![]() |
ilustrasi |
Jakarta - Menangis adalah respons alami tubuh manusia terhadap berbagai rangsangan emosional seperti kesedihan, kegembiraan, atau bahkan saat mengiris bawang. Tidak hanya itu, menguap juga bisa membuat kita mengeluarkan air mata. Namun, mengapa air mata mengalir saat kita menangis? American Academy of Ophthalmology menjelaskan bahwa ada banyak jenis air mata yang keluar dari mata manusia, dan setiap tetesnya memiliki tujuan yang berbeda, bahkan mengandung zat yang berbeda pula.
Menurut penelitian, salah satu alasan manusia mengeluarkan air mata saat menangis adalah untuk mendapatkan dukungan sosial dan empati dari orang lain. Ketika seseorang meneteskan air mata, mereka cenderung mendapatkan perhatian dan belas kasih dari lingkungan sekitar, yang pada gilirannya membantu mereka merasa didukung secara sosial.
Air mata juga memiliki efek melunakkan emosi, termasuk rasa marah dan ketegangan emosional yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, dalam beberapa situasi konflik yang memicu emosi negatif, seseorang mungkin merasa lega dengan menangis, sehingga mengurangi ketegangan dan mendorong pemulihan emosional.
Ketika seseorang menangis, air mata emosional yang keluar mengandung protein dan hormon tambahan, seperti prolaktin, potassium, mangan, dan hormon stres. Sistem limbik dalam otak mengirimkan sinyal emosional ke sistem pesan otak, dan dari situ, saraf tubuh mengaktifkan kelenjar lakrimal yang bertanggung jawab untuk menghasilkan air mata.
Selain itu, tingkat emosi yang intens dapat mempengaruhi produksi air mata. Semakin kuat emosi yang dirasakan, semakin banyak kelenjar lakrimal menghasilkan air mata. Inilah mengapa tangisan seringkali berhubungan dengan situasi emosional yang sangat mengguncangkan.
Menurut WebMD, beberapa orang lebih cenderung menangis daripada yang lainnya. Data menunjukkan bahwa setidaknya 60% wanita lebih sering menangis daripada pria. Ini terjadi karena perbedaan anatomi, di mana pria memiliki saluran air mata yang lebih kecil. Selain itu, hormon testosteron yang lebih dominan pada pria dapat menghambat mereka untuk menangis, sedangkan hormon prolaktin yang lebih banyak ditemukan pada wanita mempengaruhi produksi air mata.
Faktor lingkungan dan sosial juga dapat mempengaruhi frekuensi dan kecenderungan seseorang untuk menangis. Kebudayaan dan norma gender tertentu mungkin menekankan bahwa pria seharusnya lebih kuat secara emosional dan menahan tangisan.
Dalam kesimpulannya, air mata yang keluar saat manusia menangis adalah respons alami tubuh terhadap emosi yang intens. Air mata tidak hanya berperan sebagai pelumas dan perlindungan bagi mata, tetapi juga memainkan peran penting dalam ekspresi emosi, mendapatkan dukungan sosial, serta mengurangi ketegangan emosional. Meskipun perbedaan biologis dan lingkungan mempengaruhi seberapa sering seseorang menangis, menangis tetaplah fenomena manusia yang normal dan bermanfaat dalam menghadapi perasaan yang mendalam.(des)