Banjir besar |
Jakarta - Malaysia tengah menghadapi banjir terparah dalam satu dekade terakhir. Hingga Jumat malam (29/11/2024), sembilan negara bagian telah terendam banjir besar, memaksa lebih dari 103.000 warga mengungsi.
Banjir tersebut telah menyebabkan tiga orang meninggal dunia, menurut laporan terkini.
Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengambil langkah tegas dengan melarang menteri dan wakil menteri mengambil cuti akhir tahun. Mereka yang sudah terlanjur cuti pun diminta untuk segera kembali bekerja guna membantu penanganan bencana ini.
"Semua menteri telah diperintahkan untuk turun langsung ke lapangan. Ya, cuti mereka dibekukan," ujar Anwar, seperti dikutip dari The Star pada Sabtu (30/11/2024).
Kelantan menjadi wilayah yang paling parah terdampak, dengan 74 persen dari total jumlah pengungsi berasal dari sana. Terengganu menempati urutan kedua dengan 19 persen pengungsi, sementara 7 persen sisanya berasal dari Perlis, Kedah, Perak, Selangor, Negeri Sembilan, Melaka, dan Johor.
Wakil Perdana Menteri Zahid Hamidi turut memantau langsung situasi di Kelantan. Ia melaporkan bahwa jumlah pengungsi terus meningkat seiring waktu.
Para korban banjir saat ini ditempatkan di sekolah-sekolah serta fasilitas umum lainnya.
Zahid sebelumnya telah mengingatkan kemungkinan terjadinya banjir terburuk dalam satu dekade. Kondisi diperkirakan akan semakin buruk pekan depan karena fenomena pasang air laut yang dapat menghambat aliran sungai menuju Laut China Selatan.
Seorang warga Kota Bharu, Kelantan, Muhammad Aizuddin Ghazni, mengungkapkan bahwa banjir pada Jumat lebih parah dibanding hari sebelumnya. Air bahkan sudah mencapai kompleks tempat tinggalnya.
"Saya harus menyelamatkan dokumen-dokumen penting dan kucing saya," ungkapnya kepada The Straits Times.
Banjir juga melanda Kota Kinabalu, ibu kota Negara Bagian Sabah. Hujan deras yang berlangsung selama beberapa jam pada Jumat menyebabkan banjir besar di tiga distrik, yaitu Luyang, Penampang, dan Inanam.(des*)