![]() |
Dedi Ardona |
Sawahlunto, fajarsumbar.com - Pemerintah Kota Sawahlunto mengimbau masyarakat mewaspadai bencana longsor dan pohon tumbang akibat intensitas hujan yang tinggi di wilayah ini sejak beberapa hari terakhir.
Imbauan itu disampaikan melalui Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sawahlunto, Dedi Ardona, usai dikonfirmasi fajarsumbar.com di ruang kerjanya, Rabu (8/11/2023).
Ia mengatakan, saat ini terdapat 12 titik bencana yang tersebar di tiga kecamatan (Barangin, Lembah Segar dan Silungkang. Sedangkan untuk Kecamatan Talawi, pihaknya masih melakukan pendataan ke lokasi.
"Terkait longsor, kami melakukan evakuasi, sementara untuk pengamanan kami tutupi dengan terpal agar air tak masuk ke rumah warga. Untuk sekarang ini, stok terpal kami sudah habis. Apalagi saat ini sudah diakhir tahun," sebutnya.
Dikatakan Dedi Ardona, untuk tahun depan pihaknya telah mendorong desa untuk menganggarkan di Dana Desa, apalagi walikota sudah mengeluarkan surat edaran beberapa bulan yang lalu.
"Karena desa punya kewenangan dan anggaran untuk penanganan sementara. Untuk sekarang stok pengadaan sudah tidak ada. Sehingga kami hanya bisa bantu untuk evakuasi," ucap Dedi.
Sementara itu, tidak ada korban jiwa terkait bencana yang melanda Kota Sawahlunto. Hanya ada beberapa rumah warga yang mengalami kerusakan. Terkait berapa kerugian yang ditimbulkan, masih dalam penghitungan oleh tim BPBD Sawahlunto.
Rawan longsor tersebut, kata Dedi, tak luput dari persoalan saluran air yang tidak sesuai pada tempatnya. Untuk di Kota Sawahlunto, itulah yang menjadi akibat utama dalam bencana longsor.
Menyikapi hal tersebut, Kalaksa BPBD Sawahlunto berharap saluran air yang telah ada dibenahi agar lancar. "Itulah yang kurang kepedulian kita terhadap antisipasi bencana, di rumah-rumah masyarakat sendiri, cenderung abai akan hal itu. Antisipasi bencana, tak bisa bekerja sendiri-sendiri. Memang harus kolaborasi," sambungnya.
Kemudian, untuk warga yang membangun rumah, sebaiknya talangan air di rumah tersebut memang mesti disalurkan. Karena, kultur kondisi geografi Sawahlunto memang dikelilingi perbukitan.
Selanjutnya, di jalan umum dan dekat rumah-rumah warga, agar mengalihkan pembuangan air ke parit sehingga tidak meluber ke jalan.
"Lebih bagus lagi, apabila tradisi gotong royong diaktifkan lagi melalui RT, RW dan dusun, desa serta kelurahan. Kalau ada gotong royong bersama, kami siap mensupport untuk bersama-sama turun kelapangan," terangnya.
Karena memang, kata Dedi, dengan kebersamaan tadi dan kondisi wilayah dikelilingi perbukitan, akan dapat mengantisipasi terjadinya bencana tersebut.
Sampai akhir tahun 2023 ini, menurut Dedi, jika curah hujan masih seperti ini dan tidak ada upaya untuk menyalurkan air ketempat semestinya. Tentu bakal semakin banyak kejadian bencana.
"Sedangkan sumber daya kita di pendanaan sangat terbatas untuk mengatasi bencana besar. Kalau bencana kecil, masih bisalah untuk diatasi. Harapan kita, memang di desa untuk dapat menganggarkan untuk penanganan awal. Dan berharap juga pada OPD terkait, untuk lingkungan pemukiman lebih berkompeten Dinas LH, Perkim dan PUPR bagi wilayah yang perlu dibenahi bersama," tandasnya. (ton)