Menteri Ketenagakerjaan: Angkatan Kerja Indonesia Capai 4,4 Juta pada 2024 -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Menteri Ketenagakerjaan: Angkatan Kerja Indonesia Capai 4,4 Juta pada 2024

Sabtu, 11 Januari 2025

Yurnawati sedang berdiskusi 

Padang– Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Prof. Yassierli, menyatakan bahwa angkatan kerja di Indonesia terus mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Diperkirakan, jumlah angkatan kerja akan mencapai 4,4 juta orang pada tahun 2024.


“Selama delapan tahun terakhir, jumlah angkatan kerja Indonesia bertambah sekitar 3,3 juta per tahun. Pada tahun 2024, diperkirakan jumlahnya akan mencapai 4,4 juta jiwa,” kata Menteri Yassierli dalam kuliah umum pada acara Studium Generale Seri #1 yang diselenggarakan oleh Universitas Andalas di Padang pada Jumat (9/1).


Prof. Yassierli juga menjelaskan bahwa mayoritas tenaga kerja Indonesia masih berada di sektor informal dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah, yaitu setara dengan lulusan sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP). Di sektor formal, 55,10 persen dari tenaga kerja terlibat, sementara 39,98 persen bekerja di sektor informal, dan 4,91 persen tercatat sebagai pengangguran.


Dari segi pendidikan, lulusan SD dan SMP mendominasi angkatan kerja dengan kontribusi sebesar 52,33 persen. Sementara itu, lulusan SMK/SMA mencapai 34,81 persen, dan hanya 12,86 persen tenaga kerja yang memiliki gelar universitas atau diploma. Prof. Yassierli mengungkapkan bahwa terdapat kesenjangan besar antara jumlah penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja yang tersedia.


Saat ini, jumlah pengangguran di Indonesia tercatat sebanyak 7,5 juta orang, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat jika masyarakat, terutama mahasiswa, tidak mempersiapkan diri dengan keterampilan yang relevan setelah lulus.


Dalam hal Human Capital Index (HCI) ASEAN, Indonesia masih tertinggal dengan skor 0,540, berada di bawah rata-rata ASEAN. Negara-negara seperti Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand memiliki skor yang lebih tinggi.


“Ini menjadi tantangan besar bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan daya saing Indonesia di tingkat global,” tambah Prof. Yassierli, yang juga merupakan Guru Besar di Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung.


Rektor Universitas Andalas, Efa Yonnedi, mengatakan bahwa kuliah umum ini merupakan bagian dari upaya untuk mengintegrasikan kurikulum yang relevan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar kerja. Menurutnya, pemahaman tentang kecerdasan buatan dan soft skills sangat penting bagi lulusan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dunia kerja yang terus berubah.


“Dengan pemahaman yang baik tentang kecerdasan buatan dan soft skills, lulusan Universitas Andalas diharapkan dapat lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja di masa depan,” jelas Efa Yonnedi.(des*)