Analisis Bhima Adhinegara, Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran Pasca Pemilu 2024 -->

Iklan Atas

Analisis Bhima Adhinegara, Komposisi Kabinet Prabowo-Gibran Pasca Pemilu 2024

Minggu, 18 Februari 2024

Ekonom sorotu kabinet Menteri ekonomi Prabowo


Jakarta - Susunan kabinet dari pasangan Prabowo-Gibran menjadi sorotan setelah unggul dalam hitung cepat Pemilu 2024. Bhima Yudhistira Adhinegara, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), menyoroti terutama komposisi menteri ekonomi dalam kabinet pemerintahan yang baru, setelah pemilihan presiden (pilpres) 2024.


Pasangan Prabowo-Gibran unggul berdasarkan hitung cepat dari beberapa lembaga survei.


Berikut adalah 4 fakta yang disoroti mengenai pengganti Sri Mulyani hingga Luhut dalam hasil hitung cepat pemilu 2024, Minggu, (18/2/2024).


Koalisi 'Indonesia Maju' yang Kuat

Bhima melihat bahwa koalisi 'Indonesia Maju', yang terdiri dari sembilan partai politik yang memberikan dukungan pada Prabowo-Gibran, sangat besar. Hal ini kemungkinan akan mempengaruhi komposisi kabinet ke depannya, terutama dalam posisi menteri ekonomi.


"Tentunya tantangan yang dihadapi oleh Prabowo adalah koalisi yang sangat besar. Siapa yang akan menduduki pos-pos ekonomi atau pos-pos menteri di bidang ekonomi?" ujar Bhima saat dihubungi, Rabu, 14 Februari 2024.


Kekhawatiran terhadap Pergantian Menteri

Meskipun masih menjadi misteri, Bhima khawatir jika Menteri Keuangan, Menteri Perekonomian, hingga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi tidak diisi oleh profesional.


"Siapa yang akan menggantikan Sri Mulyani, menggantikan Luhut, dan menggantikan menteri-menteri profesional yang ada di lingkaran Jokowi saat ini, itu menjadi misteri besar," paparnya.


Khawatir jika Politisi Mengisi Posisi Menteri Ekonomi

Bhima mengakui kekhawatirannya jika posisi menteri ekonomi diisi oleh politisi dan bukan oleh ahli di bidangnya. Jika hal ini terjadi, Bhima yakin bahwa hal ini bisa menurunkan kredibilitas dan kepercayaan yang telah dibangun oleh pembantu Jokowi saat ini.


"Karena jika terlalu banyak politisi yang masuk di bidang ekonomi, saya pikir ini akan menurunkan kredibilitas, jadi yang paling penting adalah siapa yang akan menjadi pengganti dari menteri-menteri profesional itu," ucapnya.


Menurutnya, pemilihan orang yang menjabat sebagai menteri ekonomi sangat penting karena berkaitan erat dengan kebijakan yang bersifat luar biasa untuk pertumbuhan ekonomi nasional.


Belum Ada Rencana Besar dari Prabowo-Gibran

Dengan Indonesia berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonominya menjadi 7% di masa depan, Bhima menganggap bahwa belum ada rencana besar dari Prabowo-Gibran untuk mencapai pertumbuhan pada level 7%, selain dari program hilirisasi sumber daya alam.


"Ke depan, dengan target pertumbuhan ekonomi yang cukup ambisius sebesar 7%, harus ada kebijakan yang luar biasa, namun sampai saat ini, belum terdengar kebijakan untuk mencapai pertumbuhan 7%, selain yang disebutkan tentang hilirisasi," tutur Bhima.(BY)