ilustrasi |
Surabaya – Sepanjang tahun 2022, sebanyak 184 anak di Kota Surabaya dilaporkan terkena Diabetes Mellitus (DM). Jumlah ini bertambah dengan adanya 4 kasus baru di awal tahun 2023.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, pada tahun 2021, tercatat 176 anak atau sekitar 2,2 persen dari total anak usia 15-18 tahun mengalami diabetes. Angka ini meningkat pada tahun 2022 menjadi 184 anak, atau 2,3 persen. Hingga Januari 2023, sudah ada tambahan 4 kasus.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengimbau agar para orang tua di Surabaya lebih memperhatikan pola makan anak-anak mereka guna mencegah diabetes. Salah satu langkah yang disarankan adalah menghindari konsumsi makanan cepat saji secara berlebihan.
“Pemkot Surabaya meminta agar anak-anak tidak membeli makanan di luar sekolah dan hanya membeli di kantin sekolah yang dikelola oleh UMKM lokal. Selain itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) juga akan memantau jenis makanan yang tersedia di sekolah,” jelas Eri dalam keterangannya pada Jumat (17/2).
Menurut Eri, penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi anak-anak adalah makanan yang higienis dan bergizi. “Makanan dari luar seringkali tidak sehat dan kebersihannya sulit dipantau. Ini adalah tanggung jawab orang tua untuk memastikan konsumsi makanan anak-anaknya,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan, Nanik Sukristina, menyatakan bahwa peningkatan kasus diabetes pada anak di Surabaya sebagian besar disebabkan oleh peningkatan skrining kesehatan. “Peningkatan skrining ini membuat masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan anak-anak dan memungkinkan deteksi dini diabetes,” ujarnya.
Nanik menjelaskan bahwa penyebab Diabetes Mellitus pada anak-anak sering kali terkait dengan pola makan yang tidak sehat, konsumsi makanan siap saji yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, serta faktor genetik. Gejala diabetes pada anak-anak meliputi kelelahan, penurunan berat badan, rasa lapar atau haus yang berlebihan, frekuensi buang air kecil yang meningkat, gangguan penglihatan, dan napas yang berat. (des)