Merdeka Belajar Abad 21 Tantangan Bagi Guru -->

Iklan Atas

Merdeka Belajar Abad 21 Tantangan Bagi Guru

Minggu, 18 Februari 2024
Oleh ; Alfian Tarmizi, S.Pd.I, M.Pd,
Kepala SDN 10 Ulakan Tapakih,
Padang Pariaman


"Tuntunlah Murid Sesuai Zamannya" - Ki Hajar Dewantara. 


Merdeka Belajar abad 21 memiliki 4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dan peserta didik. Kemampuan ini, sangat mendukung performa guru menghadapi tantangan-tantangan dalam betugas. 


Kompetensi abad 21 itu diantaranya, kritikal thinking, komunikatif, kreatif dan kolaboratif. Ke empat kompetensi ini, sangat perlu diasah dan dikembangkan pada berbagai lembaga pendidikan.


Guru dan siswa menerapkan pola berpikir kritis, komunikasi yang lancar dan efektif. Juga, memiliki kreatifitas yang tinggi dengan dibarengi kemampuan kerjasama Tim yang baik. 


Abad 21 menghendaki kemampuan literasi tingkat mahir. Beragam informasi yang berseliweran di media sosial akan membingungkan. Bahkan, bisa pembaca terperangkap akan melemahkan dalam literasi.


Oleh karena itu, guru dan siswa harus mempersiapkan diri dalam memenuhi kecakapan berliterasi tersebut.


Kita tahu, kecakapan literasi siswa Indonesia berada dibawah rata-rata angka siswa di luar negeri. Dengan lemahnya kemampuan literasi murid, bukan tidak mungkin mempengaruhi kompetensi pengetahuan mereka.


Jadi tidak heran, kalau Bendera Indonesia jarang berkibar di ajang "olimpiade pelajar" tingkat Internasional.


Rendahnya kemampuan literasi siswa ini, disinyalir implikasi dari lemahnya literasi guru dalam mengakomodir informasi di luar teks pelajaran di sekolah. 


Para guru dan sidang pembaca yang budiman...


Merdeka Belajar Abad 21, menghendaki guru untuk mengidentifikasi kebutuhan murid, sebelum ia menetapkan tujuan pembelajaran itu sendiri. 


Untuk itu, di sini dibutuhkan pembelajaran berdifferensiasi untuk memenuhi kebutuhan murid yang berbeda-beda tersebut.


Bahkan, fenomena yang terjadi di beberapa lembaga pendidikan, kebanyakan siswa disuruh membaca materi, menjawab pertanyaan, meringkas materi untuk di hafal, lalu diberi nilai. Umpamanya, Nilai tersebut dikonversi dalam bentuk angka skala 0-100.


Sebagai contoh, Siswa merasa puas, bila mendapatkan angka 70-90. Lagi, Gurupun merasa bangga, kalau siswanya mendapat angka 80 ke atas.


Apalagi kalau diberi rengking 1-3. Siswa yang dapat rengking senangnya bukan main. Tapi bagi siswa yang tidak dapat rengking, kehilangan motivasi. 


Apakah fenomena ini sesuai dengan merdeka belajar ..? 


Beragam pertanyaan akan muncul kepermukaan yang harus kita pikirkan bersama, adalah ;

- Apakah murid memahami apa yang mereka hafalkan ..? 

- Apakah hafalan bisa membantu meningkatkan kompetensi siswa ..? 

- Apakah dengan menghafal kebutuhan  murid sudah terpenuhi ..? 


Pembaca yang berbahagia... 


Dalam kamus merdeka belajar abad 21, kebutuhan murid itu adalah, apabila guru bisa memfasilitasi minat dan bakat mereka, keinginan mereka untuk belajar sesuai gaya dan profil belajar.


Terpenuhi keingin tahuan mereka terhadap perkembangan zaman yang makin canggih. Sehingga terwujudnya pesan Ki Hajar Dewantara "Tuntunlah murid sesuai zamannya".


Bila kita analisa lebih mendalam pesan Ki Hajar Dewantara diatas, maka kegiatan mendidik atau menuntun murid di zaman sekarang ini dengan varian metode yang menarik. 


Media belajar kekinian dengan video, tayangan slide, infografis, manuscrip, artikel, kolom, ontologi puisi, drama, pagelaran dan sebagainya yang membuat minat siswa untuk belajar meningkat. 


Tidak zamannya lagi siswa diceramahi, dicekoki dengan hafalan, tugas, pe er yang bejibun dan seabrek tugas berat lainnya. Alih-alih cara ini, bukannya membuat siswa tambah rajin, tapi malah malas dan anti pati. 


Artinya, akan lebih menarik dan bermakna melibatkan siswa dalam proyek. Mereka bisa memahami. Bahkan, libatkan secara langsung untuk mematangkan konsep keilmuan yang mereka peroleh. 


Disini mereka bisa berkolaborasi, saling berbagi ide dalam diskusi kelompok guna mempertajam dan meluaskan wawasannya. 


Justru sekarang ini, tantangan terbesar dalam pembelajaran abad 21 itu, adalah kita para guru dengan segala keterbatasannya.


Mampukah kita mengikuti perkembangan zaman dalam melakukan praktek pembelajaran sesuai konteks kekinian ..? 


Sanggupkah kita para guru mengajari mereka dengan penuh konsistensi dan tanggung jawab yang tinggi ..? 


Sudah siapkah sarana dan prasarana di sekolah kita untuk memfasilitasi siswa belajar dengan memanfaatkan IT ..? 


Bisakah kita memanfaatkan dan memaksimalkan sumber daya yang ada di sekolah dengan tanpa mengeluh ..? 


Ini merupakan tatangan dan pe er terbesar bagi kita para pemangku kebijakan, pimpinan instansi, pemimpin pembelajaran di sekolah dan para orang tua. Terutama dalam berkontribusi memfasilitasi murid belajar dengan layak, sesuai yang mereka butuhkan.


Kalau tidak demikian, jargon pembelajaran merdeka abad 21 ini, hanya jadi dilema dan utopia belaka.


Wallahu a'lam...


Sumber Referensi :


- Alfian Tarmizi (Optimalisasi peran keluarga, sekolah dan masyarakat dalam membentuk karakter unggul siswa) fajarsumbar.com, 2024


- KHD, (Pemikiran dan Konsep Keteladan), 2013


- Niranti Cahyadika, (Membimbing Murid Memperbaiki Bangsa), Merdeka Belajar, 2021.