Abdul Haris Nasution, Jenderal Pemberani yang Lolos dari Penculikan G30PKI -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Abdul Haris Nasution, Jenderal Pemberani yang Lolos dari Penculikan G30PKI

Rabu, 06 September 2023
Jenderal AH Nasution


Jakarta - Abdul Haris Nasution adalah salah satu jenderal yang beruntung selamat dari aksi penculikan yang terjadi selama Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis Indonesia (G30PKI).


Jenderal Abdul Haris Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Menko Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Kasab), turut menjadi salah satu sasaran dalam aksi tersebut. Ironisnya, hanya tiga hari sebelum peristiwa tragis itu, Nasution sempat berfoto bersama dengan Ketua Umum Comite Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI), Dipa Nusantara Aidit.


"Ayah saya tiga hari sebelumnya juga berfoto dengan Aidit. Setelah itu baru ayah saya berkata, 'Wah, Aidit mau berfoto dengan saya. Dia pikir saya akan mati, dan kemudian dia meninggalkan kenangan itu untuk semua orang yang melihatnya,'" ujar Hendrianti Sahara Nasution, putri sulung Nasution, dalam sebuah wawancara dengan Okezone beberapa waktu lalu.


Yanti, sapaan akrab Hendrianti, menjelaskan alasan mengapa ayahnya masuk dalam daftar jenderal yang menjadi target pembunuhan oleh PKI. Menurutnya, Nasution adalah salah satu jenderal yang keras dalam menentang ideologi komunis di Indonesia.


"Sebelum kejadian itu, nama PKI sangat populer di pemerintahan kita. Saat itu, ada konsep yang dikenal dengan Nasakom (Nasionalisme Agama dan Komunis). Ayah saya tegas menentang itu, dan itulah mengapa dia dianggap sebagai lawan PKI yang harus dihilangkan," ujar Yanti.


Selain Nasution, tujuh jenderal lainnya juga menjadi target pembunuhan, antara lain Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Soewando Parman, Mayjen R Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Brigjen Donald Izacus Pandjaitan, Brigjen Soetojo Siswomihardjo, dan Brigjen Ahmad Soekendro.


Namun, Nasution adalah satu-satunya yang berhasil selamat dari aksi tersebut. Ia bersembunyi di halaman Kedubes Irak yang berada di dekat rumahnya ketika rumahnya dikelilingi oleh pasukan yang terlibat dalam G30S PKI.


Sayangnya, anak Nasution, Ade Irma Suryani, dan salah satu ajudannya, Pierre Tendean, menjadi korban dalam peristiwa itu. Ade Irma Suryani meninggal setelah tertembus tiga peluru tajam Tjakrabirawa dan dirawat selama enam hari di RSPAD Gatot Subroto.


Sementara itu, Pierre Tendean tewas ditembak oleh pasukan G30S karena salah diidentifikasi sebagai Jenderal AH Nasution. Mayat Kapten Tendean kemudian dibuang ke sumur tua di daerah Lubang Buaya, bersama dengan enam jenderal lainnya yang menjadi korban kekejaman PKI.(des)