Badan Geologi: Aktivitas Gunung Marapi Menurun, Potensi Letusan Masih Ada -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Badan Geologi: Aktivitas Gunung Marapi Menurun, Potensi Letusan Masih Ada

Selasa, 03 Desember 2024

Gunung Marapi Sumatera Barat 


Tanah Datar – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa laju emisi gas sulfur dioksida (SO2) di Gunung Marapi terpantau rendah setelah status gunung api tersebut diturunkan dari level Siaga menjadi Waspada.


Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa pemantauan menggunakan satelit Sentinel menunjukkan bahwa kuantitas gas SO2 yang terukur tergolong rendah. "Gas SO2 terpantau dengan jumlah yang rendah," ujar Wafid dalam keterangan yang diterima di Padang, Senin.


Berdasarkan data yang tercatat, gas SO2 terukur mencapai 57 ton per hari pada 24 November 2024, yang menunjukkan bahwa aktivitas gunung api yang memiliki ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut tersebut lebih banyak mengeluarkan gas dengan kadar SO2 rendah (degassing).


Namun, Badan Geologi tetap mengingatkan masyarakat tentang potensi adanya gas vulkanik berbahaya seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), SO2, dan hidrogen sulfida (H2S), terutama di kawasan kawah atau puncak gunung api yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar.


Meski aktivitas Gunung Marapi cenderung menurun, Badan Geologi tetap memperingatkan masyarakat tentang kemungkinan terjadinya letusan dan bahaya lahar dingin, terutama saat musim hujan.


Muhammad Wafid menambahkan bahwa meskipun aktivitas gunung api menunjukkan penurunan, data pemantauan menunjukkan fluktuasi dengan kecenderungan menurun dalam satu minggu terakhir.


Dia juga mengingatkan bahwa erupsi bisa terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan energi yang terkumpul, yang berpotensi menyebabkan lontaran material dari letusan dalam radius tiga kilometer dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek).


"Potensi letusan masih ada, namun berdasarkan pemantauan, kemungkinan terjadinya letusan besar seperti yang terjadi pada Desember 2023 sangat kecil," ujarnya.(des*)