Pilihan Hyundai, Baterai Nikel untuk Mobil Listrik di Indonesia -->

Iklan Atas

Pilihan Hyundai, Baterai Nikel untuk Mobil Listrik di Indonesia

Jumat, 09 Februari 2024

Hyundai lebih pilih pakai baterai nikel, ini alasannya.


Jakarta – PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) menjadi salah satu produsen yang menawarkan mobil listrik di Indonesia. Hyundai menggunakan baterai lithium-ion dengan bahan baku nikel untuk mobil listrik mereka.


Baterai LFP (Lithium Iron Phosphate) telah menjadi topik hangat setelah dibahas dalam debat cawapres. Baterai yang menggunakan material besi tersebut dianggap lebih hemat dalam proses produksinya.


Presiden Direktur PT HMID, Woojune Cha, menegaskan bahwa Hyundai secara global akan tetap menggunakan baterai jenis nikel. Ia mengatakan bahwa baterai NCM (Nickel Manganese Cobalt) memiliki kualitas yang lebih baik.


“Terkait dengan baterai, sebagai bagian dari Hyundai Motor Company, kami tetap memprioritaskan penggunaan baterai NMC karena kualitasnya yang lebih baik, serta jarak tempuh yang lebih optimal. Terutama ketika mempertimbangkan penggunaannya di masa mendatang,” ujar Cha di Jakarta Pusat, pada Selasa (6/2/2024).


Baterai jenis nikel terkenal dengan kemampuannya dalam menyimpan daya listrik yang lebih tahan lama serta tingkat kepadatan daya listrik yang tinggi. Cha menjelaskan bahwa baterai NMC masih dapat didaur ulang setelah tidak lagi digunakan pada mobil listrik.


“Jadi, untuk masa depan, atau untuk pasar Indonesia, baterai NMC adalah fokus utama kami. Meskipun baterai LFP lebih mudah dalam pengembangan dan produksinya. Meski begitu, kami masih dapat memanfaatkan seluruh materialnya, serta dapat dengan mudah didaur ulang,” tambahnya.


Di Indonesia, baterai LFP telah digunakan pada beberapa mobil listrik asal China, seperti Wuling Air EV, Wuling BinguoEV, Neta V, dan seluruh produk BYD, seperti Dolphine, Atto 3, serta Seal yang dikenal dengan Blade Battery.


Sementara itu, Chief Operating Officer PT HMID, Fransiscus Soerjopranoto, menyampaikan pendapat yang sejalan mengenai baterai LFP. Menurutnya, setelah digunakan, material di dalam baterai tersebut tidak dapat didaur ulang dan dapat menyebabkan limbah.


Oleh karena itu, Hyundai memilih untuk tetap menggunakan baterai dengan bahan baku nikel yang masih dapat didaur ulang setelah tidak digunakan. Menurutnya, hal ini akan memberikan dampak positif bagi lingkungan di masa depan di Indonesia.


“Jadi, untuk masa depan, pasar Indonesia, atau masyarakat itu sendiri, baterai NCM adalah pilihan utama. Itu adalah arah yang harus kita tempuh. Walaupun secara sementara, baterai LFP lebih unggul dan mudah untuk dikembangkan,” ungkap Frans.(BY)