![]() |
Aspebindo menggelar diskusi panel Indonesia Energy Outlook 2025 di Residences Ballroom, Park Hyatt Jakarta, Kamis (27/2/2025). |
Jakarta - Ketahanan energi menjadi salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia dalam upaya transformasi energi dan pemanfaatan sumber daya nasional. Hal ini tercermin dalam delapan misi utama pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang dikenal sebagai Asta Cita. Berbagai kementerian dan lembaga pun telah menyusun strategi, termasuk percepatan pembangunan infrastruktur energi.
Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO) turut berperan dalam mendukung ketahanan energi nasional dengan menjadi mitra strategis dalam transformasi energi di Indonesia. Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah penyelenggaraan Indonesia Energy Outlook 2025 di Residences Ballroom, Park Hyatt Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Dalam acara tersebut, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM, La Ode Sulaeman, mengungkapkan tiga tantangan utama dalam pengelolaan energi melalui konsep 'The Energy Trilemma'. Konsep yang dikembangkan oleh World Energy Council ini mencakup aspek ketahanan energi, keterjangkauan energi, serta kelestarian lingkungan.
“Dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), bauran energi pembangkit masih didominasi oleh gas bumi hingga 2050. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur terus diupayakan agar kebutuhan energi dalam negeri dapat terpenuhi,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi, Jaffee Arizon Suardin, menegaskan dukungan terhadap misi Asta Cita melalui berbagai inovasi, termasuk swasembada energi, pengembangan sumber daya manusia berkualitas, pendanaan, serta peran BUMN yang sejalan dengan visi pemerintah.
“Kami terus mencari peluang dalam pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk produksi minyak dan gas. Kami memastikan proyek ini memiliki jejak karbon yang lebih kecil dan tidak menghasilkan emisi yang besar,” ujarnya dalam diskusi panel ASPEBINDO bertajuk Building a Robust Energy Infrastructure to Achieve Energy Resilience di Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Infrastruktur sebagai Pilar Ketahanan Energi
Pembangunan infrastruktur memiliki peran vital dalam mencapai ketahanan energi. Infrastruktur yang memadai akan memastikan kelancaran distribusi energi ke seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga ditegaskan oleh Direktur Investasi PT Pelabuhan Indonesia (Persero), Boy Robyanto, yang melihat pelabuhan sebagai pusat distribusi energi dan titik krusial dalam rantai pasok energi.
“Akses energi yang lebih baik ke daerah terpencil melalui pelabuhan dapat membantu pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan,” jelasnya.
Menuju Swasembada Energi
Selain ketahanan energi, Indonesia juga menargetkan swasembada energi. Deputy CEO PT AKR Corporindo, Mery Sofi, menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung distribusi energi secara efisien dan tepat sasaran.
“Sejalan dengan Asta Cita, kami memastikan distribusi dilakukan secara transparan melalui sistem IT yang memantau proses 24 jam, mulai dari penerimaan pesanan, perencanaan distribusi, hingga pengiriman ke pelanggan,” jelasnya.
Mery menambahkan bahwa AKR menjalankan tugas sesuai Perpres 191 Tahun 2014 untuk memastikan BBM bersubsidi disalurkan kepada pihak yang berhak. Konsistensi dalam distribusi energi diyakini akan mendukung pencapaian misi negara di sektor ini.
PLN Energi Primer Indonesia juga menunjukkan pencapaian dalam menjaga pasokan gas selama tiga tahun terakhir (2022-2024). Pasokan LNG PLN meningkat dari 61 kargo pada 2022 menjadi 84 kargo pada 2024, dan diproyeksikan mencapai 96 kargo pada 2025.
Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia, Iwan Agung Firstantara, menyatakan bahwa PLN tengah mengembangkan infrastruktur gas midstream untuk mendukung transisi energi dan mengurangi konsumsi BBM sebesar 2,3 juta kiloliter per tahun. Delapan proyek utama tengah dijalankan di berbagai wilayah, termasuk Nias, Kalimantan, Sulawesi-Maluku, Nusa Tenggara, Papua, Jawa, dan Bali.
“Kami mendukung kebijakan dalam Peraturan Presiden, terutama untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Berbagai langkah telah diambil, termasuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), di mana 75 persen energi nantinya akan berasal dari energi terbarukan,” ujarnya.
Diskusi Indonesia Energy Outlook 2025 menghadirkan berbagai tema strategis, termasuk sesi yang membahas topik Building a Robust Energy Infrastructure to Achieve Energy Resilience. Dengan partisipasi berbagai pemangku kepentingan, acara ini diharapkan dapat memperkuat komitmen dan membuka peluang baru dalam mewujudkan ketahanan energi di Indonesia.(BY)