![]() |
Ustadz Abdul Somad (UAS). |
Payakumbuh - Polemik mengenai larangan ceramah Ustad Abdul Somad (UAS) di Payakumbuh terus menjadi perbincangan. Terbaru, pihak MUI Payakumbuh mengakui adanya larangan yang berhubungan dengan unsur politik praktis.
Ketua MUI Payakumbuh, H Erman Ali, memberikan klarifikasi mengenai larangan bagi UAS untuk berceramah di kota tersebut. “Saya, Erman Ali, Ketua MUI Payakumbuh, menyatakan bahwa ada penolakan terhadap kehadiran UAS sebagai penceramah tabligh akbar di Payakumbuh.”
“Sebetulnya, MUI tidak menolak kehadiran UAS atau melarangnya berceramah di sini, tetapi karena ada unsur politik praktis yang terlibat.”
“Setelah kami mempertimbangkan informasi dari berbagai pihak, sesuai dengan keputusan Rakor MUI, kami tidak mengizinkan mubaligh dari dalam maupun luar kota untuk menyampaikan dakwah atau pengajian melalui tabligh akbar dengan melibatkan politik praktis. Oleh karena itu, kami melarang kegiatan tersebut,” kata H Erman Ali, seperti yang dikutip dari akun Instagram @sudutpayakumbuh.
H Erman menegaskan bahwa MUI tidak melarang UAS melakukan tabligh akbar, namun karena ada dukungan terhadap salah satu calon dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Payakumbuh.
Di sisi lain, Fakhri Emil Habib Lc, MH, selaku Ketua Panitia acara tabligh akbar dan peletakan batu pertama markaz Al-Husam di Masjid Al-Mubarok Tiakar, merasa perlu menjelaskan beberapa hal. Dia menjelaskan bahwa Al-Husam Littafaqquh Fiddin merupakan lembaga pendidikan yang bebas dari unsur politik dan bisnis.
Oleh karena itu, untuk melaksanakan kegiatan ini, mereka perlu berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk pemerintah, kepolisian, masyarakat, dan MUI. “Kami mengirim surat permohonan izin kepada MUI pada Selasa (15/10/2024),” tulis Fakhri Emil yang dikutip dari Republika.
MUI kemudian menyampaikan bahwa mereka tidak perlu mengeluarkan izin, karena pada acara kajian UAH sebelumnya, MUI juga tidak mengeluarkan surat izin. Kegiatan tersebut tetap dapat dilaksanakan tanpa rekomendasi dari MUI.
Namun, pada Rabu malam (16/10/2024), Fakhri menerima surat penolakan dari MUI mengenai kegiatan tabligh akbar bersama UAS berdasarkan dugaan tanpa adanya tabayyun kepada panitia.
Kemudian, pada Kamis (17/10/2024) siang, beredar video Ketua MUI Payakumbuh. Fakhri menegaskan bahwa UAS berhak memberikan dukungan kepada siapapun sesuai dengan ijtihad politiknya. Jika UAS ingin berkampanye, itu adalah haknya sebagai warga negara, selama mengikuti aturan yang ada.
Fakhri menegaskan bahwa acara yang diselenggarakan oleh Al-Husam tidak memiliki kepentingan politik, melainkan murni demi pengembangan ilmu. Kegiatan ini dilakukan di masjid, sehingga tidak memungkinkan untuk diadakan kampanye secara terbuka.
Menurut Fakhri, MUI Payakumbuh tidak melakukan tabayyun dengan panitia. Meskipun awalnya terkesan mengizinkan, tiba-tiba muncul surat penolakan yang dikeluarkan hanya berdasarkan dugaan.
“Ini yang kami sayangkan, karena seharusnya surat yang seharusnya dikirimkan langsung kepada panitia malah disebarkan ke publik,” ungkap Fakhri.
Dia berpendapat bahwa lebih bijak bagi MUI untuk mengeluarkan surat yang berisi pesan kepada panitia, agar dapat mengawasi kegiatan tabligh akbar dari potensi kampanye, bukan malah menolak.
Dalam dialog yang digelar di Padang TV terkait polemik ini, beberapa hal dapat disimpulkan dari postingan Gusnik Adiputra di laman Facebooknya. Pertama, ulama yang dimaksud dalam polemik ini adalah UAS, yang ternyata berkaitan langsung dengan Pileg 2019 dan Pilkada 2020, seperti yang disebutkan oleh Sekretaris MUI Payakumbuh.
Gusnik juga menyebutkan bahwa agenda ini sudah disusun sejak awal dan dia membuktikannya dengan kedatangan tokoh dari Pekanbaru. “Sebelum tokoh dari Bukittinggi datang, pada 28 Mei 2024, salah satu Ketua MUI di Sumbar sudah mengirimkan pesan kepada UAS untuk tidak ikut dalam Pilkada salah satu daerah di Sumbar,” tulisnya.
Gusnik menambahkan, salah satu calon pernah meminta agar UAS tidak terlibat di Bukittinggi agar bisa berkompetisi dengan nyaman, dan dia adalah saksi dari pernyataan tersebut.
“Di closing statement, saya telah menyampaikan langkah UAS ke Sumatera Barat. ‘Sampai mati berat kaki saya melangkahkan kaki ke Sumatera Barat,’” tutupnya. (des*)