Green Inflation, Tantangan dan Potensi Dalam Transisi Menuju Ekonomi Hijau -->

Iklan Atas

Green Inflation, Tantangan dan Potensi Dalam Transisi Menuju Ekonomi Hijau

Sabtu, 27 Januari 2024

Mengenal Baterai FLP


Jakarta - Gibran Rakabuming Raka, calon Wakil Presiden nomor urut 2, mengajukan pertanyaan kepada calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud MD, mengenai fenomena inflasi hijau atau yang dikenal dengan istilah Green Inflation.


Menurut Eurosystem European Central Bank, istilah ‘greenflation’ merujuk pada inflasi hijau, yang merupakan salah satu dari tiga bentuk inflasi energi yang baru.


Dalam Debat Cawapres pada Sabtu (27/1/2024), dibahas 5 fakta mengenai LFP dan Green Inflation, yaitu:


Isu Besar: Green inflation menjadi isu besar karena beberapa negara mengalami kekurangan pasokan minyak dan gas alam secara global, serta adanya dorongan untuk beralih ke komoditas yang lebih ramah lingkungan.


Kenaikan Harga: Green Inflation merujuk pada kenaikan harga bahan mentah dan energi akibat dari transisi ke ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini mencerminkan bahwa dalam upaya memenuhi komitmen lingkungan, kenaikan harga bisa bersifat jangka panjang, terutama karena pengeluaran untuk teknologi bebas karbon meningkat.


Pembatasan Investasi: Peraturan lingkungan yang lebih ketat membatasi investasi dalam proyek-proyek yang berpotensi mencemari lingkungan, sehingga juga membatasi pasokan bahan baku. Ini juga berkontribusi pada kenaikan harga dan membuat transisi ke ekonomi hijau menjadi lebih mahal.


Faktor-Faktor Inflasi Hijau: Inflasi hijau terjadi karena kombinasi beberapa faktor, seperti gangguan eksternal yang dipicu oleh situasi geopolitik dan masalah dalam rantai pasokan. Harga energi dan harga CO2 juga mempengaruhi terjadinya inflasi hijau.


Upaya Reduksi: Upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dengan menetapkan harga yang lebih tinggi juga dapat menyebabkan inflasi hijau. Hal ini karena harga energi yang lebih tinggi akan mendorong inflasi.(BY)