PHK Massal di Industri Tekstil, 6 Pabrik Tutup dan Ribuan Pekerja Terkena Dampak -->

Iklan Cawako Sawahlunto

PHK Massal di Industri Tekstil, 6 Pabrik Tutup dan Ribuan Pekerja Terkena Dampak

Sabtu, 06 Juli 2024

PHK massal industri tekstil


Jakarta - Industri tekstil mengalami gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Kondisi ini dipicu oleh ketidakmampuan industri lokal dalam bersaing dengan masuknya barang-barang luar negeri yang harganya sangat murah.


Berikut adalah 5 fakta mengenai PHK massal di industri tekstil yang telah dirangkum, Sabtu (6/7/2024).


Pabrik yang Tutup

Data dari Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara menunjukkan bahwa enam pabrik tekstil (PT S Dupantex, PT Alenatex, PT Kusumahadi Santosa, PT Kusumaputra Santosa, PT Pamor Spinning Mills, dan PT Sai Apparel) telah gulung tikar, menyebabkan lebih dari 11 ribu pekerja terkena PHK. Selain itu, Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat melaporkan bahwa 22 pabrik di Jawa Barat juga telah tutup.


Optimalisasi Kebijakan

Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional, Ariawan Gunadi, menyarankan pemerintah untuk mengoptimalkan kebijakan instrumen trade remedies terhadap praktik dumping dari China. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah menerapkan kebijakan safeguard berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) untuk produk kain.


Countervailing Duties

Penerapan kebijakan countervailing duties adalah cara lain untuk menyelamatkan industri tekstil. Kebijakan ini bertujuan untuk mengimbangi subsidi yang diberikan oleh pemerintah asing kepada eksportir mereka, sehingga industri lokal dapat bersaing dengan lebih adil.


Faktor Ancaman

Beberapa faktor yang mengancam industri tekstil nasional meliputi kelebihan pasokan yang menyebabkan ekspor melebihi permintaan, terutama dari China, ketegangan geopolitik yang meningkatkan fragmentasi hubungan internasional, penurunan signifikan nilai tukar rupiah mendekati rekor tertinggi di kisaran Rp16.800 per dolar AS, serta meningkatnya impor ilegal dan aktivitas mafia impor yang menyebabkan penumpukan kontainer di pelabuhan.


Dampak

Ketidakstabilan industri tekstil telah memaksa perusahaan untuk mengurangi jumlah karyawan guna menekan biaya operasional. Mengingat industri tekstil berkontribusi besar terhadap ekspor nasional, gejolak di sektor ini dapat menurunkan volume ekspor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi devisa negara.


Itulah rangkuman mengenai kondisi PHK massal di industri tekstil tahun 2024.(BY)