![]() |
Dr. Nenny Mahyuddin, M.Pd, Dosen Pendidikan Guru PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang |
Namun, dalam budaya Minangkabau, terdapat tradisi “manjujai”, sebuah kegiatan yang melibatkan seluruh anggota keluarga dalam merawat dan mengasuh bayi yang baru lahir.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan stimulasi dan kebahagiaan kepada bayi dengan cara mengajak bermain, bernyanyi, serta menampilkan ekspresi wajah yang menyenangkan.
Kegiatan “manjujai” dilakukan dengan tulus, tanpa unsur keterpaksaan, dan merupakan bentuk kebahagiaan keluarga yang berbagi peran dalam mengasuh bayi. Dalam budaya ini, bayi dipandang seperti kertas putih yang belum tercoret apapun. Sesuai dengan teori Tabula Rasa dari John Locke, orang tua bertanggung jawab mengisi "kertas" tersebut dengan berbagai pengalaman yang membentuk perkembangan anak.
Namun demikian, bagi pasangan muda yang memiliki anak, terutama yang menikah muda, mereka sering kali harus belajar banyak tentang cara menjadi orang tua yang baik. Terkadang, kakek dan nenek tidak dapat selalu memantau perkembangan anak jika orang tua merantau untuk mencari nafkah.
Oleh karena itu, penting bagi pasangan muda untuk dibekali pengetahuan tentang cara merawat anak dengan baik. Pengetahuan ini mencakup berbagai aspek perkembangan anak, mulai dari gizi hingga stimulasi yang tepat sejak masa kehamilan hingga kelahiran.
Mari kita bahas satu per satu aspek perkembangan anak yang perlu diperhatikan:
Pertama; Aspek Nilai Moral Agama
Sejak calon janin terbentuk, orang tua sebaiknya sudah memahami doa-doa yang perlu dibaca, seperti doa hubungan suami istri, doa sehari-hari, serta ibadah seperti sholat dan puasa. Setelah bayi lahir, ayahnya biasanya akan mengadzankan bayi tersebut, yang merupakan pendidikan moral agama pertama.
Keluarga yang mengurus bayi juga dapat menambah keberkahan dengan berdzikir atau mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Anak-anak sangat mudah meniru perilaku orang di sekitarnya, oleh karena itu orang tua dan anggota keluarga harus berhati-hati dalam bertindak, agar tidak memberikan contoh yang buruk.
Kedua; Aspek Bahasa
Anak usia pra-sekolah, seperti kelompok bermain (3-4 tahun) atau taman kanak-kanak (4-6 tahun), mulai mengerti perintah dan berbicara. Oleh karena itu, orang tua harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar anak tidak terpengaruh oleh bahasa yang salah.
Selain itu, mengajarkan nama-nama bagian tubuh dengan benar juga penting untuk melindungi anak dari pelecehan seksual, serta mengajarkan anak untuk berbicara jika terjadi sesuatu yang tidak semestinya.
Ketiga; Aspek Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak terbagi menjadi beberapa tahap: sensori motorik (0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), konkret operasional (7-11 tahun), dan operasi berpikir formal (11 tahun ke atas). Pada usia dini, anak mulai membedakan suara dan mengenali bentuk serta warna. Mereka juga mulai belajar mengenal perintah dan lambang-lambang seperti angka.
Keempat; Aspek Motorik
Perkembangan motorik dibagi menjadi dua kategori: motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar melibatkan otot besar, seperti berlari, melompat, dan menari.
Sementara itu, motorik halus melibatkan otot tangan dan koordinasi mata, seperti menggambar, mewarnai, atau meronce. Kedua aspek ini sangat penting untuk membantu anak mengembangkan keterampilan fisik yang mendukung aktivitas sehari-hari.
Kelima; Aspek Seni
Di usia Taman Kanak-kanak, anak mulai belajar tentang seni, baik itu seni rupa, seni musik, maupun seni drama. Kurikulum di sekolah biasanya sudah memasukkan pembelajaran seni. Dan, untuk sekolah dengan anggaran lebih, mereka sering menyediakan fasilitas untuk mendukung kegiatan seni. Seperti alat musik atau drum band. Ini membantu anak mengembangkan kreativitas dan apresiasi terhadap seni.
Ke-enam; Aspek Sosial Emosional
Sejak lahir, anak mulai menunjukkan reaksi emosional terhadap orang di sekitarnya. Perilaku orang tua yang ramah dan penuh kasih sayang akan ditiru oleh anak.
Orang tua yang mengajarkan sopan santun, berpikiran positif, dan berbicara dengan baik akan memberikan contoh yang baik bagi anak. Hal ini penting agar anak belajar berperilaku baik dan menghormati orang lain sejak dini.
Sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak kita dengan baik. Semoga kita bisa mengajarkan mereka untuk berbakti kepada orang tua dan menjadi pribadi yang baik, sehingga di masa depan kita bisa berkumpul bersama anak-anak kita di akhirat dalam keadaan bahagia.(Penulis ; Dr. Nenny Mahyuddin, M.Pd, Dosen Pendidikan Guru PAUD FIP UNP).