Wamenag, Komitmen Pemerintah Tingkatkan Pendidikan Islam Melalui Infrastruktur dan Restrukturisasi Kementerian Agama -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Wamenag, Komitmen Pemerintah Tingkatkan Pendidikan Islam Melalui Infrastruktur dan Restrukturisasi Kementerian Agama

Kamis, 23 Januari 2025
Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi'i



Jakarta - Wakil Menteri Agama (Wamenag), Romo Muhammad Syafi’i, menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat pendidikan nasional, khususnya di sektor keagamaan, dengan sejumlah langkah strategis.


Dalam sambutannya pada acara Penutupan Rapat Kerja Nasional Pendidikan Islam 2025, yang berlangsung, pada Rabu (22/1/2025) malam. Wamenag mengungkapkan harapan atas kebijakan ambisius pemerintah, termasuk perbaikan infrastruktur pendidikan, peningkatan kesejahteraan guru, hingga restrukturisasi di Kementerian Agama.


Romo menyampaikan bahwa pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar $20 miliar dari penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk perbaikan infrastruktur pendidikan, baik untuk lembaga pendidikan umum, keagamaan, maupun pesantren.


Dana tersebut akan difokuskan pada perbaikan fasilitas dasar seperti MCK, atap sekolah, serta meja dan kursi belajar.


"Kepala daerah harus memprioritaskan perbaikan infrastruktur fisik terlebih dahulu sebelum program makan bergizi gratis. Fasilitas yang layak adalah dasar dari pendidikan berkualitas," ujar Wamenag.


Selain itu, Wamenag mendorong percepatan sertifikasi guru dalam dua tahun ke depan, untuk menggantikan skema lama yang hanya menargetkan 45 ribu guru per tahun.


"Kita harus menyediakan dana yang cukup untuk meningkatkan semangat dan kinerja guru. Tanpa guru yang kompeten, visi pendidikan kita sulit tercapai," tandasnya.


Sebagai bagian dari transformasi kelembagaan, Wamenag juga mengusulkan restrukturisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menjadi beberapa direktorat baru. Yakni Direktorat Jenderal Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Keagamaan, serta Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Keagamaan.


"Usulan ini melibatkan kolaborasi dengan akademisi, rektor, dan pejabat terkait untuk menciptakan desain struktur yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan pendidikan," ucapnya.


Dalam kesempatan tersebut, Wamenag juga menyoroti tantangan dalam pendidikan keagamaan, seperti ketidaksesuaian antara pengetahuan agama dan semangat keberagamaan. Ia menegaskan bahwa Perguruan Tinggi di bawah naungan Kementerian Agama, perlu lebih memperhatikan masalah ini.


"Alumni perguruan tinggi seringkali kurang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan. Kita membutuhkan riset mendalam untuk menjembatani kesenjangan ini," ujar Wamenag. Ia menambahkan bahwa pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter.


"Kita harus mengintegrasikan praktik langsung yang melibatkan kehidupan sosial dan lingkungan dalam pendidikan. Ini adalah kunci mencetak generasi yang berintegritas," tambahnya.


Di Perguruan Tinggi Islam Negeri, kepala biro yang dianggap sebagai pejabat struktural tertinggi didorong untuk lebih proaktif dalam menyelesaikan persoalan pendidikan Islam. "Kita perlu memaksimalkan peran mereka untuk mendukung visi pendidikan yang berkualitas," kata Wamenag.


Dengan berbagai langkah strategis ini, Wamenag optimis pendidikan Islam dapat menjadi lokomotif perubahan. "Melalui kolaborasi, inovasi, dan kerja nyata, kita bisa mewujudkan pendidikan yang tidak hanya kompeten secara akademik. Tetapi juga memiliki nilai keagamaan dan kepedulian sosial yang tinggi," tutupnya.(saco*).