![]() |
Ilustrasi: 7 ojek online yang bangkrut |
Jakarta - Sebanyak 7 aplikasi ojek online mengalami kebangkrutan di Indonesia. Penyebab dari kegagalan perusahaan transportasi modern ini bermacam-macam, yang menyebabkan mereka tiba-tiba berhenti beroperasi di Indonesia.
Sejak pertama kali booming pada tahun 2015, banyak layanan aplikasi ojek online bermunculan. Gojek dan Grab menjadi dua nama besar yang mendominasi pasar pada saat itu.
Namun, dengan semakin banyaknya persaingan di industri layanan ojek online, beberapa perusahaan yang kurang mampu bersaing harus mengalami kemunduran yang berujung pada kebangkrutan.
Berikut adalah 7 aplikasi ojek online yang mengalami kebangkrutan di Indonesia:
Call Jack
Call Jack, berbasis di Yogyakarta, awalnya menawarkan fitur yang kompetitif seperti Gojek dan Grab. Namun, aplikasi ojek online ini akhirnya menghilang dari pasar.
Topjek
Topjek menjadi pesaing berat Gojek dan Grab dengan fitur chat yang unik dan tarif perjalanan murah. Meskipun demikian, aplikasi ini tidak mampu bertahan dalam persaingan yang ketat.
Ojekkoe
Ojekkoe awalnya dibuat sebagai proyek tugas akhir oleh pendirinya, Katon Muchtar. Meskipun biaya operasionalnya rendah (Rp2.500 per hari), layanan ini tidak dapat bertahan lama dan akhirnya gulung tikar.
LadyJek
LadyJek menawarkan layanan eksklusif hanya untuk wanita, dengan driver wanita yang mengantarkan penumpang wanita. Meski tampak sukses, keterbatasan modal mengakibatkan kegagalan aplikasi ini.
Ojek Argo
Ojek Argo menawarkan kemudahan tanpa perlu membuat akun untuk menggunakan layanannya. Meski demikian, aplikasi ini harus berhenti beroperasi pada tahun 2017.
Blu Jek
Blu Jek datang dengan warna biru yang khas, menjadi pesaing utama bagi Gojek dan Grab. Namun, meski memiliki ciri khasnya sendiri, Blu Jek tidak mampu bertahan dalam persaingan sengit dan akhirnya mengalami kebangkrutan.
Uber
Uber, yang sudah dikenal sebagai pemimpin pasar ojek online di dunia, juga mengalami kesulitan di Indonesia. Mereka akhirnya menarik diri dari pasar pada tahun 2018 dan bisnisnya dijual kepada Grab.
Inilah 7 aplikasi ojek online yang mengalami kebangkrutan di Indonesia.(BY)