Maryam Ahmad (54), TKI asal Desa Jaddih, Kecamatan Soacah, Kabupaten Bangkalan. |
Bangkalan – Perasaan campur aduk dirasakan Maryam Ahmad (54) saat pertama kali menginjakkan kaki di halaman rumahnya di Dusun Jaddih Laok, Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Ia merasa bingung dan terharu karena tidak mengenali dengan jelas orang-orang yang menyambut kedatangannya setelah kembali dari Arab Saudi. Maryam telah meninggalkan kampung halamannya selama 30 tahun untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.
Ia memandangi satu per satu wajah orang yang hadir, mulai dari anak-anak, menantu, cucu, hingga suaminya. Semuanya sudah hilang dari ingatannya. Tujuh anak Maryam, yaitu Hartatik (41), Sobirin (40), Jazuli (36), Mustain (22), Maria Ulfa (21), Luluk (20), dan Turmudzi (19), kini sudah dewasa.
“Saya merasa sedih dan menangis ketika mereka memperkenalkan diri satu per satu. Anak-anak saya yang saya tinggalkan sejak kecil kini sudah besar, bahkan ada yang sudah punya anak. Padahal mereka semua saya yang melahirkan,” ungkap Maryam saat ditemui di rumahnya pada Rabu (4/12/2024).
Maryam juga mengaku lupa dengan para tetangga. Padahal, banyak dari mereka yang dulu adalah teman bermain dan bekerja bersamanya saat masih muda. “Saya dulu sering bekerja serabutan dengan tetangga saya yang bernama Sayuna. Namun, saat saya kembali kemarin, saya tidak ingat siapa dia,” ujarnya.
Perasaan bahagia dan sedih bercampur dalam diri Jazuli, anak ketiga Maryam. Saat pertama kali bertemu ibunya, matanya berkaca-kaca. Jazuli ditinggalkan ibunya ketika berusia 12 tahun, dan kini ia sudah memiliki dua anak.
“Rasanya sedih tapi bahagia. Sedih karena ibu tidak mengenali saya dan cucu-cucu saya, tetapi senang karena ibu akhirnya bisa kembali ke rumah dalam keadaan sehat,” kata Jazuli. Ia mengenang masa kecilnya saat ibunya pertama kali pergi ke Arab Saudi di usia 24 tahun, sementara dirinya masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Kini, ibunya sudah tua dan membutuhkan bantuan untuk berjalan.
Jazuli juga mengingat kekhawatirannya ketika ibunya dipenjara pada 2009. “Saya sempat telepon ibu dan dia dalam kondisi sehat. Saya khawatir dia dihukum mati. Alhamdulillah, ini adalah keajaiban bagi kami, ibu yang kami rindukan bisa kembali pulang,” tambah Jazuli sambil menahan air mata.
Syafii, suami Maryam, merasakan kebahagiaan yang mendalam karena istri yang telah ia nikahi sejak usia 15 tahun kembali ke rumah. Sejak Maryam bekerja di Arab Saudi, Syafii tidak pernah berkomunikasi dengannya karena keterbatasan alat telekomunikasi dan informasi yang hanya didapatkan dari anak-anak mereka.
“30 tahun adalah waktu yang sangat lama. Saya bersyukur istri saya bisa kembali ke rumah. Kami berdua sudah menua, dan kini kami bisa menikmati sisa hidup bersama anak-anak dan cucu-cucu kami,” ujar Syafii dengan penuh haru.(des*)