Topan Yagi sejak akhir pekan lalu memicu banjir yang merendam sejumlah daerah di Vietnam Utara. |
Hanoi – Jumlah korban tewas akibat Topan Yagi di Vietnam terus meningkat. Data terbaru menunjukkan setidaknya 179 orang telah meninggal dalam bencana tersebut hingga Rabu (11/9/2024) malam WIB.
Ribuan warga telah dievakuasi dari wilayah dataran rendah di ibu kota Vietnam, Hanoi, akibat Sungai Merah yang meluap. Sungai ini mencapai level tertinggi dalam dua dekade terakhir, menyebabkan banjir di berbagai jalan kota.
Menurut laporan BBC, pada Rabu kemarin, banjir yang diakibatkan oleh luapan sungai mencapai ketinggian satu meter di beberapa area. Sejumlah warga bahkan terpaksa menggunakan perahu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Sebagai langkah pencegahan, listrik dipadamkan di beberapa distrik untuk alasan keselamatan. Media pemerintah setempat melaporkan bahwa 10 dari 30 distrik di Hanoi saat ini dalam status waspada banjir.
Topan Yagi menghantam bagian utara Vietnam, menyebabkan banjir dan tanah longsor yang menjadi penyebab utama banyaknya korban jiwa.
“Ini banjir terburuk yang pernah saya saksikan,” ungkap Tran Le Quyen, warga Hanoi, kepada Reuters.
“Kemarin pagi air masih surut, namun sekarang seluruh jalan terendam. Kami tidak bisa tidur semalam,” lanjutnya.
Topan Yagi awalnya dikategorikan sebagai topan super, setara dengan badai kategori 5, tetapi kemudian diturunkan menjadi depresi tropis. Meski begitu, topan ini tetap menimbulkan kerusakan besar sejak menghantam Vietnam pada Sabtu (7/9/2024).
Menurut Reuters, Yagi dinobatkan sebagai topan terkuat di Asia tahun ini. “Rumah saya sekarang sudah menjadi bagian dari sungai,” ujar Nguyen Van Hung, yang tinggal di dekat Sungai Merah.
Seluruh Desa Lang Nu di Provinsi Lao Cai, Vietnam Utara, hancur diterjang banjir bandang pada Selasa (10/9/2024), menyebabkan sedikitnya 30 orang tewas. Ratusan tentara dikerahkan ke desa tersebut untuk mencari korban yang masih hilang.
Hoang Thi Bay, salah satu penyintas dari desa itu, menceritakan kepada AFP bagaimana ia hampir terbawa arus banjir, namun berhasil selamat dengan berpegangan pada tiang bangunan rumahnya.
“Saya melihat tanah bergerak mendekat dari jendela,” katanya.
“Saya langsung lari ke dapur dan berpegangan erat pada tiang beton. Rumah panggung kayu kami hancur total,” tambahnya. (des)