PIS Optimalkan Teknologi Canggih dan Diversifikasi Rute Hadapi Ketidakpastian Global -->

Iklan Cawako Sawahlunto

PIS Optimalkan Teknologi Canggih dan Diversifikasi Rute Hadapi Ketidakpastian Global

Sabtu, 16 November 2024

 

Industri pelayaran dunia hadapi tiga tantangan

Jakarta - Industri pelayaran saat ini menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ketegangan geopolitik akibat konflik di Ukraina dan Timur Tengah, perang dagang antara Amerika Serikat dan China, hingga dampak dari perubahan iklim.


Langkah ini mencakup penerapan teknologi terbaru dan pengelolaan ketegangan geopolitik global yang terus berkembang.


Uni Eropa menanggapi dengan menerapkan kebijakan pembatasan terhadap kapal-kapal Rusia, yang memicu peningkatan jumlah kapal gelap atau "ghost ships". Kapal-kapal ini beroperasi dengan mematikan sistem AIS (Automatic Identification System), sehingga sulit dilacak oleh pihak berwenang dan meningkatkan risiko kecelakaan di perairan internasional.


Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks, PIS telah mengoptimalkan digitalisasi dan memanfaatkan teknologi canggih seperti artificial intelligence (AI) untuk pemantauan kapal secara real-time, terutama di kawasan rawan.


PIS juga fokus pada diversifikasi rute, terutama di kawasan Afrika dan Eropa. Dengan jaringan kantor di lokasi strategis ini, PIS berharap dapat memperluas jaringan internasionalnya. Selain itu, PIS baru saja membuka rute baru ke negara-negara Baltik, sehingga kini total ada 65 rute internasional yang telah dilayani.


Selain diversifikasi rute, PIS juga meningkatkan kontribusi kargo ramah lingkungan dalam operasionalnya. Perusahaan menargetkan pendapatan dari bisnis hijau mencapai 34% dari total pendapatan perusahaan.


Dalam menghadapi perubahan iklim, PIS berkomitmen mengurangi emisi CO2 dari kegiatan operasional hingga 32% pada tahun 2034. Untuk mencapai target tersebut, PIS telah menerapkan inovasi seperti perangkat penghemat energi, desain kapal ramah lingkungan, serta teknologi dual-fuel yang mampu meningkatkan efisiensi bahan bakar hingga 30%.


Yoki menutup pernyataannya dengan menekankan pentingnya kerja sama berbagai pihak dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang berdampak pada masa depan industri maritim.(BY)