Keseruan peserta Pacu Parahu Lubuak Simauang bersama Riyanda-Jeffry. (Foto Roberto Aktoria) |
Sawahlunto, fajarsumbar.com - Seru! Itulah kata yang patut disematkan dalam gebyar lomba Pacu Parahu merayakan HUT ke-79 kemerdekaan Republik Indonesia di Lubuak Simauang, Desa Talawi Mudiak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.
Dalam Kaba Tambo Alam Minangkabau, selain Lubuk Sikarah dan Lubuk Sipunai. Lubuak Simauang merupakan salah satu dari tiga lubuak atau lubuk Pusako Bodi Caniago.
Jikalau menghendaki perdamaian dengan musyawarah mufakat, maka kaum suku Bodi Caniago merapatkannya di lubuk nan tiga itu.
Selain Kaba tersebut diatas, sekitaran Lubuak Simauang juga menjadi tempat pemandian dan lokasi gembala kerbau bagi Pahlawan Nasional Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H.
Menurut Wikipedia, Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (24 Agustus 1903 – 17 Oktober 1962) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang memengaruhi sejarah persatuan Indonesia.
Gebyar Lomba Pacu Parahu Lubuak Simauang Talawi Mudiak. (Foto Roberto Aktoria) |
Nah, dalam memeriahkan kemerdekaan itu, Bacalon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sawahlunto Riyanda Putra - Jeffry Hibatullah ikut andil dalam keseruan Pacu Parahu yang diselenggarakan masyarakat dan pemerintahan Desa Talawi Mudiak.
Semangat gotong royong mengayuh perahu agar sampai di garis finis tampak semakin memberi kesan kebersamaan menggapai keberhasilan.
Sorak sorai penonton dipinggir sungai ikut menambah spirit bagi peserta lomba Pacu Parahu. Tak hanya itu, anak-anak pun larut dalam kegembiraan dengan menceburkan diri di sungai yang dangkal.
Ratusan bahkan ribuan pengunjung silih berganti lalu lalang melihat keseruan Pacu Parahu ini.
Riyanda-Jeffry kompak ikut andil dalam kegiatan Pacu Parahu Lubuak Simauang. (Foto Anton) |
Didampingi Ketua DPD PKS Kota Sawahlunto Muhsin Ferdian dan Ketua DPD NasDem Sawahlunto Rio Mardanil, Riyanda-Jeffry membaur dalam membersamai keriuhan antusias masyarakat.
Canda tawa melebur menjadi asa menyatukan tujuan tepis isu kesombongan yang selalu menerpa. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta adalah rangkaian kata yang harus selalu dijaga.
Kepala Desa Talawi Mudiak, Syamsir menyatakan harapannya untuk mengembangkan dan melestarikan kearifan lokal yang ada di wilayahnya, termasuk menambahkannya dengan wahana yang lain.
"Dengan adanya Lubuak Simauang, Makam M Yamin, Pertanian, Batang Ngonge dan lainnya, itulah yang harus kita kembangkan. Kita harus mengingatkan kepada anak-anak kita, jangan lupakan sejarah," ujarnya di lokasi Pacu Parahu, Minggu 1 September 2024.
Syamsir menyebut, Pacu Parahu ini terakhir dilaksanakan di Lubuak Simauang pada 1998 dulu. Hingga akhirnya ia selenggarakan kembali setelah 26 tahun tak pernah dilaksanakan.
"Cobalah lihat, ada bapak ibu yang ikut melihat anak-anaknya mandi. Berapa jam tak main HP? Nampak keakraban dekat dengan anak, istri dan keluarga yang lain. Nah, nanti ujung-ujungnya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, ayo kita berjualan di lokasi kegiatan. Sehingga UMKM akan bangkit dengan sendirinya," sambung Syamsir.
Muhsin Ferdian dan Rio Mardanil ikut mendampingi Riyanda Putra dalam perahu wisata Lubuak Simauang. (Roberto Aktoria) |
Selanjutnya Syamsir berencana akan membuat wahana Motor ATV dengan cottage atau pondok didekat areal persawahan serta menyediakan kerbau tunggangan, menambah kesan suasana pedesaan zaman dulu bak cerita si pengembala kerbau.
"M Yamin seperti itu menggembalanya dulu. Menaiki punggung kerbau dia dahulu disini. Maka kerbau seperti itulah yang akan saya adakan kembali. Jadi, nanti petani-petani juga akan dikembangkan pertaniannya," sambung Syamsir.
Tak sampai di situ, saat panen padi di Talawi, ada ciri khas makanan yang disiapkan saat panen tiba yaitu Kokek. Sedangkan kalau saat membajak sawah dan 'merancah' memakai kerbau, ciri khas makanan yang biasa disiapkan petani adalah Kucuik.
"Itulah bedanya makanan yang disiapkan petani saat panen dan merancah. Nantinya akan kita lestarikan kembali kearifan lokal tersebut," harapnya. (ton)