![]() |
Aksi duo pesilat di bawah air terjun Sungai Bikan Desa Rantih. (foto ist) |
Sawahlunto, fajarsumbar.com - Berada di Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Desa Wisata Rantih dapat ditempuh sekitar 3 jam dari Kota padang atau sekitar 20 menit dari pusat Kota Sawahlunto. Desa yang dihuni oleh 670 jiwa ini di anugerahi pesona alam yang memukau dan memanjakan mata setiap penikmatnya.
Sekitar 80% masyarakat bermata pencaharian sebagai petani (Sawah, Kebun, dan Ladang), 15% sebagai peternak, dan sisanya sebagai buruh harian lepas. Berdemografi dataran rendah, desa seluas 6,11 Ha ini kaya akan sumber daya alam seperti air dan batubara.
*Desa Wisata Pertama Di Sumatera Barat*
Desa Wisata Rantih ditetapkan sebagai Desa Wisata pada 12 April 2011 oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto ketika itu. Tumbuh dan berkembang terus hingga pada tahun 2012 menjadi tuan rumah Festival Pencak Silat Internasional.
Pada tahun yang sama juga diadakan forum homestay Indonesia di Kawasan Landu, Desa Wisata Rantih. Hal ini tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan sampai kapanpun, sebagaimana dikutip dari website resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/rantih.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Sawahlunto, Adri Yusman beserta jajarannya terus berupaya mewujudkan impian itu dengan memberikan pembekalan ilmu kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Rantih, BPD dan pemerintah desa dengan mendatangkan narasumber berpengalaman seperti Pokdarwis Wisata Alam Kapalo Banda, Kabupaten Lima Puluh Kota dan insiator pengelola Desa Wisata Kubu Gadang, Kota Padang Panjang.
Adi Ketua Pokdarwis Kapalo Banda saat memberikan pembekalan pada 26 Juni 2023 lalu mengatakan bahwa, Pokdarwis Kapalo Banda Taram ternyata pernah belajar ke Desa Wisata Rantih Sawahlunto. Dikatakannya, rencana induk pariwisata tak jalan karena sering gonta-ganti pejabat dan tak sejalan dengan visi misi sebelumnya.
"Kita mesti mengenal identitas destinasinya dan bagaimana cara mengembangkan destinasi pariwisata seperti management produksi, identifikasi potensi, daya tarik demografi, local wisdom, kreatifitas dan teknologi serta melakukan riset dan diagnosa," katanya.
Pelaku pariwisata harus mampu menjadi agen perubahan atau biasa disebut dengan pariwisata berbasis masyarakat. Pelaku pariwisata itu adalah seluruh masyarakat setempat mulai dari perencanaan pelaksanaan dan pengelolaan usaha hingga keuntungan. Dari oleh dan untuk masyarakat.
"Peran aktif semua elemen masyarakat sangat dibutuhkan dan masyarakat harusnya jadi subjek utama pariwisata bukan lagi objek. Tinggal kita mencari formula untuk strategi optimalisasi keterlibatan masyarakat," tambah Yuliza Zen, insiator dan pengelola Desa Wisata Kubu Gadang, Kota Padang Panjang. (ton)