Pengusaha Minta Pemerintah Lindungi UMKM dari Serbuan Produk Impor di TikTok -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Pengusaha Minta Pemerintah Lindungi UMKM dari Serbuan Produk Impor di TikTok

Jumat, 15 September 2023
Pengusaha minta pemerintah memperkuat UMKM


Jakarta - Pengusaha di Indonesia mengajukan permohonan serius kepada pemerintah untuk memberikan perhatian mendalam dan meningkatkan perlindungan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di tengah serbuan produk impor yang semakin masif melalui berbagai platform e-commerce. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah melalui Project S di TikTok.


"Kami mengkhawatirkan bahwa kemunculan Project S TikTok ini dapat mengancam eksistensi UMKM Indonesia dan bahkan lebih menguntungkan produk UMKM asal China, negara asal TikTok," ungkap Ketua Bidang UMKM Koperasi dan Kewirausahaan Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Tri Febrianto, pada Jumat (15/9/2023).


Menurut Tri Febrianto, yang akrab disapa Buyung, Project S TikTok memiliki potensi untuk menjadi tsunami besar dalam pertumbuhan UMKM di dalam negeri. Oleh karena itu, dia mendesak Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan untuk segera merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.50 Tahun 2020 guna memperkuat perizinan usaha, periklanan, pembinaan, dan pengawasan pelaku usaha dalam perdagangan melalui sistem elektronik.


"Pembaruan peraturan ini sangat penting untuk melindungi UMKM di Indonesia. Saat ini, perdagangan melalui media sosial masih merupakan wilayah yang belum teratur, yang memungkinkan TikTok beroperasi tanpa batasan, menciptakan persaingan yang tidak seimbang dengan UMKM lokal," katanya.


Buyung, yang merupakan alumni Universitas Hasanuddin, merujuk pada laporan Bank Indonesia yang mencatat nilai transaksi perdagangan elektronik atau e-commerce di Indonesia mencapai Rp476,3 triliun pada tahun 2022, dengan volume transaksi sebanyak 3,49 miliar kali. Ini menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 18,8% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp401 triliun.


"Namun, yang disayangkan adalah bahwa nilai transaksi sebesar itu cenderung dinikmati oleh produsen luar negeri, terutama Cina. Sementara UMKM kita masih berjuang untuk bersaing, muncul ancaman baru dalam bentuk Project S TikTok," tambahnya.


Dia juga mengkhawatirkan bahwa dengan merebaknya e-commerce sosial di Indonesia, UMKM lokal akan semakin terancam. Produk impor yang dijual melalui reseller di TikTok Shop seringkali memiliki harga yang lebih rendah daripada produk buatan UMKM Indonesia, membuat produk-produk lokal sulit terjual.


"Sosial e-commerce saat ini menjadi mimpi buruk bagi UMKM lokal, karena pelaku e-commerce ini berubah menjadi predator harga di mana mereka menjual produk dengan harga lebih murah untuk mengeliminasi pesaingnya. Ini merupakan ancaman serius," pungkasnya. (BY)