Studi Kasus Dampak Screen Time Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Dini di PAUD Buah Hati Desa Salak -->

Iklan Atas

Studi Kasus Dampak Screen Time Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Dini di PAUD Buah Hati Desa Salak

Senin, 10 Juni 2024
PAUD Buah Hati Desa Salak. (foto istimewa

Untuk memenuhi Tugas Kuliah Perkembangan Anak Usia dini

Dosen Pengampu Dr.Setiyo Utoyo


Arni Yunita
22355018
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang Email: [email protected]


Abstrak
Dampak negatif dari pemberian HP pada anak usia dini tentu saja banyak sekali menjadi literatur dan menjadi kajian berbagai jurnal tentang perkembangan sosial anak karena hal ini benar-benar terjadi dan menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dan pendidik yaitu guru PAUD dan guru TK agar anak bisa terlepas dari screen time yang berlebihan dan orang tua juga harus memahami bagaimana memberikan batas waktu pemberian HP kepada anak mereka sehingga ada jadwal sendiri dan tidak melebihi dari batas waktu yang ditentukan.


Dampak terhadap perkembangan sosial anak yang di beri screen time berlebih di antaranya yaitu: Sehingga anak-anak yang kecanduan menggunakan screen time tidak tertarik untuk bermain dengan teman sebayanya, Dampak terhadap kemampuan mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar yaitu anak dengan screen time berlebih belum mengalami kemajuan Ekspresi emosi yang adaptif, pemahaman terhadap norma sosiokultural setempat, dan pemahaman yang matang terhadap peraturan dan disiplin merupakan tanda-tanda pertumbuhan.


Dampak terhadap Kemampuan Berbagi dengan Orang Lain yaitu Anak dengan screen time berlebihan akan mempunyai kemampuan untuk berbagi yang rendah karena dia belum tahu tentang nilai dan belum mempunyai empati dan simpati terhadap temannya.


Kata Kunci: Dampak Screen Time, Perkembangan Sosial Anak

Abstract
The negative impact of giving cell phones to young children is of course a lot in the literature and has been studied in various journals about children's social development because this really happens and is a challenge for parents and educators, namely PAUD teachers and kindergarten teachers, so that children can be released. from excessive screen time and parents must also understand how to set a time limit for giving cell phones to their children so that they have their own schedule and do not exceed the specified time limit.


The impacts on the social development of children who are given excessive screen time include: So that children who are addicted to using screen time are not interested in playing with their peers. The impact on the ability to know their friends' feelings and respond appropriately, namely that children with excessive screen time have not experienced progress Adaptive emotional expression, understanding of local sociocultural norms, and a mature understanding of rules and discipline are signs of growth. The impact on the ability to share with others is that children with excessive screen time will have a low ability to share because they do not yet know about values ​​and do not have empathy and sympathy for their friends.


Keywords : The Impact of Screen Time, Children's Social Development


PENDAHULUAN
Seperti diketahui bahwa zaman sekarang adalah zamannya digital digital sehingga anak usia dini yaitu anak di bawah 5 tahun di negara kita sudah mengenal gadget dengan segala isinya yaitu berupa YouTube Kids atau aplikasi-aplikasi lainnya yang menarik sekali bagi anak-anak sehingga anak-anak lupa untuk bersosialisasi dengan temannya dan hal ini membuat  permasalahan baru tentang perkembangan sosial anak usia dini yang kerap sekali diberikan hp dalam kesehariannya.


Biasanya memberikan HP terlalu demi kepada anak usia dini akan memberikan dampak bagi anak-anak baik itu dampak positif atau dampak negatif dan yang akan dibahas di sini adalah tentang dampak negatif pada aspek sosial anak yaitu Bagaimana anak bisa bersosialisasi dengan temannya Bagaimana anak bisa bermain dengan teman sebayanya dan bagaimana anak-anak bisa mengenal nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.


Tentu saja tidak mudah bagi orang tua zaman sekarang untuk sama sekali tidak memberikan HP kepada anak-anak mereka karena hampir di setiap rumah sekarang sudah memiliki HP masing-masing dan memiliki koneksi internet dengan mudah sehingga orang tua seringkali memilih memberikan HP kepada anak dengan alasan agar anak diam dan tidak mengganggu Pekerjaan orang tua dan dengan alasan lainnya agar anak tidak terlalu jauh mainnya dan lain-lain.


Dampak negatif dari pemberian HP pada anak usia dini tentu saja banyak sekali menjadi literatur dan menjadi kajian berbagai jurnal tentang perkembangan sosial anak karena hal ini benar-benar terjadi dan menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dan pendidik yaitu guru PAUD dan guru TK agar anak bisa terlepas dari screen time yang berlebihan dan orang tua juga harus memahami bagaimana memberikan batas waktu pemberian HP kepada anak mereka sehingga ada jadwal sendiri dan tidak melebihi dari batas waktu yang ditentukan.


Menurut laporan Common Sense Media (2017) yang dikutip dalam Howard (2017), sebanyak 42% anak usia 8 tahun ke bawah menghabiskan sekitar 15 menit sehari menatap layer smartphone pada tahun 2013 dan sekarang mereka menghabiskan 48 menit sehari, juga menemukan bahwa 42% anak-anak berusia 8 tahun ke bawah sekarang memiliki perangkat tablet sendiri, meningkat tajam dari 7% empat tahun lalu dan kurang dari 1% pada 2011.


Sebuah penelitian di Jepang melaporkan bahwa 29,4% anak usia 18 bulan, 24,5% anak usia 30 bulan, dan 21% pada kedua usia menonton TV selama 4 jam atau lebih per hari. Anak di bawah usia 2 tahun yang menonton televisi dengan durasi berapa pun per hari, dan anak berusia >2 tahun yang menatap televisi lebih dari 2 jam setiap hari lebih cenderung menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan keterampilan motoric (Kaur et al., 2019).


Menurut temuan studi, 62,5% anak-anak yang berjuang dengan perkembangan sosial juga menggunakan smartphone dan untuk waktu yang lama. (Nofadina et al., 2021). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan screen time terhadap perkembangan sosial anak usia dini di PAUD Buah Hati Desa Salak.


Screen time anak-anak mengacu pada waktu yang dihabiskan oleh anak-anak dengan piranti berlayar termasuk komputer, tablet, smartphone, televisi atau video game. Banyak penelitian yang menemukan bahwa screen time memiliki dampak buruk pada perkembangan anak usia dini. Screen time pada tingkat tinggi memiliki dampak negatif pada fungsi kognitif dan prestasi akademik anak (Oswald et al., 2020). Penelitian yang dilakukan oleh (Collet et al., 2019), mengungkapkan bahwa paparan layar di pagi hari sebelum sekolah, dan jarangnya atau tidak pernah mendiskusikan tayangan dengan orang tua, berarti anak-anak enam kali lebih mungkin mengalami gangguan bahasa utama. Hal serupa juga ditemukan oleh Lindsay et al., (2015), bahwa menonton televisi meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan bahasa pada anak-anak.


Anak-anak sering menggunakan gadget untuk bermain game dan menonton video, oleh karena itu dampak negative seringkali ditemukan pada anak yang menggunakan gadget. Bahkan tidak sedikit anak yang berlebihan menggunakan gadget sehingga screen timenya tergolong tinggi. Hal ini sejalan dengan peraturan yang ditetapkan oleh American Academy of Pediatric (2016) yang menegaskan beberapa aturan bahwa anak yang berumur 0-2 tahun tidak boleh terpapar oleh gadget sama sekali. Sedangkan anak yang berumur 3-5 tahun dibatasi pemakaian gadget selama 1 jam/hari dan anak yang berumur 6-18 tahun dibatasi selama 2 jam/hari.


Penelitian dan informasi mengenai screen time mungkin membuat orang tua dan guru merasa khawatir akan perkembangan bahasa anak usia dini, terlebih dalam dua tahun terakhir seluruh penduduk bumi menghadapi virus COVID-19 yang mengharuskan anak-anak belajar di rumah melalui piranti berlayar seperti smartphone, tab, komputer dan laptop. Namun, hubungan antara penggunaan media digital, pembelajaran bahasa dan literasi itu kompleks. Penggunaan media kemungkinan akan berperan penting dalam pembelajaran.


Beberapa studi menemukan manfaat penggunaan gadget pada anak usia dini, beberapa diantaranya adalah adanya peningkatan kemampuan kreativitas yang mulai muncul ketika mengakses gadget atau piranti berlayar (Utari, 2019), program televisi seperti Sesame Street (Jalan Sesama) telah menemukan dampak positif pada kosa kata, literasi, perilaku sosial, dan pengetahuan akademis. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Ismail et al., (2019) mengenai pengunaan aplikasi untuk pembelajaran, menemukan manfaat dari penggunaan aplikasi Kahoot! yaitu sebagai media pembelajaran atraktif, panduan pembelajaran, dan sumber motivasi belajar. Berdasarkan wawancara singkat penulis, beberapa orang tua bahkan mengatakan bahwa kemampuan bilingual anaknya semakin meningkat seiring meningkatnya screen time anak tersebut.


Pesatnya kemajuan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Fitri et al., 2020; Umroh, 2019) mengharuskan dunia pendidikan bersinggungan dengan tantangan global. Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk bidang pendidikan selalu dekat dengan penggunaan teknologi untuk mempermudah dalam mengakses pembelajaran secara digital (Effendi & Wahidy, 2019; Fatwa, 2021).


Kemajuan ragam teknologi mempermudah, mempercepat dan memberi hiburan bagi penggunanya. Karena perkembangan teknologi atau dikenal dengan era digital, manusia menciptakan teknologi untuk mempermudah banyak hal terkait dengan kehidupan (Kariadinata, 2012; Ngafifi, 2014; Tatminingsih, 2017).


Perkembangan teknologi dan internet di Indonesia juga menjangkau anak usia dini. Saat ini banyak dijumpai anak-anak usia dini menggunakan gawai, tablet, TV, laptop dan video games untuk memperoleh pengetahuan di luar pembelajaran di sekolah. Melalui konten perangkat digital, anak terlihat lebih cepat mengenal huruf, angka dan nama-nama benda didukung dengan berbagai riset yang menunjukkan bahwa perkembangan kecerdasan anak, utamanya kognitif, bahasa dan seni dapat diakselerasi menggunakan perangkat digital (Pratiwi, 2020), (Panjaitan et al., 2020) juga melaporkan bahwa interaksi positif terhadap hasil belajar Agama Islam dapat distimulasi melalui media digital animasi.


Akan tetapi, dibalik kemajuan dan kecanggihan teknologi digital serta kemudahan yang diberikan memiliki dampak negatif yaitu mempengaruhi kesehatan mental anak sehingga kehidupan sosial anak menjadi kurang baik, anak dapat mengalami obesitas, pikun, agresif, adiksi, gangguan tidur, dan sebagainya (Hasanah, 2017). Temuan Purnama (2021) menunjukkan bahwa beberapa anak memiliki kontrol diri yang rendah, yang mengakibatkan risiko yang tinggi untuk anak-anak dalam penggunaan perangkat digital, terutama yang memiliki akses internet,. Hal ini penting untuk diperhatikan, mengingat perkembangan teknologi yang terus berkembang, anak-anak dapat dengan bebas mengakses internet di mana saja dan di mana saja.


Screen time atau digital screen adalah waktu yang dihabiskan anak atau individu dalam menggunakan media elektronik atau digital seperti TV, smartphone, tablet atau komputer (Kaur et al., 2019). Dampak negatif karena terlalu lamanya anak melakukan screen time yang terlihat pada aspek perkembangan bahasa selain speech delay adalah kebingungan bahasa karena video yang diakses menggunakan bahasa berbeda dari yang dituturkan orang sekitarnya, utamanya bahasa inggris dan melayu (Pratiwi, 2020).


American Academy of Pediatrics menyebutkan terlalu banyak melakukan screen time dapat menyebabkan masalah tidur, nilai rendah disekolah, kegiatan membaca buku lebih sedikit, lebih sedikit waktu Bersama keluarga dan teman, kurangnya beraktifitas diluar ruangan, kelebihan berat badan, masalah emosional, kurangnya percaya diri, kehilangan waktu bersantai dan merasa takut tertinggal (American Academy of Pediatrics, 2020) sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya. Mengelola screen time anak merupakan bagian dari peran orang tua dalam mengasuh anak, misalnya melalui aplikasi screen time.


Aplikasi screen time merupakan aplikasi mobile yang berjalan pada platform Android dan Iphone Operating System (IOS), aplikasi ini berfungsi sebagai pengawasan dan pembatasan penggunaan smartphone pada anak-anak (R. Jago, L. Wood, J. Zahra, J. L. Thompson, 2015).


METODE
Metodologi penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk penyelidikan ini. (Sugiyono, 2017) menegaskan bahwa karena penelitian kualitatif mengumpulkan data dalam bentuk kata-kata tertulis, sifatnya deskriptif dan tidak terlalu menitikberatkan pada statistik. Dalam analisis ini, pendekatan studi kasus diterapkan. Partisipan dalam penelitian ini dipilih melalui purposeful sampling.


Purposive sampling adalah metode untuk memilih sumber data untuk diambil sampelnya. Penelitian ini berfokus pada sebuah lembaga di Sawahlunto, seorang anak yang menunjukkan masalah sosial dan hiperaktif di taman kanak-kanak.


Murid dan instruktur PAUD Buah Hati Desa Salak menjadi informan penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri dijadikan sebagai instrumen atau alat penelitian. Kegiatan yang dilakukan peneliti kualitatif sebagai human instrument antara lain memilih subjek penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, memilih kualitas data, menganalisis data, menginterpretasikan data, dan menarik kesimpulan dari temuan.


Data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data digunakan dalam penelitian kualitatif yang dilakukan secara terus menerus sampai bahan habis. Meskipun proses analisis data kualitatif sebenarnya terjadi pada saat proses pengumpulan data dan bukan setelah pengumpulan data, namun hal itu terjadi sebelum memasuki lapangan dan setelah penelitian lapangan selesai. (Yusuf, 2017).


HASIL DAN PEMBAHASAN


Dampak terhadap Kemampuan Bermain dengan Teman Sebaya;


Paparan berlebihan terhadap layar dapat mengurangi interaksi sosial anak dengan teman sebaya dan anggota keluarga. Ini bisa berdampak pada perkembangan keterampilan sosial dan emosional mereka. Sehingga anak-anak yang kecanduan menggunakan screen time tidak tertarik untuk bermain dengan teman sebayanya. Memberikan anak gadget di usia dini menjadi semacam pilihan yang seolah sangat mudah bagi sebagian besar orangtua.


Ingin anak anteng dan duduk manis, tinggal berikan saja gadget dengan berbagai video menarik yang bisa mereka saksikan. Screen time, atau waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar elektronik seperti televisi, tablet, atau ponsel pintar, telah menjadi isu yang semakin relevan dalam dunia digital seperti sekarang ini. Meskipun teknologi memberikan banyak manfaat, terlalu banyak screen time pastinya memiliki efek buruk pada perkembangan anak-anak, terutama anak di bawah usia 5 tahun. Ini, nih enam efek buruk yang dapat terjadi jika terlalu banyak screen time bagi anak di bawah usia 5 tahun.


Terlalu banyak screentime bisa menghambat interaksi sosial yang sehat. Anak-anak mungkin jadi lebih tertarik untuk berinteraksi dengan layar daripada bermain dengan teman sebaya atau berkomunikasi dengan orang dewasa. Hal ini pastinya bisa menghambat kemampuan mereka untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat. Mereka pun akan kesulitan untuk mengembangkan keterampilan sosial, dan belajar memahami emosi dan perasaan orang lain.


Dampak terhadap Kemampuan Mengetahui Perasaan Temannya Dan Merespon Secara Wajar

Pertumbuhan sosial seseorang terjadi ketika dia belajar menyesuaikan perilakunya dengan standar dan cita-cita kelompok sosialnya. Istiqomah dkk. (2016) mendefinisikan perkembangan emosional sebagai proses di mana seorang individu melewati serangkaian emosi yang intens, termasuk namun tidak terbatas pada kebencian, ketakutan, kemarahan, cinta, kegembiraan, dan kesedihan.


Selain itu, temuan penelitian Terza Travelancya menunjukkan bahwa perkembangan sosial dan emosional anak yang di beri HP berlebihan belum mengalami kemajuan sebagaimana mestinya. Ekspresi emosi yang adaptif, pemahaman terhadap norma sosiokultural setempat, dan pemahaman yang matang terhadap peraturan dan disiplin merupakan tanda-tanda pertumbuhan. Perilaku seperti mengatur emosi secara alami, menyapa orang lain, dan mematuhi aturan merupakan indikatornya (Travelancya, 2021).


Menurut Bakken dkk. (Wulandari & Purwanta, 2020), kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain bergantung pada tingkat perkembangan sosial dan emosionalnya. Pertumbuhan sosial dan emosional anak-anak didukung oleh banyaknya kesempatan yang mereka miliki untuk berinteraksi dengan orang dewasa.


Dampak terhadap Kemampuan Berbagi dengan Orang Lain

Anak-anak perlu mempelajari banyak hal, salah satunya untuk saling berbagi. Ini merupakan keterampilan yang harus dikuasai si kecil agar dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain kelak. Sayangnya, mengajarkan anak untuk berbagi bukanlah tugas yang mudah. Berbagi merupakan keterampilan yang vital atau penting untuk dimiliki dalam hidup.


Sama halnya seperti menumbuhkan rasa empati dan mendidik anak untuk peduli, mengajarkan anak untuk berbagai juga penting. Anak dengan screen time berlebihan akan mempunyai kemampuan untuk berbagi yang rendah karena dia belum tahu tentang nilai dan belum mempunyai empati dan simpati terhadap temannya.


Kondisi Anak di PAUD Buah Hati Desa Salak
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa responden yang berusia 4 - 5 tahun sebanyak 6 anak, dantaranya mayoritas umur anak 5 tahun, berjenis kelamin laki  laki dan perempuan, pendidikan orangtua sebagian besar ada yang berpendidikan SMA dan S1, dan dengan orangtua mayoritas bekerja.


Hasil penelitian mendapatkan bahwa di PAUD Buah Hati Desa Salak penggunaan screen time dengan kategori tinggi sebanyak 6 anak dikarenakan anak selalu menggunakan screen time dengan penggunaan lebih dari 3 jam. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 6 anak di PAUD Buah Hati Desa Salak menunjukkan bahwa gambaran perkembangan sosial anak di PAUD Buah Hati Desa Salak.


Dampak Screen Time terhadap Perkembangan Sosial Anak PAUD yaitu sudah di jelaskan di beberapa item di atas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di di PAUD Buah Hati Desa Salak tentang screen time tinggi dengan perkembangan sosial kurang dikarenakan banyak anak yang menggunakan screen time dengan penggunaan lebih dari 3 jam dan mereka lebih memilih media screen time dari pada berkomunikasi dengan lingkungannya. Sedangkan screen time tinggi dengan perkembangan sosial baik anak selalu menggunakan screen time dengan penggunaan lebih dari 3 jam dan anak sering berinteraksi dengan orang lain.


Ada beberapa faktor yaitu mayoritas orangtua bekerja, orangtua kurang memberikan stimulasi kepada anak mengenai bersosialisasi dan screentime pada anak. Dimana salah satu dampak negatif screen time yaitu mempengaruhi perkembangan sosial anak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ada dampak Screen time terhadap Perkembangan Sosial Anak usia dini di PAUD Buah Hati Desa Salak. Hal ini dikarenakan anak yang sering melakukan screen time dengan waktu lama membuat anak cenderung kurang berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, hal ini menyebabkan kurangnya perkembangan sosial yang dimiliki anak hingga mempengaruhi perilaku sosialnya.


Peran orangtua
Berdasarkan wawancara terhadap beberapa orang tua hampir seluruh orang tua memperbolehkan anak menggunakan televisi, gawai, komputer, tablet digital, video game, dll.


Sikap yang ditunjukkan orang tua anak tersebut selaras dengan ungkapan dari Munawar dalam penelitiannya yang menyadari bahwa anak di Indonesia saat ini merupakan generasi digitalnative memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pencarian informasi di internet (Davidson, 2012).


Selain itu, orang tua saat ini menyadari bahwa peran orang tua tidak lagi sekedar membesarkan anaknya, tetapi juga sadar bahwa peran orang tua (Ibu) adalah pendidik pertama bagi anaknya. Orang tua saat ini sudah mengetahui akan pentingnya mendidik anak di era digital, agar terhindar dari sebuah dampak negatif teknologi yang dapat mempengaruhi perkembangan anak ke depannya menunjukkan bahwa untuk bisa menggunakan internet dengan positif, anak-anak membutuhkan bimbingan orang tua.


Teknologi digital yang digunakan anak usia dini dari data responden adalah anak menggunakan televisi, gawai, komputer, tablet digital, video game untuk kegiatan sehari- hari. Penggunaan teknologi digital pada anak usia dini yang diberikan orang tua memiliki banyak alasan, dari data yang diperoleh alasan orangtua membolehkan anak usia dini mengakses teknologi digital yaitu 56% sebagai hiburan bagi anak, 20% reward karena telah melakukan atau melaksanakan tugas yang diberikan orang tua, 12% beralasan untuk memanfaatkan waktu luang anak dengan melakukan literasi digital sehingga menambah wawasan serta pengetahuan anak melalui games educative atau youtube dan 12% sisanya beralasan supaya anak tidak mengganggu pekerjaan orang tua.


Teknologi digital menjadi alat yang efektif dalam mengasuh anak usia dini. Selain itu, berbagai riset juga menunjukkan bahwa penggunaan perangkat ini dapat mengakselerasi perkembangan kecerdasan anak, utamanya kognitif, bahasa dan seni (Pratiwi, 2020).


Pentingnya Mengatur Batas Waktu Pemberian Screen Time Anak Usia Dini
Perangkat digital dapat dijadikan media pembelajaran bagi anak usia dini, akan tetapi dalam penggunaannya perlu adanya peran orang tua dalam screen time anak sehingga tidak memberikan dampak negatif pada anak.


Peran orang tua yang sudah dilakukan dalam kegiatan screen time anak usia dini di PAUD Buah Hati Desa Salak dari data yang diperoleh antara lain: 1) melakukan pembatasan waktu screen time anak sesuai dengan kesepakatan waktu, 2) membatasi tontonan anak, 3) memberikan arahan tontonan atau game yang sebaiknya diakses, 4) mengajak anak melakukan kegiatan bersama, 5) Mengatur time off televisi, 6) mengajak anak bermain di luar, dan 7) memberikan teguran atau sanksi Ketika anak melakukan screen time melebihi batas kesepakatan.


Teknologi digital memiliki potensi untuk meningkatkan minat belajar dan rasa keingintahuan anak dengan membuat proses belajar lebih menyenangkan, menarik, komunikatif, dan dramatis (Purnama et al., 2022). Namun, di sisi lain teknologi digital juga memiliki pengaruh negatif pada anak. Oleh karena itu penggunaan perangkat digital pada anak, jika disertai dengan treatment yang tepat akan memberi dampak positif dan membantu tumbuh kembang anak.


Poin penting bagi para pendidik dan orang tua adalah untuk lebih memperhatikan penggunaan perangkat digital pada anak. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada desain penelitian yang hanya menyajikan data kualitatif deskriptif peran orang tua dalam kegiatan screen time. Peneliti selanjutnya perlu mendesain penelitian yang lebih komprehensif dan melakukan analisis yang mendalam tentang peran orang tua pada anak dalam pendampingan penggunaan perangkat digital.


SIMPULAN
Dampak negatif dari pemberian HP pada anak usia dini tentu saja banyak sekali menjadi literatur dan menjadi kajian berbagai jurnal tentang perkembangan sosial anak karena hal ini benar-benar terjadi dan menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dan pendidik yaitu guru PAUD dan guru TK agar anak bisa terlepas dari screen time yang berlebihan dan orang tua juga harus memahami bagaimana memberikan batas waktu pemberian HP kepada anak mereka sehingga ada jadwal sendiri dan tidak melebihi dari batas waktu yang ditentukan.


Menurut laporan Common Sense Media (2017) yang dikutip dalam Howard (2017), sebanyak 42% anak usia 8 tahun ke bawah menghabiskan sekitar 15 menit sehari menatap layer smartphone pada tahun 2013 dan sekarang mereka menghabiskan 48 menit sehari, juga menemukan bahwa 42% anak-anak berusia 8 tahun ke bawah sekarang memiliki perangkat tablet sendiri, meningkat tajam dari 7% empat tahun lalu dan kurang dari 1% pada 2011.


Dampak terhadap perkembangan sosial anak yang di beri screen time berlebih di antaranya yaitu: Sehingga anak-anak yang kecanduan menggunakan screen time tidak tertarik untuk bermain dengan teman sebayanya, Dampak terhadap kemampuan mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar yaitu anak dengan screen taime berlebih belum mengalami kemajuan Ekspresi emosi yang adaptif, pemahaman terhadap norma sosiokultural setempat, dan pemahaman yang matang terhadap peraturan dan disiplin merupakan tanda-tanda pertumbuhan.


Dampak terhadap Kemampuan Berbagi dengan Orang Lain yaitu Anak dengan screen time berlebihan akan mempunyai kemampuan untuk berbagi yang rendah karena dia belum tahu tentang nilai dan belum mempunyai empati dan simpati terhadap temannya.


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di di PAUD Buah Hati Desa Salak tentang screen time tinggi dengan perkembangan sosial kurang dikarenakan banyak anak yang menggunakan screen time dengan penggunaan lebih dari 3 jam dan mereka lebih memilih media screen time dari pada berkomunikasi dengan lingkungannya. Sedangkan screen time tinggi dengan perkembangan sosial baik anak selalu menggunakan screen time dengan penggunaan lebih dari 3 jam dan anak sering berinteraksi dengan orang lain.


Ada beberapa faktor yaitu mayoritas orangtua bekerja, orangtua kurang memberikan stimulasi kepada anak mengenai bersosialisasi dan screentime pada anak. Dimana salah satu dampak negatif screen time yaitu mempengaruhi perkembangan sosial anak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ada dampak Screen time terhadap Perkembangan Sosial Anak usia dini di PAUD Buah Hati Desa Salak. Hal ini dikarenakan anak yang sering melakukan screen time dengan waktu lama membuat anak cenderung kurang berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, hal ini menyebabkan kurangnya perkembangan sosial yang dimiliki anak hingga mempengaruhi perilaku sosialnya.


Peran orang tua di rumah sangat penting untuk memberi batasan waktu terhadap penggunaan HP, agar terhindar dari sebuah dampak negatif teknologi yang dapat mempengaruhi perkembangan anak ke depannya menunjukkan bahwa untuk bisa menggunakan internet dengan positif, anak-anak membutuhkan bimbingan orang tua.


DAFTAR PUSTAKA
Collet, M., Gagnière, B., Rousseau, C., Chapron, A., Fiquet, L., & Certain, C. (2019). Case control study found that primary language disorders were associated with screen exposure. Acta Paediatrica, 108(6), 11031109. https://doi.org/10.1111/apa.14639 Imron, R. (2018). Hubungan Penggunaan Gadgetdengan Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Prasekolah di Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2), 148.https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.922


Effendi, D., & Wahidy, A. (2019). Pemanfaatan Teknologi dalam Proses Pembelajaran Menuju Pembelajaran Abad 21. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, 125129.


Fatwa, A. (2021). Pemanfaatan Teknologi Pendidikan Di Era New Normal. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 1(2), 0216.
Fitri, W., Octaria, M., Irvanaries, Suwanny, N., Sisilia, & Firnando. (2020). Tantangan dan Solusi terhadap Ketimpangan Akses Pendidikan dan Layanan Kesehatan yang Memadai di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Syntax Transformation, 1(10), 766776. https://doi.org/10.46799/jst.v1i10.181


Hasanah, M. (2017). Pengaruh Gadget Terhadap Kesehatan Mental Anak. Indonesian Journal Of Islamic Early Childhood Education, 2(2), 207214


Tatminingsih, S. (2017). Dampak Penggunaan TIK Terhadap Perilaku Anak Usia Dini: Studi Kasus Pada Anak Usia 4-7 Tahun. Jurnal Pendidikan, 18(1), 4252. https://doi.org/10.33830/jp.v18i1.281.2017 Umroh, I. L. (2019). Peran orang tua dalam mendidik anak sejak dini secara islami di era milenial 4 0. Talim: Jurnal Studi Pendidikan Islam, 2(2), 208225. (***)