Kereta tanpa rel. |
Jogja - Masyarakat sudah tidak asing lagi dengan berbagai moda transportasi berbasis rel, seperti kereta api, kereta rel listrik (KRL), mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), dan kereta cepat. Namun, kini hadir sebuah inovasi baru yang disebut kereta tanpa rel. Kehadirannya membuat banyak orang penasaran dengan cara kerja kendaraan ini, karena desainnya yang lebih mirip bus dibandingkan kereta tradisional.
Kereta tanpa rel atau autonomous rail transit (ART) merupakan sistem transportasi modern yang tidak menggunakan rel fisik. Sebagai gantinya, ART memanfaatkan jalur virtual dan teknologi canggih untuk menggantikan rel baja tradisional.
Bagaimana cara kerja kereta tanpa rel? Berikut penjelasan tentang teknologi ini yang dirangkum dari artikel ilmiah berjudul Autonomous-rail Rapid Transit Tram: System Architecture, Design and Applications oleh Fang Jianghua dkk.
Cara Kerja Kereta Tanpa Rel
Dasar Operasi ART ART adalah sistem transportasi yang memanfaatkan jalur virtual sebagai pengganti rel fisik. Berbeda dengan kereta tradisional, ART bergerak di atas roda karet dan mengikuti jalur yang ditentukan oleh sistem jalur virtual. Sistem ini terdiri dari enam komponen utama: sumber daya listrik, sinyal komunikasi, kereta (tram) ART, jalur virtual, stasiun, dan pusat perawatan.
Dengan menggunakan jalur virtual, ART bisa meniru cara kerja kereta biasa namun dengan infrastruktur dan biaya yang jauh lebih ringan. Teknologi ini sangat cocok untuk kota-kota besar yang membutuhkan sistem transportasi cepat dan terjangkau.
Penggunaan Jalur Virtual Jalur virtual pada ART adalah komponen utama yang membuat kereta ini dapat beroperasi. Teknologi seperti pengenalan gambar dan Lidar SLAM (Simultaneous Localization and Mapping) digunakan untuk memastikan ART mengetahui posisi dan jalur yang harus diikuti dengan akurat.
Penggerak Listrik dan Sistem Kendali Jalur ART digerakkan sepenuhnya oleh tenaga listrik, menjadikannya lebih ramah lingkungan. Sistem penggerak listrik yang digunakan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendukung sistem transportasi hijau yang lebih berkelanjutan.
Teknologi kendali jalur meliputi pelacakan otomatis dan panduan otonom. ART dapat bergerak sendiri dengan bantuan sensor dan teknologi pengenalan gambar untuk memastikan kereta berada di jalur yang benar, menjaga kestabilan, dan memastikan perjalanan lancar.
Kecerdasan Buatan untuk Pergerakan Mandiri Teknologi kecerdasan buatan (AI) digunakan pada ART untuk menjalankan pergerakan secara otomatis. AI ini memungkinkan ART untuk merencanakan rute, mengatur kecepatan, dan menyesuaikan gerakan berdasarkan kondisi di sekitar, termasuk lalu lintas dan hambatan.
Selain itu, AI ART dilengkapi dengan komunikasi Vehicle-to-Everything (V2X), yang memungkinkan kereta berinteraksi dengan infrastruktur lainnya, seperti lampu lalu lintas, serta kendaraan lain untuk meningkatkan keselamatan dan menghindari kecelakaan.
Sistem Kendali Pintar ART dilengkapi dengan sistem kendali pintar yang mengumpulkan data dari berbagai sensor untuk mengelola pergerakan kendaraan. Sistem ini memastikan ART tetap berada pada jalurnya dan bergerak stabil, meskipun tidak menggunakan rel fisik. Lapisan-lapisan kendali ini memberikan keamanan tambahan dan memastikan ART beroperasi secara efisien.
Aplikasi ART dalam Kehidupan Sehari-hari ART sangat fleksibel dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi, baik di kota besar maupun kota kecil. ART juga cocok untuk digunakan di area khusus seperti objek wisata atau jalur transportasi bandara, karena tidak memerlukan rel fisik dan dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi jalan.
Selain itu, ART mendukung upaya pengurangan polusi dan emisi karbon dengan menggunakan tenaga listrik. Sistem ini tidak hanya menghemat biaya pembangunan infrastruktur tetapi juga menawarkan transportasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.(BY)