![]() |
ilustrasi |
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2023 pada Senin (7/8) siang ini. Rencananya, BPS akan menggelar konferensi pers terkait hal ini pada pukul 11.00 WIB.
Sejumlah ekonom memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat pada kuartal II ini.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi akan hanya mencapai 5 persen (yoy), turun dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5,3 persen. Pertumbuhan ekonomi ini akan didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan net ekspor.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,77 persen, angka yang lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang mencapai 4,54 persen. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tetap stabil ini didukung oleh penurunan inflasi menjadi sekitar 3,5 persen.
"Konsumsi masyarakat cenderung stabil mengingat konsumsi selama bulan Ramadan dan Idul Fitri cenderung lebih tinggi daripada kuartal lainnya sepanjang tahun," ungkapnya, seperti yang dikutip dari detikcom, pada Minggu (6/8).
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira. Ia memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun ini akan menyusut dalam kisaran 4,9 persen hingga 5 persen. Menurutnya, tren kenaikan konsumsi selama Lebaran tidak sebesar tahun sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh lonjakan beberapa harga kebutuhan pokok dan biaya transportasi, sehingga sebagian masyarakat lebih berhemat untuk mengantisipasi tekanan ekonomi pasca Lebaran.
Selain itu, beberapa peristiwa global juga telah berdampak pada melemahnya permintaan impor.
"Kinerja ekspor yang bergantung pada komoditas tambang dan perkebunan mengalami penurunan. Di sektor manufaktur juga terjadi keterbatasan dalam ekspor. Kita masih menunggu dan melihat lebih lanjut karena prospek ekonomi China ternyata berada di bawah ekspektasi setelah pandemi," jelasnya.(des)