Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, meletus dan mengeluarkan abu vulkanik. |
Agam – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa emisi gas Sulfur Dioksida (SO2) Gunung Marapi di Sumatera Barat masih berada pada tingkat rendah.
Ia menjelaskan bahwa berdasarkan laporan 11 November 2024, emisi gas SO2 tercatat sebesar 23 ton per hari. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas gunung tersebut masih didominasi oleh pelepasan gas dengan kandungan SO2 magmatik yang rendah.
Berdasarkan hasil evaluasi data pemantauan, secara umum aktivitas gunung api di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar ini cenderung menurun. Namun, PVMBG tetap memerlukan waktu untuk memantau stabilitasnya.
Letusan dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan energi yang terakumulasi, dan intensitas erupsi bisa meningkat jika pasokan fluida (magma dan gas) dari kedalaman mengalami kenaikan yang signifikan.
Selain itu, jika terjadi letusan, abu erupsi berpotensi mengganggu pernapasan serta penerbangan karena abu akan menyebar mengikuti arah dan kecepatan angin.
Material erupsi yang jatuh di area puncak dan lereng juga berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan.
Sebagai informasi tambahan, berdasarkan data PVMBG, status Gunung Marapi dinaikkan dari waspada menjadi siaga sejak 6 November 2024.
Pada saat yang sama, sejumlah rekomendasi dikeluarkan, di antaranya melarang masyarakat, pendaki, atau pengunjung untuk tidak memasuki radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi (Kawah Verbeek).
Selain itu, warga yang tinggal di sekitar lembah, aliran, dan bantaran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi diminta untuk selalu waspada terhadap potensi bahaya lahar terutama pada musim hujan (des*)