Tikki Pangestu: Indonesia Berpeluang Menurunkan Angka Perokok dengan Produk Tembakau Alternatif -->

Iklan Atas

Tikki Pangestu: Indonesia Berpeluang Menurunkan Angka Perokok dengan Produk Tembakau Alternatif

Senin, 20 November 2023
Indonesia Berperluang Turunkan Angka Perokok/Ilustrasi


Jakarta - Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tikki Pangestu, menyoroti peluang besar bagi Indonesia untuk menurunkan angka perokok dengan mengoptimalkan penggunaan produk tembakau alternatif, sebagaimana yang telah berhasil dilakukan oleh Swedia dan Norwegia.


Dalam pernyataannya, Tikki Pangestu menekankan perlunya Indonesia mengambil contoh dari negara-negara Skandinavia yang telah berhasil mengurangi prevalensi merokok dengan memaksimalkan produk tembakau alternatif, seperti kantong nikotin, rokok elektronik, dan produk tembakau yang dipanaskan.


"Memaksimalkan produk tembakau alternatif seperti yang dilakukan Swedia dan Norwegia, Indonesia berpeluang besar untuk menurunkan angka perokok," ujarnya.


Pangestu mengungkapkan bahwa prevalensi merokok di Indonesia telah mencapai angka 69,1 juta jiwa, dan dengan kondisi tersebut, pemerintah perlu memberikan dukungan terhadap pemanfaatan tembakau alternatif sebagai strategi pengurangan bahaya tembakau.


"Saya sangat terkesan dengan apa yang terjadi di Swedia dan Norwegia. Saya berharap hal itu bisa terjadi di Indonesia," tambahnya.


Swedia, sebagai contoh sukses, berhasil menurunkan tingkat merokok menjadi 5,16 persen pada November 2022 dari sebelumnya 11 persen pada tahun 2015. Tikki Pangestu mendorong pemerintah Indonesia untuk menghapus berbagai hambatan ekonomi-politik, sosial-budaya, dan kebijakan agar potensi produk tembakau alternatif bisa dioptimalkan.


Sementara itu, Peneliti Senior Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia, Karl Erik Lund, menambahkan bahwa Norwegia dan Swedia memberikan akses bagi produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin (snus), sehingga dapat bersaing dengan rokok di pasar.


"Dengan strategi pengurangan bahaya tembakau yang diterapkan, prevalensi merokok di negara-negara Skandinavia mengalami penurunan. Kantong nikotin menjadi metode paling populer untuk berhenti merokok, dengan sebagian besar pengguna snus kini sudah menjadi mantan perokok," ungkap Lund.


Penting bagi pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan langkah-langkah serupa guna mencapai penurunan angka perokok yang signifikan dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.(BY)