Optimisme Sri Mulyani, Ekonomi Indonesia Tangguh Meski Hadapi Tantangan Global -->

Iklan Atas

Optimisme Sri Mulyani, Ekonomi Indonesia Tangguh Meski Hadapi Tantangan Global

Jumat, 26 April 2024

Menteri Keuangan Sri Mulyani.


Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2024 mencapai 5,17%. Menurutnya, kinerja konsumen yang baik, aktivitas manufaktur yang positif, serta investasi baik dari FDI (Foreign Direct Investment) maupun PMI (Price Managers’ Index) mendukung proyeksi tersebut. Sri Mulyani menyatakan prediksi ini dalam pernyataannya di Jakarta pada Jumat (26/4/2024).


Meski demikian, Sri Mulyani tetap waspada terhadap kemungkinan adanya turbulensi global yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia.


Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kuartal I tahun 2024 diproyeksikan beragam oleh berbagai lembaga. Bloomberg memperkirakan pertumbuhan sebesar 5%, BCA (5,1%), Goldman Sachs (4,9%), Moody's (4,7%), dan Nomura (5,3%). Secara keseluruhan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam satu tahun pada 2024 juga beragam, dengan IMF memperkirakan sebesar 5%, Bank Dunia (4,9%), dan OECD (5,1%).


Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa proyeksi Kementerian Keuangan didasarkan pada pertumbuhan konsumsi pemerintah yang kuat, terutama setelah penyelenggaraan Pemilu 2024, kenaikan gaji, pemberian tunjangan hari raya (THR), serta inflasi yang terkendali. Konsumsi rumah tangga juga diprediksi meningkat seiring dengan aktivitas pemilu, kenaikan gaji ASN dan THR, serta inflasi yang terkendali.


"Alhamdulillah, ekonomi Indonesia baik, dengan PMI yang cukup tinggi, aktivitas manufaktur masih ekspansif. Indeks kepercayaan konsumen tetap stabil di angka 123,8 meskipun inflasi makanan yang volatile, namun inflasi utama masih terjaga di 3%," ujarnya.


Dia menambahkan bahwa investasi juga diproyeksikan meningkat seiring dengan progres Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Ibu Kota Nusantara (IKN). Sementara itu, kegiatan ekspor dan impor masih tertahan oleh kelemahan global.


"Jadi, kita masih harus memantau tiga kuartal ke depan, dan tahun depan diperkirakan tetap stabil meskipun variasinya tidak begitu besar. Ini akan mempengaruhi pelaksanaan APBN terutama dari sisi penerimaan negara dan pengeluaran yang ada dalam kendali pemerintah," pungkasnya.(BY)