dari kuliner ringan, berat, dan sedang. Ada samba lauk pauk, gulai kambing, gorengan, jus buah, hingga kuliner tradisional seperti lamang. Bongko adalah salah satu kuliner khas disini. Bukan itu saja, Pangek Cubadak, sambal khas nagari Situjuah juga ada di pasar ini.
Sebagaimana disampaikan Ketua keamanan pasa pabukoan Limbukan, Dwi Gilang Anugerah, bahwa pasa pabukoan Limbukan ditata secara bersama, mulai pemuda, tokoh adat, tokoh masyarakat dan dikontrol pimpinan OPD terkait dari pemerintah kota Payakumbuh. Standar keamanan Pembeli juga terjaga, karena di Pasa pabukoan pedagang berada si pekarangan Balai Adat yang dipagar representatif, serta safety dari hujan.
"Ada 83 lapak pedagang di pasa pabukoan Limbukan. Satu lapak sudah ditaksir tarifnya dan disetujui para pedagang. Dikelola pemuda, termasuk parkir. Terkait keamanan, kita dibantu aparat keamanan dari Polres Payakumbuh dan Danramil 01 Payakumbuh. Alhamdulillah, pedagang senang. Hampir setiap hari, dagangannya habis terjual,"tandas Gilang.
Telusur Kuliner Bongko Khas Nagari Limbukan
Digelari Kota Kuliner memang pantas dilekatkan pada sebuah kita kecil yang sejak tahun 1970 di namai kota Payakumbuh. Pasalnya, semua kuliner hasil buatan tangan (handmade) banyak bisa ditemui di Kota yang terdiri dari 5 kecamatan dengan 10 kenagaraian ini. Uniknya, semua nagari memiliki kuliner khas tersendiri. Di Nagari Payobasung dan Tiakar, keselarasan Nagari ini punya kuliner Pindik yang dibuat dari beras pulut. Di Nagari Koto Nan Gadang, kuliner khasnya kipang, gelamai, dan berah rendang. Sementara di nagari Koto nan Ompek, ada sanjai dan batiah. Di Lampasi Tigo Nagari ada kuliner rendang talua. Sedang, di Nagari Aua Kuniang ada batiah putiah.
Beda lagi dengan Nagari Limbukan, Bongko nama kulinernya. Mayoritas hanya tampak keluar bulan puasa. Kalau ada di luar puasa, itu pun pesanan. Bongko, sekelas puding ini cuma ada di Nagari Limbukan, Payakumbuh Selatan, untuk Sumatera Barat.
Saat penelusuran media di dapur IKM Bongko milik Ibu Titin, berlokasi di seberang kantor Lurah Padang Karambia, Nagari Limbukan, kecamatan Payakumbuh Selatan, Rabu (29/03/2023) sore. Media sempat berdialog singkat tentang Bongko.
Diterangkan Titin Amur Piliang (71tahun). Dirinya mendapatkan ilmu membuat Bongko ini secara turun temurun dari ibunya. Di usia lansianya, Titin tak mau berdiam di rumah di bulan Ramadhan penuh berkah ini. Membuat Bongko, Ibu Titin dibantu 10 orang karyawan yang berasal dari keluarga sendiri, dibantu tetangga sebelah.
"Usaha keluarga dibantu tetangga. Usaha ini kami geluti sejak tahun 2008. Bongko merupakan kuliner khas disini, khususnya bundo kanduang Nagari Limbukan. mayoritas, kaum ibu disini pandai membuat Bongko. Bulan Ramadhan adalah momennya. Kalau di luar Ramadhan biasanya memenuhi pesanan acara kantor dan rumahan,"terang Titin didampingi anaknya.
"Ada 2 jenis Bongko di daerah ini, berdasar bahan dasarnya. Yakni Bongko roti dan Bongko Beras. Zaman dulu hanya ada bongko beras, perkembangan zaman, dikembangkan pula dengan roti. Hingga kini. Bahan dasar, tepung beras, gula aren, gula pasir, daun pandan, susu, santan kelapa. Dibuat jadi satu, dibungkus dengan daun pisang batu atau pisang jantan. Kemudian, direbus atau dikukus. Dulu, bahan dasar dibuat oleh Ibu, tapi sekarang bahan dasar sudah kita beli di pasar,"jelas Titin.
"Setiap hari di bulan Ramadhan, kita menghabiskan 400 bungkus Bongko. Untuk membuat 400 bungkus itu dibutuhkan 7,5 gantang tepung beras, dan 10 kantong roti tawar. 40 gulung daun pisang dihabiskan untuk pembungkusnya. Satu bongko kita jual Rp.5ribu rupiah / bungkus. Kalau konsumen beli partai besar, kita tambah beberapa bungkus. Harga tidak kita kurangi, hanya kita tambah bongkonya,"imbuhnya.
"Alhamdulillah, 400 bungkus kita habis terjual setiap hari di puasa Ramadhan. Di pasa pabukoan Limbukan juga kita jual bongko, ada anggota kita disana,"pungkas Titin.
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Payakumbuh, Arvidel Arda saat dimintai keterangan terkait Bongko.
Diterangkan Arvidel Arda, bahwa bongko merupakan makanan khas yang muncul di bulan Ramadhan, dan rasanya enak. Bongko merupakan makanan yang dibungkus dengan daun pisang dan sampai saat masih diminati oleh masyarakat.
"Makanan khas daerah kita ini disamping enak juga aman untuk dikonsumsi. Disamping itu juga merupakan potensi pangan olahan disamping pangan olahan lainnya. Kuliner ini belum bisa dipatenkan karena makanan ini juga banyak di daerah Lima Puluh Kota,"pungkasnya.(ul)