![]() |
Warga menunjukkan kondisi Telaga Dondong di Gunungkidul yang kering |
Gunungkidul - Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, mengungkapkan bahwa kebutuhan akan pasokan air bersih bagi masyarakat Gunungkidul sangatlah besar, terutama dalam menghadapi musim kemarau yang panjang. Dalam pernyataannya pada Kamis (10/8/2023), ia menyebutkan bahwa kebutuhan akan air tidak hanya untuk rumah tangga, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan ternak.
Menurut Sunaryanta, Gunungkidul dikenal sebagai wilayah yang mengandalkan peternakan, dengan sekitar 153.000 ternak yang dipelihara oleh masyarakat setempat. Kebutuhan air untuk ternak ini mencapai sekitar 5 juta liter setiap harinya. Sayangnya, pasokan air di beberapa wilayah masih sangat terbatas, dan situasinya semakin memburuk saat musim kemarau datang.
Bupati juga mengungkapkan bahwa sekitar 20.000 jiwa warga Gunungkidul membutuhkan pasokan air bersih. Mereka tersebar di delapan kapanewon di wilayah ini. Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk penambahan jaringan air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun demikian, upaya tersebut belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan semua warga.
Sunaryanta mengumumkan rencana positif dari PDAM untuk akhir tahun ini, yaitu melakukan normalisasi sungai bawah tanah. Program ini bertujuan untuk mengangkat air dari dalam perut bumi, dengan harapan bisa meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat. Hal ini diharapkan dapat mengurangi dampak krisis air di wilayah ini.
Direktur PDAM Tirta Handayani, Totok Sugiharto, menjelaskan bahwa pihaknya telah melaksanakan survei terhadap debit Sumber Bahan Tanah (SBT) Ngobaran Kanigoro, Saptosari, serta melakukan tinjauan terhadap lokasi reservoir penunjang. Saat ini, produksi air PDAM masih mengalami keterbatasan.
"Kapasitas produksi air bersih masih menjadi kendala, terutama di tiga kapanewon. Oleh karena itu, dilakukan pemotongan pasokan secara bergilir di Saptosari, Panggang, dan Paliyan," ujar Totok Sugiharto. Debit SBT memiliki total kapasitas 200 liter per detik, namun saat ini baru mampu diproduksi dengan kapasitas 40 liter per detik.
Dengan semakin nyatanya ancaman kekeringan dan krisis air di Gunungkidul, upaya-upaya seperti normalisasi sungai bawah tanah dan peningkatan produksi air bersih menjadi langkah yang sangat diharapkan dapat meredakan situasi yang semakin mendesak ini. (des)